Nonton iklan bentar ya...!!!

Sunday 14 August 2011

10 Kiat Tegar Menghadapi Cobaan

Mengarungi kehidupan pasti
seseorang akan mengalami pasang
surut. Kadang seseorang
mendapatkan nikmat dan kadang
pula mendapatkan musibah atau cobaan. Semuanya datang silih
berganti. Kewajiban kita adalah
bersabar ketika mendapati musibah
dan bersyukur ketika mendapatkan
nikmat Allah. Berikut adalah beberapa
kiat yang bisa memudahkan seseorang dalam menghadapi setiap
ujian dan cobaan. Pertama: Mengimani takdir ilahi Setiap menghadapi cobaan hendaklah
seseorang tahu bahwa setiap yang
Allah takdirkan sejak 50.000 tahun
sebelum penciptaan langit dan bumi
pastilah terjadi. Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, ْﻥَﺃ َﻞْﺒَﻗ ِﻖِﺋَﻼَﺨْﻟﺍ َﺮﻳِﺩﺎَﻘَﻣ ُﻪَّﻠﻟﺍ َﺐَﺘَﻛ َﻦﻴِﺴْﻤَﺨِﺑ َﺽْﺭَﻷﺍَﻭ ِﺕﺍَﻮَﻤَّﺴﻟﺍ َﻖُﻠْﺨَﻳ ٍﺔَﻨَﺳ َﻒْﻟَﺃ “Allah telah mencatat takdir setiap
makhluk sebelum 50.000 tahun
sebelum penciptaan langit dan
bumi.”[1] Beriman kepada takdir, inilah landasan
kebaikan dan akan membuat
seseorang semakin ridho dengan
setiap cobaan. Ibnul Qayyim
mengatakan, “Landasan setiap
kebaikan adalah jika engkau tahu bahwa setiap yang Allah kehendaki
pasti terjadi dan setiap yang tidak
Allah kehendaki tidak akan terjadi.” [2] Kedua: Yakinlah, ada hikmah di
balik cobaan Hendaklah setiap mukmin mengimani
bahwa setiap yang Allah kehendaki
pasti ada hikmah di balik itu semua,
baik hikmah tersebut kita ketahui atau
tidak kita ketahui. [3] Allah Ta’ala berfirman, ْﻢُﻜَّﻧَﺃَﻭ ﺎًﺜَﺒَﻋ ْﻢُﻛﺎَﻨْﻘَﻠَﺧ ﺎَﻤَّﻧَﺃ ْﻢُﺘْﺒِﺴَﺤَﻓَﺃ َﻥﻮُﻌَﺟْﺮُﺗ ﺎَﻟ ﺎَﻨْﻴَﻟِﺇ (115) ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَﻟﺎَﻌَﺘَﻓ ِﺵْﺮَﻌْﻟﺍ ُّﺏَﺭ َﻮُﻫ ﺎَّﻟِﺇ َﻪَﻟِﺇ ﺎَﻟ ُّﻖَﺤْﻟﺍ ُﻚِﻠَﻤْﻟﺍ ِﻢﻳِﺮَﻜْﻟﺍ (116) “Maka apakah kamu mengira, bahwa
sesungguhnya Kami menciptakan
kamu secara main-main (saja), dan
bahwa kamu tidak akan dikembalikan
kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah,
Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (Yang
mempunyai) 'Arsy yang mulia.” (QS. Al
Mu’minun: 115-116) Allah Ta’ala juga berfirman, ﺎَﻣَﻭ َﺽْﺭَﺄْﻟﺍَﻭ ِﺕﺍَﻭﺎَﻤَّﺴﻟﺍ ﺎَﻨْﻘَﻠَﺧ ﺎَﻣَﻭ َﻦﻴِﺒِﻋﺎَﻟ ﺎَﻤُﻬَﻨْﻴَﺑ (38) ﺎَّﻟِﺇ ﺎَﻤُﻫﺎَﻨْﻘَﻠَﺧ ﺎَﻣ ِّﻖَﺤْﻟﺎِﺑ “Dan Kami tidak menciptakan langit
dan bumi dan apa yang ada antara
keduanya dengan bermain-main. Kami
tidak menciptakan keduanya
melainkan dengan haq.” (QS. Ad
Dukhan: 38-39) Ketiga: Ingatlah bahwa musibah
yang kita hadapi belum seberapa Ingatlah bahwa Nabi kita shallallahu
‘alaihi wa sallam sering mendapatkan
cobaan sampai dicaci, dicemooh dan
disiksa oleh orang-orang musyrik
dengan berbagai cara. Kalau kita
mengingat musibah yang menimpa beliau, maka tentu kita akan merasa
ringan menghadapi musibah kita
sendiri karena musibah kita dibanding
beliau tidaklah seberapa. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, ْﻢِﻬِﺒِﺋﺎَﺼَﻣ ﻲِﻓ َﻦْﻴِﻤِﻠْﺴﻤﻟﺍ ِﺰْﻌَﻴِﻟ ﻲﺑ ُﺔَﺒْﻴِﺼﻤﻟﺍ “Musibah yang menimpaku sungguh
akan menghibur kaum muslimin.”[4] Dalam lafazh yang lain disebutkan, ﻲِﺘَﺒْﻴِﺼُﻣ ْﺮُﻛْﺬَﻴْﻠَﻓ ُﻪُﺘَﺒْﻴِﺼُﻣ ْﺖَﻤَﻈَﻋ ْﻦَﻣ ، ُﻪُﺘَﺒْﻴِﺼُﻣ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻥَّﻮَﻬَﺘَﺳ ﺎَﻬَّﻧِﺈَﻓ “Siapa saja yang terasa berat ketika
menghapi musibah, maka ingatlah
musibah yang menimpaku. Ia tentu
akan merasa ringan menghadapi
musibah tersebut.”[5] Keempat: Ketahuilah bahwa
semakin kuat iman, memang akan
semakin diuji Dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in-
dari ayahnya, ia berkata, ًﺀَﻼَﺑ ُّﺪَﺷَﺃ ِﺱﺎَّﻨﻟﺍ ُّﻯَﺃ ِﻪَّﻠﻟﺍ َﻝﻮُﺳَﺭ ﺎَﻳ “Wahai Rasulullah, manusia manakah
yang paling berat ujiannya?” Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, » ﻰَﻠَﺘْﺒُﻴَﻓ ُﻞَﺜْﻣَﻷﺎَﻓ ُﻞَﺜْﻣَﻷﺍ َّﻢُﺛ ُﺀﺎَﻴِﺒْﻧَﻷﺍ ُﻪُﻨﻳِﺩ َﻥﺎَﻛ ْﻥِﺈَﻓ ِﻪِﻨﻳِﺩ ِﺐَﺴَﺣ ﻰَﻠَﻋ ُﻞُﺟَّﺮﻟﺍ ِﻪِﻨﻳِﺩ ﻰِﻓ َﻥﺎَﻛ ْﻥِﺇَﻭ ُﻩُﺅَﻼَﺑ َّﺪَﺘْﺷﺍ ﺎًﺒْﻠُﺻ ُﺡَﺮْﺒَﻳ ﺎَﻤَﻓ ِﻪِﻨﻳِﺩ ِﺐَﺴَﺣ ﻰَﻠَﻋ َﻰِﻠُﺘْﺑﺍ ٌﺔَّﻗِﺭ ﻰَﻠَﻋ ﻰِﺸْﻤَﻳ ُﻪَﻛُﺮْﺘَﻳ ﻰَّﺘَﺣ ِﺪْﺒَﻌْﻟﺎِﺑ ُﺀَﻼَﺒْﻟﺍ ٌﺔَﺌﻴِﻄَﺧ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ﺎَﻣ ِﺽْﺭَﻷﺍ « “Para Nabi, kemudian yang semisalnya
dan semisalnya lagi. Seseorang akan
diuji sesuai dengan kondisi agamanya.
Apabila agamanya begitu kuat
(kokoh), maka semakin berat pula
ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan
kualitas agamanya. Seorang hamba
senantiasa akan mendapatkan cobaan
hingga dia berjalan di muka bumi
dalam keadaan bersih dari dosa.”[6] Kelima: Yakinlah, di balik kesulitan
ada kemudahan Dalam surat Alam Nasyroh, Allah Ta’ala
berfirman, ﺍًﺮْﺴُﻳ ِﺮْﺴُﻌْﻟﺍ َﻊَﻣ َّﻥِﺈَﻓ “Karena sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan.” (QS.
Alam Nasyroh: 5) Ayat ini pun diulang setelah itu, ﺍًﺮْﺴُﻳ ِﺮْﺴُﻌْﻟﺍ َﻊَﻣ َّﻥِﺇ “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu
ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh:
6). Qotadah mengatakan, “Diceritakan
pada kami bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
memberi kabar gembira pada para sahabatnya dengan ayat di atas, lalu
beliau mengatakan, ِﻦْﻳَﺮْﺴُﻳ ٌﺮْﺴُﻋ َﺐِﻠْﻐَﻳ ْﻦَﻟ “Satu kesulitan tidak mungkin
mengalahkan dua kemudahan.”[7] Keenam: Hadapilah cobaan dengan
bersabar 'Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu
mengatakan, َﻦِﻣ ِﺱْﺃَّﺮﻟﺍ ِﺔَﻟِﺰْﻨَﻤِﺑ ِﻥﺎَﻤْﻳِﻹﺍ َﻦِﻣ ُﺮْﺒَّﺼﻟﺍ ِﺪَﺴَﺠﻟﺍ ، ُﻪَﻟ َﺮْﺒَﺻ َﻻ ْﻦَﻤِﻟ َﻥﺎَﻤْﻳِﺇ ﺎَﻟَﻭ . “Sabar dan iman adalah bagaikan
kepala pada jasad manusia. Oleh
karenanya, tidak beriman (dengan
iman yang sempurna), jika seseorang
tidak memiliki kesabaran.” [8] Yang dimaksud dengan bersabar
adalah menahan hati dan lisan dari
berkeluh kesah serta menahan
anggota badan dari perilaku
emosional seperti menampar pipi dan
merobek baju.[9] Ketujuh: Bersabarlah di awal
musibah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, ﻰَﻟﻭُﻷﺍ ِﺔَﻣْﺪَّﺼﻟﺍ َﺪْﻨِﻋ ُﺮْﺒَّﺼﻟﺍ ﺎَﻤَّﻧِﺇ “Yang namanya sabar seharusnya
dimulai ketika awal ditimpa
musibah.”[10] Itulah sabar yang sebenarnya. Sabar yang sebenarnya
bukanlah ketika telah mengeluh lebih
dulu di awal musibah. Kedelapan: Yakinlah bahwa pahala
sabar begitu besar Ingatlah janji Allah, ِﺮْﻴَﻐِﺑ ْﻢُﻫَﺮْﺟَﺃ َﻥﻭُﺮِﺑﺎَّﺼﻟﺍ ﻰَّﻓَﻮُﻳ ﺎَﻤَّﻧِﺇ ٍﺏﺎَﺴِﺣ “Sesungguhnya hanya orang-orang
yang bersabarlah yang dicukupkan
pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az
Zumar: 10). Al Auza’i mengatakan,
“Pahala bagi orang yang bersabar
tidak bisa ditakar dan ditimbang. Mereka benar-benar akan
mendapatkan ketinggian derajat.” As
Sudi mengatakan, “Balasan orang
yang bersabar adalah surga.”[11] Kesembilan: Ucapkanlah “Inna
lillahi wa inna ilaihi rooji'un ...” Ummu Salamah -salah satu istri Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam- berkata
bahwa beliau pernah mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, ِّﻰِﺒَّﻨﻟﺍ َﺝْﻭَﺯ َﺔَﻤَﻠَﺳ َّﻡُﺃ - ﻪﻴﻠﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻢﻠﺳﻭ - ِﻪَّﻠﻟﺍ َﻝﻮُﺳَﺭ ُﺖْﻌِﻤَﺳ ُﻝﻮُﻘَﺗ - ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ - ُﻝﻮُﻘَﻳ » ﺎَﻣ ِﻪَّﻠِﻟ ﺎَّﻧِﺇ ُﻝﻮُﻘَﻴَﻓ ٌﺔَﺒﻴِﺼُﻣ ُﻪُﺒﻴِﺼُﺗ ٍﺪْﺒَﻋ ْﻦِﻣ ﻰِﻓ ﻰِﻧْﺮُﺟْﺃ َّﻢُﻬَّﻠﻟﺍ َﻥﻮُﻌِﺟﺍَﺭ ِﻪْﻴَﻟِﺇ ﺎَّﻧِﺇَﻭ َّﻻِﺇ ﺎَﻬْﻨِﻣ ﺍًﺮْﻴَﺧ ﻰِﻟ ْﻒِﻠْﺧَﺃَﻭ ﻰِﺘَﺒﻴِﺼُﻣ ﺍًﺮْﻴَﺧ ُﻪَﻟ َﻒَﻠْﺧَﺃَﻭ ِﻪِﺘَﺒﻴِﺼُﻣ ﻰِﻓ ُﻪَّﻠﻟﺍ ُﻩَﺮَﺟَﺃ ﺎَﻬْﻨِﻣ .« َﺔَﻤَﻠَﺳ ﻮُﺑَﺃ َﻰِّﻓُﻮُﺗ ﺎَّﻤَﻠَﻓ ْﺖَﻟﺎَﻗ ِﻪَّﻠﻟﺍ ُﻝﻮُﺳَﺭ ﻰِﻧَﺮَﻣَﺃ ﺎَﻤَﻛ ُﺖْﻠُﻗ - ﻰﻠﺻ ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﻪﻠﻟﺍ - ﺍًﺮْﻴَﺧ ﻰِﻟ ُﻪَّﻠﻟﺍ َﻒَﻠْﺧَﺄَﻓ ِﻪَّﻠﻟﺍ َﻝﻮُﺳَﺭ ُﻪْﻨِﻣ - ﻪﻴﻠﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻢﻠﺳﻭ-. “Siapa saja dari hamba yang tertimpa
suatu musibah lalu ia mengucapkan:
“Inna lillahi wa inna ilaihi rooji'un. Allahumma'jurnii fii mushibatii wa
akhlif lii khoiron minhaa [Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan
kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah
ganjaran terhadap musibah ang
menimpaku dan berilah ganti dengan
yang lebih baik]”, maka Allah akan
memberinya ganjaran dalam musibahnya dan menggantinya
dengan yang lebih baik.” Ketika, Abu
Salamah (suamiku) wafat, aku pun
menyebut do'a sebagaimana yang
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
perintahkan padaku. Allah pun memberiku suami yang lebih baik dari
suamiku yang dulu yaitu Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam.”[12] Do'a yang disebutkan dalam hadits ini
semestinya diucapkan oleh seorang
muslim ketika ia ditimpa musibah dan
sudah seharusnya ia pahami. Insya
Allah, dengan ini ia akan
mendapatkan ganti yang lebih baik. Kesepuluh: Introspeksi diri Musibah dan cobaan boleh jadi
disebabkan dosa-dosa yang pernah
kita perbuat baik itu kesyirikan, bid’ah,
dosa besar dan maksiat lainnya. Allah
Ta’ala berfirman, ْﺖَﺒَﺴَﻛ ﺎَﻤِﺒَﻓ ٍﺔَﺒﻴِﺼُﻣ ْﻦِﻣ ْﻢُﻜَﺑﺎَﺻَﺃ ﺎَﻣَﻭ ْﻢُﻜﻳِﺪْﻳَﺃ “Dan apa saja musibah yang menimpa
kamu maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri.” (QS. Asy
Syura: 30). Maksudnya adalah karena
sebab dosa-dosa yang dulu pernah
diperbuat.[13] Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Akan disegerakan
siksaan bagi orang-orang beriman di
dunia disebabkan dosa-dosa yang
mereka perbuat, dan dengan itu
mereka tidak disiksa (atau diperingan
siksanya) di akhirat.”[14] Semoga kiat-kiat ini semakin
meneguhkan kita dalam menghadapi
setiap cobaan dan ujian dari Allah.

No comments: