Nonton iklan bentar ya...!!!

Monday 15 August 2011

dalam kesulitan pasti ada kemudahan..

”Sesungguhnya, bersama kesulitan
ada kemudahan. Sesungguhnya,
bersama kesulitan ada
kemudahan.” (Al Insyiroh [94]: 5-6). Pasti Terjadi
Dalam menjalani kehidupannya,
manusia akan mendapati situasi enak
atau tak enak, sebagai ujian Allah
Subhanahu wa Ta’ala (SWT). Apapun
situasinya, nyaman atau tak nyaman, itu yang terbaik dalam skenario Allah
SWT. Jika kita sedang berada disituasi sulit,
Allah SWT mengingatkan janji-Nya,
sebagaimana disebut ayat di atas.
”Sesungguhnya, bersama kesulitan
ada kemudahan. Sesungguhnya,
bersama kesulitan ada kemudahan.” Menurut As-Suyuthi, Alam Nasyrah
ayat 1 – 8 turun ketika kaum
musyrikin memperolok-olok kaum
Muslimin karena kekafirannya.
Sementara, dalam suatu riwayat Ibnu
Jarir yang bersumber dari Al-Hasan, dikatakan bahwa ketika turun ayat
“Sesungguhnya, bersama kesulitan
ada kemudahan” (Alam Nasyrah [94]:
6), Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam (SAW) bersabda,
“Bergembiralah kalian, karena akan datang kemudahan bagi kalian.
Kesusahan tidak akan mengalahkan
dua kemudahan.” Janji Allah “Sesungguhnya, bersama
kesulitan ada kemudahan” itu
diulangi-Nya dua kali. Padahal, janji
Allah pasti benar (Faathir [35]: 5) dan
pasti terjadi (Al-Mursalaat [77]: 7). Sebagian Bukti
Kisah Buya Hamka, Sayyid Quthb, dan
Ibnu Taimiyah dapat kita jadikan
rujukan. Hamka melahirkan karya tulis
lebih dari 115 judul dalam berbagai
bidang. Tafsir Al-Azhar adalah karya paling utamanya dan terbesar. Sekitar awal 1964 Hamka ditahan
rezim Orde Lama dengan tuduhan
subversi, sebuah tuduhan yang
sampai dia bebas dua tahun empat
bulan kemudian tak pernah bisa
dibuktikan secara hukum. Hamka berkisah tentang
pengalamannya dihari-hari pertama
dia ditahan, “Kalau saya bawa
bermenung saja kesulitan dan
perampasan kemerdekaan saya itu,
maulah rasanya diri ini gila. Tetapi, akal terus berjalan, maka ilham Allah
datang. Cepat-cepat saya baca al-
Qur’an, sehingga pada lima hari
penahanan yang pertama saja, tiga
kali al-Qur’an khatam dibaca.” Lalu, Hamka atur jam-jam buat
membaca dan menulis Tafsir al-Qur’an.
Maka, menyusul kekacauan politik
yang disebabkan Gerakan 30
September 1965 Partai Komunis
Indonesia, pada Mei 1966 Hamka dibebaskan. Saat itu, dia telah
mengkhatamkan al-Qur’an 150 kali,
dan selesai pula tafsir 28 juz.
Sementara, yang dua juz yaitu juz 18
dan 19 telah diselesaikannya sebelum
dia ditahan. Maka, Hamka, meninggal pada 1982,
berhak menasihati kita, bahwa
hendaknya kita “Jangan gentar
menghadapi kesukaran, karena
dalam kesukaran itu pasti ada
kemudahan, asal kita mempergunakan otak buat
memecahkannya. Sungguh, Allah
tidak akan mengecewakan orang-
orang yang bertawakkal kepada-
Nya.” Di Mesir, ada Sayyid Quthb (lahir 1903)
dan hafal al-Qur’an sejak masih anak-
anak. Dia aktivis Ikhwanul Muslimin
yang penuh semangat. Dia dipenjara
rezim Gamal Abdel Nasser, sebelum
akhirnya syahid dihukum mati pada 20 Agustus 1966. Apa “kesalahan” dia? Saat Sayyid
Quthb menulis sejumlah buku seperti
Ma’aalim fit-Thariq (Petunjuk Jalan),
1964, yang berisi penolakan terhadap
kebudayaan jahiliyah modern dalam
segala bentuknya. Rezim Gamal Abdel Nasser yang menganut sosialisme
Arab memandang itu sebagai sebuah
kesalahan besar. Dalam buku Ma’aalim fit-Thariq, Sayyid
Quthb mengemukakan gagasan
tentang perlunya revolusi total, bukan
semata-mata pada sikap individu,
namun juga pada struktur negara.
Selama periode inilah, logika konsepsi awal negara Islamnya Sayyid Quthb
mengemuka. Buku inilah yang
dijadikan bukti utama dalam sidang
yang menuduhnya bersekongkol
hendak menumbangkan rezim
Nasser. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an (Di Bawah
Lindungan Al-Qur’an) diselesaikan
Sayyid Quthb saat berada di penjara.
Dan, Hamka mengaku, bahwa tafsir Fi
Zhilalil Qur’an “Banyak mempengaruhi
saya dalam menulis Tafsir Al-Azhar.” Selain Hamka, banyak ulama yang
menilai Tafsir Fi Zhilalil Qur’an sebagai
salah satu tafsir terbaik. Hujjah-nya
kuat meneguhkan iman. Bahasanya
indah menyejukkan hati. Pendek kata,
tafsir itu mampu menggelorakan spirit iman, hijrah, dan jihad. Jauh sebelum Hamka dan Sayyid
Quthb, ada Ibnu Taimiyah yang lahir
1263 dan meninggal 1328. Masa
hidupnya banyak dihabiskan di
Damaskus. Dia bukan saja pernah tapi
bahkan sering merasakan ‘manis’-nya penjara, karena sejumlah pendapat
keagamaannya berbeda dengan yang
dianut ulama-ulama lain yang dekat
dengan penguasa ketika itu. Ibnu Taimiyah –yang saat berusia dua
puluh tahun telah bergelar profesor di
bidang hukum dalam mazhab Imam
Hanbali- berkali-kali dipenjara
sebelum akhirnya syahid di dalamnya.
“Kesalahan” dia, hanya karena perbedaan dalam memahami atau
menafsiri al-Qur’an. Padahal, lewat
fatwa-fatwanya, Ibnu Taimiyah
berniat memurnikan ajaran Islam dari
unsur-unsur yang datang dari luar
Islam dan tak sesuai dengan Islam. Dia hendak memurnikan Islam dari segala
bid’ah dan khurafat. Tentu saja, di antara karya-karya
besarnya (dari total 500-an judul
karya tulisnya) lahir di penjara. Sebab,
di penjara, Ibnu Taimiyah memiliki
banyak kesempatan untuk membaca
dan menulis. Hal itu, hikmah besar baginya. Maka, dia tak pernah sedih
atau menyesal atas apa yang
dialaminya. Hal itu, diyakininya
sebagai ketentuan Allah yang tak
boleh dibantah, karena di dalamnya
terdapat banyak kebaikan yang akan didapat. Ajaib, dan Benar!
Hamka, Sayyid Qutb, dan Ibnu
Taimiyah adalah sedikit contoh
manusia beriman yang merasakan
bukti keajaiban janji Allah bahwa
bersama kesulitan ada kemudahan. Juga, bukti kebenaran sabda Nabi
Muhammad SAW. Ada keajaiban yang
dimiliki orang beriman. Yaitu, bahwa
sesungguhnya semua persoalannya
serba baik. Dan, hal itu hanya dimiliki
oleh orang yang beriman. Jika dia mendapat kesenangan, dia
bersyukur. Dan, hal itu menambah
kebaikan (pahala) baginya. Namun,
bila dia ditimpa bencana/musibah, dia
akan sabar. Dan, itu berarti kebaikan
(pahala) baginya.” (Riwayat Muslim). Rasulullah SAW kerap membuktikan
sendiri. Misalnya, saat beliau
bersembunyi di Gua Tsur dalam
hijrahnya dari Mekkah ke Madinah.
Abu Bakar yang sempat
mengkhawatirkan keselematan Nabi Muhammad SAW, sempat bersedih.
Lalu, Muhammad SAW
meneguhkannya, dengan bersabda:
“…..Janganlah kamu berduka cita,
sesungguhnya Allah beserta
kita..,” (At-Taubah [9]: 40). Subhanallah! Kaum musyrikin
pengejar Rasulullah SAW yang sempat
mengepung di sekitar mulut gua
menjadi terkecoh atas fakta-fakta
yang tergelar di depan mereka. Di
pintu gua, ada sarang laba-laba dan ada dua burung dara plus telurnya. Di
pintu gua, ada ranting-ranting pohon.
Sehingga, para pengejar
berkesimpulan bahwa tak mungkin
Muhammad masuk dan bersembunyi
di gua, tanpa melewati pintu gua dengan terlebih dahulu
membersihkan rintangan-rintangan
tadi. Senyum, Senyum!
Semua manusia di sepanjang
kehidupannya pasti akan menjalani
ujian demi ujian. Kesulitan yang
dihadapinya adalah ujian,
sebagaimana kemudahan yang ditemuinya pun merupakan ujian. Jika kesulitan sedang melilit kita,
hadapilah dengan sabar dan
tawakkal. Yakinilah, bahwa bersama
kesulitan pasti ada kemudahan.
Bukankah di sekitar kita, telah cukup
banyak contoh-contoh yang transparan tentang hal itu? Maka,
tetaplah tebarkan senyum di
sepanjang langkah kehidupan kita,
sebagai perlambang bahwa kita
(akan) selalu lulus ujian. Allahu-
Akbar! *

No comments: