Nonton iklan bentar ya...!!!

Sunday 14 August 2011

Di Saat Impian Belum Terwujud

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta
alam. Shalawat dan salam kepada Nabi
kita Muhammad, keluarga dan para
sahabatnya serta orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman. Setiap orang pasti memiliki impian dan
cita-cita. Berbagai usaha pun
dikerahkan untuk mencapai impian
tersebut. Namun kadang usaha untuk
menggapai impian kandas di tengah
jalan dikarenakan berbagai rintangan dari dalam maupun dari luar. Tentu
saja impian yang kami maksudkan di
sini adalah impian yang logis yang bisa
dicapai dan bukan hanya khayalan di
negeri antah berantah. Di saat impian
tadi belum terwujud, bagaimanakah cara untuk menggapainya? Semoga
tulisan ini bisa memberikan solusi
terbaik. Belajar dari Kisah Ibrahim 'alaihis
salam dan Istrinya Suatu pelajaran yang patut dicontoh
adalah kisah Nabi Ibrahim 'alaihis
salam bersama istrinya, Sarah. Lihatlah
impiannya untuk memiliki anak sekian
lama, akhirnya bisa terwujud. Padahal
ada tiga sebab yang menjadi penghalang ketika itu. Sarah sudah
sangat tua, Ibrahim pun demikian dan
Sarah adalah wanita yang mandul.[1] Ada ulama yang berpendapat bahwa
ketika anaknya Ishaq itu lahir, Sarah
berusia 90-an tahun dan Ibrahim
berusia 100-an tahun.[2] Namun di usia sudah sangat senja seperti itu,
Allah Ta'ala memudahkan mereka
memiliki anak, yaitu Ishaq yang akan
menjadi seorang Nabi. Mengenai kisah
Ibrahim dan Sarah, kita dapat melihat
dalam dua surat. Dalam kisah mereka, Allah Ta'ala menceritakan kedatangan
tamu (para malaikat). Ia pun dan
istrinya menjamu mereka dengan
sangat baiknya dan malaikat tersebut
membawa kabar gembira pada
Ibrahim dan Sarah atas kelahiran Ishaq, ْﻒَﺨَﺗ ﺎَﻟ ﺍﻮُﻟﺎَﻗ ًﺔَﻔﻴِﺧ ْﻢُﻬْﻨِﻣ َﺲَﺟْﻭَﺄَﻓ ٍﻢﻴِﻠَﻋ ٍﻡﺎَﻠُﻐِﺑ ُﻩﻭُﺮَّﺸَﺑَﻭ (28) ِﺖَﻠَﺒْﻗَﺄَﻓ ﺎَﻬَﻬْﺟَﻭ ْﺖَّﻜَﺼَﻓ ٍﺓَّﺮَﺻ ﻲِﻓ ُﻪُﺗَﺃَﺮْﻣﺍ ٌﻢﻴِﻘَﻋ ٌﺯﻮُﺠَﻋ ْﺖَﻟﺎَﻗَﻭ (29) ِﻚِﻟَﺬَﻛ ﺍﻮُﻟﺎَﻗ ُﻢﻴِﻠَﻌْﻟﺍ ُﻢﻴِﻜَﺤْﻟﺍ َﻮُﻫ ُﻪَّﻧِﺇ ِﻚُّﺑَﺭ َﻝﺎَﻗ (30) “(Tetapi mereka tidak mau makan),
karena itu Ibrahim merasa takut
terhadap mereka. Mereka berkata:
"Janganlah kamu takut", dan mereka
memberi kabar gembira kepadanya
dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak). Kemudian isterinya
datang memekik lalu menepuk
mukanya sendiri seraya berkata:
"(Aku adalah) seorang perempuan tua
yang mandul". Mereka berkata:
"Demikianlah Tuhanmu memfirmankan" Sesungguhnya Dialah
yang Maha Bijaksana lagi Maha
Mengetahui. ” (QS. Adz Dzariyaat:
24-30) Dalam surat Huud, Allah Ta'ala
menceritakan, ﺎَﻫﺎَﻧْﺮَّﺸَﺒَﻓ ْﺖَﻜِﺤَﻀَﻓ ٌﺔَﻤِﺋﺎَﻗ ُﻪُﺗَﺃَﺮْﻣﺍَﻭ َﺏﻮُﻘْﻌَﻳ َﻕﺎَﺤْﺳِﺇ ِﺀﺍَﺭَﻭ ْﻦِﻣَﻭ َﻕﺎَﺤْﺳِﺈِﺑ (71) ٌﺯﻮُﺠَﻋ ﺎَﻧَﺃَﻭ ُﺪِﻟَﺃَﺃ ﺎَﺘَﻠْﻳَﻭ ﺎَﻳ ْﺖَﻟﺎَﻗ ٌﺀْﻲَﺸَﻟ ﺍَﺬَﻫ َّﻥِﺇ ﺎًﺨْﻴَﺷ ﻲِﻠْﻌَﺑ ﺍَﺬَﻫَﻭ ٌﺐﻴِﺠَﻋ (72) “Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu
dia tersenyum, maka Kami sampaikan
kepadanya berita gembira tentang
(kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan
lahir puteranya) Ya'qub. Isterinya
berkata: "Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak
padahal aku adalah seorang
perempuan tua, dan ini suamikupun
dalam keadaan yang sudah tua pula?.
Sesungguhnya ini benar-benar suatu
yang sangat aneh." ” (QS. Huud: 71-72) Lihatlah bagaimana impian Sarah dan
Ibrahim untuk memiliki anak baru
terwujud setelah mereka berada di
usia sangat-sangat tua. Ketika
menyebutkan kisah ini, Allah Ta'ala
pun mengatakan di akhir kisah bahwa Allah itu Al 'Alim (Maha Mengilmui) dan
Al Hakim (Maha Bijaksana). Artinya,
Allah Ta'ala memiliki ilmu yang
sempurna. Sedangkan Allah itu Al
Hakim menunjukkan bahwa Allah
memiliki kehendak, keadilan, rahmat, ihsan, dan kebaikan yang sempurna.
Di samping itu Allah Ta'ala pun betul-
betul menempatkan sesuatu pada
tempatnya. Inilah pelajaran di balik
nama Allah Al Alim dan Al Hakim. [3] Suatu yang mustahil dapat terjadi jika
Allah menghendaki. Suatu impian
yang sulit terwujud dapat digapai
dengan kekuasaan Allah. Allah Ta'ala
berfirman, َﺮَﺜْﻛَﺃ َّﻦِﻜَﻟَﻭ ِﻩِﺮْﻣَﺃ ﻰَﻠَﻋ ٌﺐِﻟﺎَﻏ ُﻪَّﻠﻟﺍَﻭ َﻥﻮُﻤَﻠْﻌَﻳ ﺎَﻟ ِﺱﺎَّﻨﻟﺍ “Dan Allah berkuasa terhadap urusan-
Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahuinya.” (QS. Yusuf: 21). Maha
Mulia Allah Ta'ala dengan segala sifat-
sifatnya yang maha sempurna. Pahamilah Takdir Ilahi Ketahuilah setiap yang terjadi di muka
bumi ini sudah tercatat di Lauhul
Mahfuzh sejak 50.000 tahun yang lalu
sebelum penciptaan langit dan bumi.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, ْﻥَﺃ َﻞْﺒَﻗ ِﻖِﺋَﻼَﺨْﻟﺍ َﺮﻳِﺩﺎَﻘَﻣ ُﻪَّﻠﻟﺍ َﺐَﺘَﻛ َﻦﻴِﺴْﻤَﺨِﺑ َﺽْﺭَﻷﺍَﻭ ِﺕﺍَﻮَﻤَّﺴﻟﺍ َﻖُﻠْﺨَﻳ ٍﺔَﻨَﺳ َﻒْﻟَﺃ “Allah telah mencatat takdir setiap
makhluk sebelum 50.000 tahun
sebelum penciptaan langit dan
bumi.” (HR. Muslim no. 2653, dari
‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash) Jika seseorang mengimani takdir ini
dengan benar, maka ia pasti akan
memperoleh kebaikan yang teramat
banyak. Ibnul Qayyim mengatakan,
“Landasan setiap kebaikan adalah jika
engkau tahu bahwa setiap yang Allah kehendaki pasti terjadi dan setiap
yang tidak Allah kehendaki tidak akan
terjadi.” (Al Fawaid, hal. 94) [4] Yang Allah takdirkan tidaklah sia-sia.
Pasti ada hikmah di balik itu semua.
Allah Ta'ala berfirman, ْﻢُﻜَّﻧَﺃَﻭ ﺎًﺜَﺒَﻋ ْﻢُﻛﺎَﻨْﻘَﻠَﺧ ﺎَﻤَّﻧَﺃ ْﻢُﺘْﺒِﺴَﺤَﻓَﺃ َﻥﻮُﻌَﺟْﺮُﺗ ﺎَﻟ ﺎَﻨْﻴَﻟِﺇ (115) ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَﻟﺎَﻌَﺘَﻓ ِﺵْﺮَﻌْﻟﺍ ُّﺏَﺭ َﻮُﻫ ﺎَّﻟِﺇ َﻪَﻟِﺇ ﺎَﻟ ُّﻖَﺤْﻟﺍ ُﻚِﻠَﻤْﻟﺍ ِﻢﻳِﺮَﻜْﻟﺍ 116) ) “Maka apakah kamu mengira, bahwa
sesungguhnya Kami menciptakan
kamu secara main-main (saja), dan
bahwa kamu tidak akan dikembalikan
kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah,
Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (Yang
mempunyai) 'Arsy yang mulia.” (QS. Al
Mu’minun: 115-116) ﺎَﻣَﻭ َﺽْﺭَﺄْﻟﺍَﻭ ِﺕﺍَﻭﺎَﻤَّﺴﻟﺍ ﺎَﻨْﻘَﻠَﺧ ﺎَﻣَﻭ َﻦﻴِﺒِﻋﺎَﻟ ﺎَﻤُﻬَﻨْﻴَﺑ (38) ﺎَّﻟِﺇ ﺎَﻤُﻫﺎَﻨْﻘَﻠَﺧ ﺎَﻣ ِّﻖَﺤْﻟﺎِﺑ “Dan Kami tidak menciptakan langit
dan bumi dan apa yang ada antara
keduanya dengan bermain-main. Kami
tidak menciptakan keduanya
melainkan dengan haq.” (QS. Ad
Dukhan: 38-39). Oleh karena itu, jika impian itu belum terwujud, maka perlu
kita pahami bahwa itulah ketentuan
Allah. Allah menjanjikan hikmah di
balik itu semua karena sifat hikmah
yang sempurna yang Dia miliki. Terus Tawakkal dan Berusaha
Semaksimal Mungkin Kita harus punya sifat optimis dengan
selalu bertawakkal (menyandarkan
hati pada Allah) dan tetap berusaha
untuk menggapai impian yang kita
cita-citakan. Ingatlah bahwa siapa saja
yang bertakwa dan bertawakkal pada Allah Ta'ala dengan sebenar-
benarnya, maka pasti Allah Ta'ala akan
memberikan ia jalan keluar dan akan
memberikan ia selalu kecukupan.
Allah Ta'ala berfirman, ﺎًﺟَﺮْﺨَﻣ ُﻪَﻟ ْﻞَﻌْﺠَﻳ َﻪَّﻠﻟﺍ ِﻖَّﺘَﻳ ْﻦَﻣَﻭ (2) ْﻦَﻣَﻭ ُﺐِﺴَﺘْﺤَﻳ ﺎَﻟ ُﺚْﻴَﺣ ْﻦِﻣ ُﻪْﻗُﺯْﺮَﻳَﻭ ُﻪُﺒْﺴَﺣ َﻮُﻬَﻓ ِﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَﻠَﻋ ْﻞَّﻛَﻮَﺘَﻳ “Barangsiapa bertakwa kepada Allah
niscaya Dia akan Mengadakan baginya
jalan keluar, dan memberinya rezki
dari arah yang tiada disangka-
sangkanya. dan Barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3) Perlu diperhatikan bahwa impian
bukan sekedar angan-angan yang
tidak ada realisasinya. Jika impian
ingin dicapai, tentu harus ada usaha
semaksimal mungkin. Cobalah kita
saksikan contoh gampangnya adalah seekor burung ketika ia ingin
menggapai impiannya untuk
memperoleh makanan di hari itu, dia
pun pergi ke luar sarangnya untuk
mencari hajat yang ia butuhkan. Ketika
pulang pun ia dalam keadaan tenang. Inilah yang diisyaratkan dalam sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, َّﻖَﺣ ِﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَﻠَﻋ َﻥﻮُﻠَّﻛَﻮَﺘَﺗ ْﻢُﻜَّﻧَﺃ ْﻮَﻟ ﻭُﺪْﻐَﺗ َﺮْﻴَّﻄﻟﺍ ُﻕُﺯْﺮَﻳ ﺎَﻤَﻛ ْﻢُﻜَﻗَﺯَﺮَﻟ ِﻪِﻠُّﻛَﻮَﺗ ًﺎﻧﺎَﻄِﺑ ُﺡﻭُﺮَﺗَﻭ ًﺎﺻﺎَﻤِﺧ “Seandainya kalian betul-betul
bertawakkal pada Allah, sungguh
Allah akan memberikan kalian rizki
sebagaimana burung mendapatkan
rizki. Burung tersebut pergi pada pagi
hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan
kenyang.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu
Majah dan Ibnu Hibban dari Umar bin
Al Khottob;derajat hasan). Lihatlah bagaimana seekor burung saja
mewujudkan impiannya dengan
mencari rizki, dengan berusaha
semaksimal mungkin. Bagaimanakah
lagi kita selaku insan yang diberi
anugerah akal oleh Sang Kholiq? Teruslah Memohon pada Allah Untuk mewujudkan impian, janganlah
lupakan Yang Di Atas. Kadang kita lalai
dan hanya bergantung pada diri kita
sendiri yang lemah dan tidak memiliki
kemampuan apa-apa. Maka
perbanyaklah do'a. Karena setiap do'a pastilah bermanfaat. Allah Ta'ala
berfirman, ْﻢُﻜَﻟ ْﺐِﺠَﺘْﺳَﺃ ﻲِﻧﻮُﻋْﺩﺍ “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu.” (QS. Al
Mu'min: 60) Jika ada yang bertanya, “Aku sudah
seringkali berdo'a, namun mengapa
impianku belum tercapai juga?” Kami
bisa memberi jawaban sebagai
berikut: Pertama: Do'a boleh jadi terkabul, namun kita saja yang tidak
mengetahui bentuk terkabulnya.
Terkabulnya do'a bisa jadi dengan
dipalingkan dari kejelekan dari do'a
yang kita minta. Dan boleh jadi Allah
simpan terkabulnya do'a tadi di akhirat kelak. Sebagaimana Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, « َﺲْﻴَﻟ ٍﺓَﻮْﻋَﺪِﺑ ﻮُﻋْﺪَﻳ ٍﻢِﻠْﺴُﻣ ْﻦِﻣ ﺎﻣ ُﻩﺎَﻄْﻋَﺃ َّﻻِﺇ ٍﻢِﺣَﺭ ُﺔَﻌﻴِﻄَﻗ َﻻَﻭ ٌﻢْﺛِﺇ ﺎَﻬﻴِﻓ ُﻪَﻟ َﻞَّﺠَﻌُﺗ ْﻥَﺃ ﺎَّﻣِﺇ ٍﺙَﻼَﺛ ﻯَﺪْﺣِﺇ ﺎَﻬِﺑ ُﻪَّﻠﻟﺍ ِﺓَﺮِﺧﻵﺍ ﻰِﻓ ُﻪَﻟ ﺎَﻫَﺮِﺧَّﺪَﻳ ْﻥَﺃ ﺎَّﻣِﺇَﻭ ُﻪُﺗَﻮْﻋَﺩ ﺎَﻬَﻠْﺜِﻣ ِﺀﻮُّﺴﻟﺍ َﻦِﻣ ُﻪْﻨَﻋ َﻑِﺮْﺼَﻳ ُْﻥَﺃ ﺎَّﻣِﺇَﻭ .« ُﺮِﺜْﻜُﻧ ًﺍﺫِﺇ ﺍﻮُﻟﺎَﻗ . َﻝﺎَﻗ » ُﺮَﺜْﻛَﺃ ُﻪَّﻠﻟﺍ » “Tidaklah seorang muslim
memanjatkan do’a pada Allah selama
tidak mengandung dosa dan
memutuskan silaturahmi (antar
kerabat, pen) melainkan Allah akan
beri padanya tiga hal: [1] Allah akan segera mengabulkan do’anya, [2]
Allah akan menyimpannya baginya di
akhirat kelak, dan [3] Allah akan
menghindarkan darinya kejelekan
yang semisal.” Para sahabat lantas
mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a.” Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas
berkata, “Allah nanti yang
memperbanyak mengabulkan do'a-
do'a kalian.” (HR. Ahmad, dari Abu
Sa'id; derajat hasan) Contohnya seseorang berdo'a,
“Allahummar-zuqnii, Allahummar-
zuqnii” (Ya Allah, berilah aku rizki. Ya
Allah, berilah aku rizki). Boleh jadi do'a
tersebut, Allah kabulkan segera atau
diakhirkan. Allah Ta'ala Maha Mengetahui yang terbaik untuk hamba
tersebut. Bahkan boleh jadi pula, Allah
simpan do'a tersebut untuk
meninggikan derajatnya di surga. Ini
tentu saja lebih tinggi dari
kebahagiaan di dunia. Kebahagiaan di akhirat kelak tentu jauh berbeda dari
kebahagiaan di dunia. Malik bin Dinar
mengatakan, ﻰﻨﻔﻳ ﺐﻫﺫ ﻦﻣ ﺎﻴﻧﺪﻟﺍ ﺖﻧﺎﻛ ﻮﻟ ، ﻥﺎﻜﻟ ﻰﻘﺒﻳ ﻑﺰﺧ ﻦﻣ ﺓﺮﺧﻵﺍﻭ ﻰﻠﻋ ﻰﻘﺒﻳ ﻑﺰﺧ ﺮﺛﺆﻳ ﻥﺃ ﺐﺟﺍﻮﻟﺍ ﻰﻨﻔﻳ ﺐﻫﺫ ، ﻦﻣ ﺓﺮﺧﻵﺍﻭ ﻒﻴﻜﻓ ﻰﻘﺒﻳ ﺐﻫﺫ ، ؟ﻰﻨﻔﻳ ﻑﺰﺧ ﻦﻣ ﺎﻴﻧﺪﻟﺍﻭ “Seandainya dunia adalah emas yang
akan fana, dan akhirat adalah
tembikar yang kekal abadi, maka
tentu saja seseorang wajib memilih
sesuatu yang kekal abadi (yaitu
tembikar) daripada emas yang nanti akan fana. Lalu bagaimana lagi jika
akhirat itu adalah emas yang akan
kekal abadi dan dunia adalah
tembikar yang akan fana?”[5] Kedua: Terkabulnya do'a boleh jadi diakhirkan agar seseorang tetap giat
dan bersemangat dalam berdo'a.
Ketika ia giat berdo'a, maka ia pun
akan mendapatkan ketinggian derajat
di akhirat kelak. Cobalah kita
perhatikan apa yang terjadi pada para Nabi 'alaihimush sholaatu wa salaam.
Mereka terus saja berdo'a dan
memperbanyak do'a, namun
terkabulnya do'a mereka diakhirkan
agar mereka tetap semangat dalam
berdo'a. Di antara contohnya adalah Nabi Ayyub 'alaihis salam yang diberi
cobaan penyakit selama 18 tahun
sehingga ia pun dijauhi kerabat dan
yang lainnya. Namun ia tetap terus
berdo'a dan berdo'a. Allah pun
memujinya karena kesabarannya tersebut, ٌﺏﺍَّﻭَﺃ ُﻪَّﻧِﺇ ُﺪْﺒَﻌْﻟﺍ َﻢْﻌِﻧ ﺍًﺮِﺑﺎَﺻ ُﻩﺎَﻧْﺪَﺟَﻭ ﺎَّﻧِﺇ “Sesungguhnya Kami dapati dia
(Ayyub) seorang yang sabar. Dialah
sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia
amat taat (kepada Tuhan-nya).” (QS.
Shaad: 44)[6] Ketiga: Boleh jadi do'a tersebut sulit terkabul karena beberapa faktor
penghalang. Di antara faktor
penghalang adalah seseorang
mengangkat tangan ke langit, namun
ia sering mengkonsumsi makanan,
minuman dan menggunakan pakaian yang haram atau diperoleh dari hasil
yang haram (sebagaimana disebut
dalam hadits riwayat Muslim no. 1015,
dari Abu Hurairah). Inilah yang
membuat do'a seseorang sulit
terkabul. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita rajin
mengintrospeksi diri, siapa tahu do'a
kita tidak kunjung terkabul karena
sebab mengkonsumsi yang haram. Penutup Teruslah berusaha, memohon pada
Allah, dan janganlah putus asa.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, ِﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَﻟِﺇ ُّﺐَﺣَﺃَﻭ ٌﺮْﻴَﺧ ُّﻯِﻮَﻘْﻟﺍ ُﻦِﻣْﺆُﻤْﻟﺍ ٌﺮْﻴَﺧ ٍّﻞُﻛ ﻰِﻓَﻭ ِﻒﻴِﻌَّﻀﻟﺍ ِﻦِﻣْﺆُﻤْﻟﺍ َﻦِﻣ ِﻪَّﻠﻟﺎِﺑ ْﻦِﻌَﺘْﺳﺍَﻭ َﻚُﻌَﻔْﻨَﻳ ﺎَﻣ ﻰَﻠَﻋ ْﺹِﺮْﺣﺍ ْﻞُﻘَﺗ َﻼَﻓ ٌﺀْﻰَﺷ َﻚَﺑﺎَﺻَﺃ ْﻥِﺇَﻭ ْﺰِﺠْﻌَﺗ َﻻَﻭ ﺍَﺬَﻛَﻭ ﺍَﺬَﻛ َﻥﺎَﻛ ُﺖْﻠَﻌَﻓ ﻰِّﻧَﺃ ْﻮَﻟ . ْﻦِﻜَﻟَﻭ ْﻮَﻟ َّﻥِﺈَﻓ َﻞَﻌَﻓ َﺀﺎَﺷ ﺎَﻣَﻭ ِﻪَّﻠﻟﺍ ُﺭَﺪَﻗ ْﻞُﻗ ِﻥﺎَﻄْﻴَّﺸﻟﺍ َﻞَﻤَﻋ ُﺢَﺘْﻔَﺗ “Mukmin yang kuat lebih baik dan
lebih dicintai oleh Allah daripada
mukmin yang lemah. Namun,
keduanya tetap memiliki kebaikan.
Bersemangatlah atas hal-hal yang
bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah. Jika
engkau tertimpa suatu musibah, maka
janganlah engkau katakan:
‘Seandainya aku lakukan demikian
dan demikian.’ Akan tetapi hendaklah
kau katakan: ‘Ini sudah jadi takdir Allah. Setiap apa yang telah Dia
kehendaki pasti terjadi.’ Karena
perkataan law (seandainya) dapat
membuka pintu syaithon.” (HR. Muslim
no. 2664, dari Abu Hurairah) Jadikanlah impian kita semata-mata
untuk tujuan akhirat dan bukan dunia
semata. Jika ingin meraih kekayaan,
jadikanlah ia sebagai amal sholih
untuk tujuan akhirat. Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda, ُﻩﺎَﻨِﻏ ُﻪَّﻠﻟﺍ َﻞَﻌَﺟ ُﻪَّﻤَﻫ ُﺓَﺮِﺧﻵﺍ ِﺖَﻧﺎَﻛ ْﻦَﻣ ﺎَﻴْﻧُّﺪﻟﺍ ُﻪْﺘَﺗَﺃَﻭ ُﻪَﻠْﻤَﺷ ُﻪَﻟ َﻊَﻤَﺟَﻭ ِﻪِﺒْﻠَﻗ ﻰِﻓ ُﻪَّﻤَﻫ ﺎَﻴْﻧُّﺪﻟﺍ ِﺖَﻧﺎَﻛ ْﻦَﻣَﻭ ٌﺔَﻤِﻏﺍَﺭ َﻰِﻫَﻭ َﻕَّﺮَﻓَﻭ ِﻪْﻴَﻨْﻴَﻋ َﻦْﻴَﺑ ُﻩَﺮْﻘَﻓ ُﻪَّﻠﻟﺍ َﻞَﻌَﺟ ﺎَﻣ َّﻻِﺇ ﺎَﻴْﻧُّﺪﻟﺍ َﻦِﻣ ِﻪِﺗْﺄَﻳ ْﻢَﻟَﻭ َﻪَﻠْﻤَﺷ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻪَﻟ َﺭِّﺪُﻗ “Barangsiapa yang niatnya adalah
untuk menggapai akhirat, maka Allah
akan memberikan kecukupan dalam
hatinya, Dia akan menyatukan
keinginannya yang tercerai berai,
dunia pun akan dia peroleh dan tunduk hina padanya. Barangsiapa
yang niatnya adalah untuk menggapai
dunia, maka Allah akan menjadikan
dia tidak pernah merasa cukup, akan
mencerai beraikan keinginannya,
dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang telah ditetapkan baginya.” (HR.
Tirmidzi no. 2465, shahih) Ketika impian tercapai, maka
perbanyaklah syukur pada Allah
dengan selalu taat dan menjauhi
larangan-larangan-Nya. Lihatlah
bagaimana do'a Ibrahim ketika di usia
senja ia masih diberi keturunan. ِﺮَﺒِﻜْﻟﺍ ﻰَﻠَﻋ ﻲِﻟ َﺐَﻫَﻭ ﻱِﺬَّﻟﺍ ِﻪَّﻠِﻟ ُﺪْﻤَﺤْﻟﺍ ُﻊﻴِﻤَﺴَﻟ ﻲِّﺑَﺭ َّﻥِﺇ َﻕﺎَﺤْﺳِﺇَﻭ َﻞﻴِﻋﺎَﻤْﺳِﺇ ِﺀﺎَﻋُّﺪﻟﺍ (39) “Segala puji bagi Allah yang telah
menganugerahkan kepadaku di hari
tua (ku) Ismail dan Ishaq.
Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar
Maha Mendengar (memperkenankan)
doa. ” (QS. Ibrahim: 39). Ada ulama yang mengatakan bahwa ketika
Isma'il lahir, usia Ibrahim 99 tahun dan
ketika Ishaq lahir, usia beliau 112
tahun.[7] Semoga tulisan ini bermanfaat. Segala
puji bagi Allah yang dengan nikmat-
Nya segala kebaikan menjadi
sempurna.

No comments: