Nonton iklan bentar ya...!!!

Sunday 14 August 2011

Dosa Kecil Pun Bisa Menjadi Besar

Seperti kita ketahui bersama bahwa
dosa itu terbagi menjadi dua yaitu
dosa besar dan dosa kecil. Namun
perlu diketahui bahwa dosa kecil
sebenarnya bisa menjadi besar, jika dilakukan karena sebab-sebab
berikut. Kita perlu mengetahui hal ini
agar kita tidak menganggap remeh
suatu dosa. Pertama: Dosa kecil tersebut sudah menjadi kebiasaan dan dilakukan
terus menerus. Terdapat sebuah hadits yang
maknanya shahih (benar), namun
didhoifkan (dilemahkan) oleh para
ulama pakar hadits, َﺓَﺮْﻴِﻐَﺻ َﻻ َﻭ ِﺭﺎَﻔْﻐِﺘْﺳِﻻﺍ َﻊَﻣ َﺓَﺮْﻴِﺒَﻛ َﻻ ِﺭﺍَﺮْﺻِﻹﺍ َﻊَﻣ “Tidak ada dosa besar jika dihapus
dengan istighfar (meminta ampun
pada Allah) dan tidak ada dosa kecil
jika dilakukan terus menerus.”[1] Kalau dosa besar sudah ditaubati,
maka janganlah diikuti dengan dosa
lainnya yang semisal, begitu pula
janganlah diteruskan dengan dosa-
dosa kecil. Kedua: Dosa bisa dianggap besar di sisi Allah jika seorang hamba
menganggap remeh dosa tersebut.
Oleh karenanya, jika seorang hamba
menganggap besar suatu dosa, maka
dosa itu akan kecil di sisi Allah.
Sedangkan jika seorang hamba menggaggap kecil (remeh) suatu
dosa, maka dosa itu akan dianggap
besar di sisi Allah. Dari sinilah jika
seseorang mengganggap besar suatu
dosa, maka ia akan segera lari dari
dosa dan betul-betul membencinya. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu
mengatakan, ٌﺪِﻋﺎَﻗ ُﻪَّﻧَﺄَﻛ ُﻪَﺑﻮُﻧُﺫ ﻯَﺮَﻳ َﻦِﻣْﺆُﻤْﻟﺍ َّﻥِﺇ ِﻪْﻴَﻠَﻋ َﻊَﻘَﻳ ْﻥَﺃ ُﻑﺎَﺨَﻳ ٍﻞَﺒَﺟ َﺖْﺤَﺗ ، َّﻥِﺇَﻭ ﻰَﻠَﻋ َّﺮَﻣ ٍﺏﺎَﺑُﺬَﻛ ُﻪَﺑﻮُﻧُﺫ ﻯَﺮَﻳ َﺮِﺟﺎَﻔْﻟﺍ ِﻪِﻔْﻧَﺃ “Sesungguhnya seorang mukmin
melihat dosanya seakan-akan ia
duduk di sebuah gunung dan
khawatir gunung tersebut akan
menimpanya. Sedangkan seorang
yang fajir (yang gemar maksiat), ia akan melihat dosanya seperti seekor
lalat yang lewat begitu saja di hadapan
batang hidungnya.”[2] Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu
mengatakan, ﻰِﻓ ُّﻕَﺩَﺃ َﻰِﻫ ًﻻﺎَﻤْﻋَﺃ َﻥﻮُﻠَﻤْﻌَﺘَﻟ ْﻢُﻜَّﻧِﺇ ِﺮَﻌَّﺸﻟﺍ َﻦِﻣ ْﻢُﻜِﻨُﻴْﻋَﺃ ، ﺎَﻫُّﺪُﻌَﻧ ﺎَّﻨُﻛ ْﻥِﺇ ِّﻰِﺒَّﻨﻟﺍ ِﺪْﻬَﻋ ﻰَﻠَﻋ - ﻪﻴﻠﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻢﻠﺳﻭ - ِﺕﺎَﻘِﺑﻮُﻤْﻟﺍ “Sesungguhnya kalian mengerjakan
amalan (dosa) di hadapan mata kalian
tipis seperti rambut, namun kami (para
sahabat) yang hidup di masa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam
menganggap dosa semacam itu seperti dosa besar.”[3] Bilal bin Sa’ad rahimahullah
mengatakan, “Janganlah engkau
melihat kecilnya suatu dosa, namun
hendaklah engkau melihat siapa yang
engkau durhakai.” Ketiga: Memamerkan suatu dosa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, َّﻥِﺇَﻭ َﻦﻳِﺮِﻫﺎَﺠُﻤْﻟﺍ َّﻻِﺇ ٌﺓﺎَﻓﺎَﻌُﻣ ﻰِﺘَّﻣُﺃ ُّﻞُﻛ ِﻞْﻴَّﻠﻟﺎِﺑ ُﺪْﺒَﻌْﻟﺍ َﻞَﻤْﻌَﻳ ْﻥَﺃ ِﺭﺎَﻬْﺟِﻹﺍ َﻦِﻣ ُﻝﻮُﻘَﻴَﻓ ُﻪُّﺑَﺭ ُﻩَﺮَﺘَﺳ ْﺪَﻗ ُﺢِﺒْﺼُﻳ َّﻢُﺛ ًﻼَﻤَﻋ ﺍَﺬَﻛَﻭ ﺍَﺬَﻛ َﺔَﺣِﺭﺎَﺒْﻟﺍ ُﺖْﻠِﻤَﻋ ْﺪَﻗ ُﻥَﻼُﻓ ﺎَﻳ ُﻪُّﺑَﺭ ُﻩُﺮُﺘْﺴَﻳ ُﺖﻴِﺒَﻴَﻓ ُﻪُّﺑَﺭ ُﻩُﺮُﺘْﺴَﻳ َﺕﺎَﺑ ْﺪَﻗَﻭ ُﻪْﻨَﻋ ِﻪَّﻠﻟﺍ َﺮْﺘِﺳ ُﻒِﺸْﻜَﻳ ُﺢِﺒْﺼُﻳَﻭ “Setiap umatku akan diampuni kecuali
orang yang melakukan jahr. Di antara
bentuk melakukan jahr adalah
seseorang di malam hari melakukan
maksiat, namun di pagi harinya –
padahal telah Allah tutupi-, ia sendiri yang bercerita, “Wahai fulan, aku
semalam telah melakukan maksiat ini
dan itu.” Padahal semalam Allah telah
tutupi maksiat yang ia lakukan, namun
di pagi harinya ia sendiri yang
membuka ‘aib-‘aibnya yang telah Allah tutup.”[4] Keempat: Dosa tersebut dilakukan oleh seorang alim yang dia menjadi
panutan bagi yang lain. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, ًﺔَﺌِّﻴَﺳ ًﺔَّﻨُﺳ ِﻡَﻼْﺳِﻹﺍ ﻰِﻓ َّﻦَﺳ ْﻦَﻣَﻭ ِﺭْﺯِﻭ ُﻞْﺜِﻣ ِﻪْﻴَﻠَﻋ َﺐِﺘُﻛ ُﻩَﺪْﻌَﺑ ﺎَﻬِﺑ َﻞِﻤُﻌَﻓ ْﻢِﻫِﺭﺍَﺯْﻭَﺃ ْﻦِﻣ ُﺺُﻘْﻨَﻳ َﻻَﻭ ﺎَﻬِﺑ َﻞِﻤَﻋ ْﻦَﻣ ٌﺀْﻰَﺷ “Barangsiapa melakukan suatu
amalan kejelekan lalu diamalkan oleh
orang sesudahnya, maka akan dicatat
baginya dosa semisal dosa orang yang
mengikutinya, tanpa mengurangi
dosanya sedikitpun.”[5] Sehingga bagi seorang alim yang
menjadi panutan lainnya, hendaknya
ia: [1] meninggalkan dosa dan [2]
menyembunyikan dosa jika ia terlanjur
melakukannya. Sebagaimana dosa seorang alim bisa
berlipat-lipat jika ada yang mengikuti
melakukan dosa tersebut, maka
begitu pula dengan kebaikan yang ia
lakukan. Jika kebaikan tersebut diikuti
orang lain, maka pahalamu akan semakin berlipat untuknya. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ًﺔَﻨَﺴَﺣ ًﺔَّﻨُﺳ ِﻡَﻼْﺳِﻹﺍ ﻰِﻓ َّﻦَﺳ ْﻦَﻣ ْﻦَﻣ ِﺮْﺟَﺃ ُﻞْﺜِﻣ ُﻪَﻟ َﺐِﺘُﻛ ُﻩَﺪْﻌَﺑ ﺎَﻬِﺑ َﻞِﻤُﻌَﻓ ْﻢِﻫِﺭﻮُﺟُﺃ ْﻦِﻣ ُﺺُﻘْﻨَﻳ َﻻَﻭ ﺎَﻬِﺑ َﻞِﻤَﻋ ٌﺀْﻰَﺷ “Barangsiapa melakukan suatu
amalan kebaikan lalu diamalkan oleh
orang sesudahnya, maka akan dicatat
baginya ganjaran semisal ganjaran
orang yang mengikutinya dan
sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran yang mereka peroleh.”[6] Semoga Allah selalu memudahkan kita
untuk melaksanakan kebaikan dan
menghindarkan kita dari setiap dosa.
Amin Ya Mujibas Saa-ilin.

No comments: