Nonton iklan bentar ya...!!!

Sunday 14 August 2011

Masa Mudamu Mempengaruhi MasaTuamu

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta
alam. Shalawat dan salam kepada Nabi
kita Muhammad, keluarga, para
sahabat dan orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman. Ingatlah, penjagaanmu terhadap hak
Allah di masa mudamu bisa
mempengaruhi masa tuamu! Kita
dapat menyaksikannya dalam
pelajaran hadits berikut. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
pernah memberi nasehat pada Ibnu
'Abbas -radhiyallahu 'anhuma-, َﻚْﻈَﻔْﺤَﻳ َﻪَّﻠﻟﺍ ِﻆَﻔْﺣﺍ “Jagalah Allah, niscaya Allah akan
menjagamu.”[1] Yang dimaksud menjaga Allah di sini
adalah menjaga batasan-batasan, hak-hak, perintah, dan larangan-
larangan Allah. Yaitu seseorang menjaganya dengan melaksanakan
perintah Allah, menjauhi larangan-
Nya, dan tidak melampaui batas dari
batasan-Nya (berupa perintah
maupun larangan Allah). Orang yang
melakukan seperti ini, merekalah yang menjaga diri dari batasan-batasan
Allah sebagaimana yang Allah puji
dalam kitab-Nya, ٍﻆﻴِﻔَﺣ ٍﺏﺍَّﻭَﺃ ِّﻞُﻜِﻟ َﻥﻭُﺪَﻋﻮُﺗ ﺎَﻣ ﺍَﺬَﻫ (٣٢) َﺀﺎَﺟَﻭ ِﺐْﻴَﻐْﻟﺎِﺑ َﻦَﻤْﺣَّﺮﻟﺍ َﻲِﺸَﺧ ْﻦَﻣ ٍﺐﻴِﻨُﻣ ٍﺐْﻠَﻘِﺑ (٣٣) “Inilah yang dijanjikan kepadamu,
(yaitu) kepada Setiap hamba yang
selalu kembali (kepada Allah) lagi
memelihara (semua peraturan- peraturan-Nya), (yaitu) orang yang takut kepada Tuhan yang Maha
Pemurah sedang Dia tidak kelihatan
(olehnya) dan Dia datang dengan hati
yang bertaubat.” (QS. Qaaf: 32-33).
Yang dimaksud dengan menjaga di
sini adalah menjaga setiap perintah Allah dan menjaga diri dari berbagai dosa serta bertaubat darinya.[2] Menjaga Hak Allah Di antara bentuk penjagaan hak Allah
sebagai berikut. Pertama: Menjaga shalat Yang utama untuk dijaga adalah
shalat lima waktu yang wajib
sebagaimana yang Allah firmankan, ِﺓﻼَّﺼﻟﺍَﻭ ِﺕﺍَﻮَﻠَّﺼﻟﺍ ﻰَﻠَﻋ ﺍﻮُﻈِﻓﺎَﺣ َﻦﻴِﺘِﻧﺎَﻗ ِﻪَّﻠِﻟ ﺍﻮُﻣﻮُﻗَﻭ ﻰَﻄْﺳُﻮْﻟﺍ (٢٣٨) “Peliharalah semua shalat(mu), dan
(peliharalah) shalat wusthaa (shalat
Ashar)[3]. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan
khusyu'.” (QS. Al Baqarah: 238). Yang
dimaksud shalat wustho di sini adalah
shalat Ashar menurut kebanyakan
ulama. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam memperingatkan keras orang yang meninggalkan shalat Ashar
sebagaimana dalam sabdanya, َﻂِﺒَﺣ ْﺪَﻘَﻓ ِﺮْﺼَﻌْﻟﺍ َﺓَﻼَﺻ َﻙَﺮَﺗ ْﻦَﻣ ُﻪُﻠَﻤَﻋ “Barangsiapa meninggalkan shalat
Ashar, maka hapuslah amalannya.”[4] Allah Ta’ala pun memuji orang-orang
yang menjaga shalatnya dalam ayat
lainnya, َﻥﻮُﻈِﻓﺎَﺤُﻳ ْﻢِﻬِﺗﻼَﺻ ﻰَﻠَﻋ ْﻢُﻫ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍَﻭ “Dan orang-orang yang memelihara
shalatnya.” (QS. Al Ma’arij: 34) Begitu pula termasuk dalam hal ini
adalah dengan menjaga thoharoh
(bersuci) karena thoharoh adalah
pembuka shalat. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, ٌﻦِﻣْﺆُﻣ َّﻻِﺇ ِﺀﻮُﺿُﻮْﻟﺍ ﻰَﻠَﻋ ُﻆِﻓﺎَﺤُﻳ َﻻَﻭ “Tidak ada yang selalu menjaga
wudhu melainkan ia adalah seorang
mukmin.”[5] Kedua: Menjaga kepala dan perut Begitu pula kita diperintahkan untuk
menjaga kepala dan perut.
Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, ْﻥَﺃ ِﺀﺎَﻴَﺤْﻟﺍ َّﻖَﺣ ِﻪَّﻠﻟﺍ َﻦِﻣ َﺀﺎَﻴْﺤِﺘْﺳِﻻﺍ َﻆَﻔْﺤَﺗَﻭ ﻰَﻋَﻭ ﺎَﻣَﻭ َﺱْﺃَّﺮﻟﺍ َﻆَﻔْﺤَﺗ ﻯَﻮَﺣ ﺎَﻣَﻭ َﻦْﻄَﺒْﻟﺍ “Sifat malu pada Allah yang
sebenarnya adalah engkau menjaga
kepalamu dan setiap yang ada di
sekitarnya, begitu pula engkau
menjaga perutmu serta apa yang ada
di dalamnya.”[6] Yang dimaksud menjaga kepala dan setiap apa yang
ada di sekitarnya, termasuk di
dalamnya adalah menjaga
pendengaran, penglihatan dan lisan
dari berbagai keharaman. Sedangkan
yang dimaksud menjaga perut dan segala apa yang ada di dalamnya,
termasuk di dalamnya adalah menjaga
hati dari terjerumus dalam yang
haram.[7] Allah Ta’ala berfirman, ﻲِﻓ ﺎَﻣ ُﻢَﻠْﻌَﻳ َﻪَّﻠﻟﺍ َّﻥَﺃ ﺍﻮُﻤَﻠْﻋﺍَﻭ ُﻩﻭُﺭَﺬْﺣﺎَﻓ ْﻢُﻜِﺴُﻔْﻧَﺃ “Dan ketahuilah bahwasanya Allah
mengetahui apa yang ada dalam
hatimu; Maka takutlah kepada-
Nya.” (QS. Al Baqarah: 235) Allah Ta’ala juga berfirman, َﻚِﺌَﻟﻭُﺃ ُّﻞُﻛ َﺩﺍَﺆُﻔْﻟﺍَﻭ َﺮَﺼَﺒْﻟﺍَﻭ َﻊْﻤَّﺴﻟﺍ َّﻥِﺇ ﺎًﻟﻮُﺌْﺴَﻣ ُﻪْﻨَﻋ َﻥﺎَﻛ “Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu
akan diminta pertanggungan
jawabnya.” (QS. Al Isro’: 36) Ketiga: Menjaga lisan Dari Abu Hurairah, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, َﻦْﻴَﺑ ﺎَﻣَﻭ ِﻪْﻴَﻴْﺤَﻟ َﻦْﻴَﺑ ﺎَﻣ ﻰِﻟ ْﻦَﻤْﻀَﻳ ْﻦَﻣ َﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ُﻪَﻟ ْﻦَﻤْﺿَﺃ ِﻪْﻴَﻠْﺟِﺭ “Barangsiapa yang menjamin padaku
apa yang ada di antara dua
janggutnya (yaitu bibirnya) dan antara
dua kakinya (yaitu kemaluan), maka ia
akan masuk surga.”[8] Keempat: Menjaga kemaluan Allah memuji orang-orang yang
menjaga kemaluan dalam beberapa
ayat. Allah Ta’ala berfirman, ْﻢِﻫِﺭﺎَﺼْﺑَﺃ ْﻦِﻣ ﺍﻮُّﻀُﻐَﻳ َﻦﻴِﻨِﻣْﺆُﻤْﻠِﻟ ْﻞُﻗ ْﻢُﻬَﻟ ﻰَﻛْﺯَﺃ َﻚِﻟَﺫ ْﻢُﻬَﺟﻭُﺮُﻓ ﺍﻮُﻈَﻔْﺤَﻳَﻭ َﻥﻮُﻌَﻨْﺼَﻳ ﺎَﻤِﺑ ٌﺮﻴِﺒَﺧ َﻪَّﻠﻟﺍ َّﻥِﺇ “Katakanlah kepada orang laki-laki
yang beriman: "Hendaklah mereka
menahan pandanganya, dan
memelihara kemaluannya; yang
demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
perbuat".” (QS. An Nur: 30) ِﺕﺎَﻈِﻓﺎَﺤْﻟﺍَﻭ ْﻢُﻬَﺟﻭُﺮُﻓ َﻦﻴِﻈِﻓﺎَﺤْﻟﺍَﻭ َّﺪَﻋَﺃ ِﺕﺍَﺮِﻛﺍَّﺬﻟﺍَﻭ ﺍًﺮﻴِﺜَﻛ َﻪَّﻠﻟﺍ َﻦﻳِﺮِﻛﺍَّﺬﻟﺍَﻭ ﺎًﻤﻴِﻈَﻋ ﺍًﺮْﺟَﺃَﻭ ًﺓَﺮِﻔْﻐَﻣ ْﻢُﻬَﻟ ُﻪَّﻠﻟﺍ “Laki-laki dan perempuan yang
memelihara kehormatannya, laki-laki
dan perempuan yang banyak
menyebut (nama) Allah, Allah telah
menyediakan untuk mereka ampunan
dan pahala yang besar.” (QS. Al Ahzab: 35) َﻥﻮُﻈِﻓﺎَﺣ ْﻢِﻬِﺟﻭُﺮُﻔِﻟ ْﻢُﻫ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍَﻭ (5) ْﻢُﻬُﻧﺎَﻤْﻳَﺃ ْﺖَﻜَﻠَﻣ ﺎَﻣ ْﻭَﺃ ْﻢِﻬِﺟﺍَﻭْﺯَﺃ ﻰَﻠَﻋ ﺎَّﻟِﺇ َﻦﻴِﻣﻮُﻠَﻣ ُﺮْﻴَﻏ ْﻢُﻬَّﻧِﺈَﻓ (6) “Dan orang-orang yang menjaga
kemaluannya, kecuali terhadap isteri-
isteri mereka atau budak yang mereka
miliki; maka sesungguhnya mereka
dalam hal ini tiada terceIa.” (QS. Al
Mu’minun: 5-6)[9] Yang lebih penting dari hal di atas
dan merupakan hak Allah yang
paling utama untuk dijaga adalah mentauhidkan Allah dan tidak menyekutukan Allah dengan selain- Nya (baca: berbuat syirik). Karena syirik adalah kezholiman yang teramat
besar. Luqman pernah berkata pada
anaknya, ٌﻢﻴِﻈَﻋ ٌﻢْﻠُﻈَﻟ َﻙْﺮِّﺸﻟﺍ َّﻥِﺇ “Sesungguhnya kesyirikan adalah
kezholiman yang paling besar.” (QS.
Luqman: 13) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
ketika membonceng Mu’adz dengan
keledai -yang bernama ‘Ufair-, beliau
bersabda, » ُﺫﺎَﻌُﻣ ﺎَﻳ ، ﻰَﻠَﻋ ِﻪَّﻠﻟﺍ َّﻖَﺣ ﻯِﺭْﺪَﺗ ْﻞَﻫ ِﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَﻠَﻋ ِﺩﺎَﺒِﻌْﻟﺍ ُّﻖَﺣ ﺎَﻣَﻭ ِﻩِﺩﺎَﺒِﻋ . « ُﻢَﻠْﻋَﺃ ُﻪُﻟﻮُﺳَﺭَﻭ ُﻪَّﻠﻟﺍ ُﺖْﻠُﻗ . َﻝﺎَﻗ » َّﻥِﺈَﻓ َﻻَﻭ ُﻩﻭُﺪُﺒْﻌَﻳ ْﻥَﺃ ِﺩﺎَﺒِﻌْﻟﺍ ﻰَﻠَﻋ ِﻪَّﻠﻟﺍ َّﻖَﺣ ﺎًﺌْﻴَﺷ ِﻪِﺑ ﺍﻮُﻛِﺮْﺸُﻳ ، ﻰَﻠَﻋ ِﺩﺎَﺒِﻌْﻟﺍ َّﻖَﺣَﻭ ﺎًﺌْﻴَﺷ ِﻪِﺑ ُﻙِﺮْﺸُﻳ َﻻ ْﻦَﻣ َﺏِّﺬَﻌُﻳ َﻻ ْﻥَﺃ ِﻪَّﻠﻟﺍ « “Wahai Mu’adz, tahukah engkau apa
hak Allah yang wajib ditunaikan oleh
hamba-Nya dan apa hak hamba yang
berhak ia dapat dari Allah?” Mu’adz
mengatakan, ”Allah dan Rasul-Nya
yang lebih tahu.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjawab, “Hak
Allah yang wajib ditunaikan oleh
setiap hamba adalah mereka harus
menyembah Allah dan tidak boleh
berbuat syirik pada-Nya dengan
sesuatu apa pun. Sedangkan hak hamba yang berhak ia dapat adalah
Allahh tidak akan menyiksa orang
yang tidak berbuat syirik kepada-Nya
dengan sesuatu apa pun.”[10] Inilah hak Allah yang mesti dan wajib
ditunaikan oleh setiap hamba sebelum
hak-hak lainnya. Siapa yang Menjaga Hak Allah,
maka Allah akan Menjaganya Barangsiapa menjaga diri dengan
melakukan perintah dan menjauhi
larangan, maka ia akan mendapatkan
penjagaan dari Allah Ta’ala. َﻚْﻈَﻔْﺤَﻳ َﻪَّﻠﻟﺍ ِﻆَﻔْﺣﺍ “Jagalah Allah, niscaya Allah akan
menjagamu.” Inilah yang dimaksud al jaza’ min jinsil
‘amal, yaitu balasan sesuai dengan
amal perbuatan. Sebagaimana Allah
mengatakan dalam ayat-ayat lainnya. ْﻢُﻛِﺪْﻬَﻌِﺑ ِﻑﻭُﺃ ﻱِﺪْﻬَﻌِﺑ ﺍﻮُﻓْﻭَﺃَﻭ “Dan penuhilah janjimu kepada-Ku,
niscaya Aku penuhi janji-Ku
kepadamu.” (QS. Al Baqarah: 40) ْﻢُﻛْﺮُﻛْﺫَﺃ ﻲِﻧﻭُﺮُﻛْﺫﺎَﻓ “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku
niscaya Aku ingat (pula)
kepadamu.” (QS. Al Baqarah: 152) ْﻢُﻛْﺮُﺼْﻨَﻳ َﻪَّﻠﻟﺍ ﺍﻭُﺮُﺼْﻨَﺗ ْﻥِﺇ “Jika kamu menolong (agama) Allah,
niscaya Dia akan menolongmu.” (QS.
Muhammad: 7) Bentuk Penjagaan Allah Jika seseorang menjaga hak-hak Allah
sebagaimana yang telah disebutkan di
atas, maka Allah pun akan selalu
menjaganya. Bentuk penjagaan Allah
ada dua macam, yaitu: Penjagaan pertama: Allah akan menjaga urusan dunianya yaitu ia
akan mendapatkan penjagaan diri,
anak, keluarga dan harta. [Penjagaan melalui Malaikat Allah] Di antara bentuk penjagaan Allah
adalah ia akan selalu mendapatkan
penjagaan dari malaikat Allah.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, ِﻪِﻔْﻠَﺧ ْﻦِﻣَﻭ ِﻪْﻳَﺪَﻳ ِﻦْﻴَﺑ ْﻦِﻣ ٌﺕﺎَﺒِّﻘَﻌُﻣ ُﻪَﻟ ِﻪَّﻠﻟﺍ ِﺮْﻣَﺃ ْﻦِﻣ ُﻪَﻧﻮُﻈَﻔْﺤَﻳ “Bagi manusia ada malaikat-malaikat
yang selalu mengikutinya bergiliran, di
muka dan di belakangnya, mereka
menjaganya atas perintah Allah.” (QS.
Ar Ro’du: 11). Ibnu Katsir
rahimahullah mengatakan, “Setiap hamba memiliki malaikat yang selalu
menemaninya. Malaikat tersebut akan
menjaganya siang dan malam. Mereka
akan menjaganya danri berbagai
kejelekan dan kejadian-kejadian.” [11] Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma
mengatakan, “Mereka adalah para
malaikat yang akan selalu menjaganya
atas perintah Allah. Jika datang ajal
barulah malaikat-malaikat tadi
meninggalkannya.” Inilah salah bentuk penjagaan Allah melalui para
malaikat bagi orang yang selalu
menjaga hak-hak Allah. [Penjagaan di Kala Usia Senja] Begitu pula Allah akan menjaga
seseorang di waktu tuanya, jika ia
selalu menjaga hak Allah di waktu
mudanya. Allah akan menjaga pendengaran, penglihatan, kekuatan
dan kecerdasannya. Inilah maksud
yang kami singgung dalam judul
artikel ini. Sebagaimana kami pernah membaca
dalam salah satu buku fiqh madzhab
Syafi’i, matan Abi Syuja’. Dalam buku
tersebut diceritakan mengenai penulis
matan yaitu Al Qodhi Abu
Syuja’ (Ahmad bin Al Husain bin Ahmad Asy Syafi’i rahimahullah Ta’ala).
Perlu diketahui bahwa beliau adalah di
antara ulama yang mati di usia sangat
tua. Umur beliau ketika meninggal
dunia adalah 160 tahun (433-596
Hijriyah). Beliau terkenal sangat dermawan dan zuhud. Beliau sudah
diberi jabatan sebagai qodhi pada usia
belia yaitu 14 tahun. Keadaan beliau di
usia senja (di atas 100 tahun), masih
dalam keadaan sehat wal afiat. Begitu
pula ketika usia senja semacam itu, beliau masih diberikan kecerdasan.
Tahukah Anda apa rahasianya? Beliau
tidakk punya tips khusus untuk rutin
olahraga atau yang lainnya. Namun
perhatikan apa tips beliau, “Aku selalu
menjaga anggota badanku ini dari bermaksiat pada Allah di waktu
mudaku, maka Allah pun menjaga
anggota badanku ini di waktu tuaku.”
Cobalah lihat, beliau bukanlah
memberikan kita tips untuk banyak
olahraga. Namun apa tips beliau? Yaitu taat pada Allah dan menjauhi segala
maksiat di waktu muda.[12] Ibnu Rajab rahimahullah juga pernah
menceritakan bahwa sebagian ulama
ada yang sudah berusia di atas 100
tahun. Namun ketika itu, mereka
masih diberi kekuatan dan
kecerdasan. Coba bayangkan bagaimana dengan keadaan orang-
orang saat ini yang berusia seperti itu?
Diceritakan bahwa di antara ulama
tersebut pernah melompat dengan
lompatan yang amat jauh. Kenapa bisa
seperti itu? Ulama tersebut mengatakan, “Anggota badan ini
selalu aku jaga agar jangan sampai
berbuat maksiat di kala aku muda.
Balasannya, Allah menjaga anggota
badanku ini di waktu tuaku.” Namun
ada orang yang sebaliknya, sudah berusia senja, jompo dan biasa
mengemis pada manusia. Para ulama
pun mengatakan tentang orang
tersebut, “Inilah orang yang selalu
melalaikan hak Allah di waktu
mudanya, maka Allah pun melalaikan dirinya di waktu tuanya.”[13] [Penjagaan pada keturunan] Begitu pula Allah akan menjaga
keturunan orang-orang sholih dan
selalu taat pada Allah. Di antaranya kita
dapat melihat pada kisah dua anak
yatim yang mendapat penjagaan Allah
karena ayahnya adalah orang yang sholih. Allah Ta’ala berfirman, ِﻦْﻴَﻤﻴِﺘَﻳ ِﻦْﻴَﻣﺎَﻠُﻐِﻟ َﻥﺎَﻜَﻓ ُﺭﺍَﺪِﺠْﻟﺍ ﺎَّﻣَﺃَﻭ ﺎَﻤُﻬَﻟ ٌﺰْﻨَﻛ ُﻪَﺘْﺤَﺗ َﻥﺎَﻛَﻭ ِﺔَﻨﻳِﺪَﻤْﻟﺍ ﻲِﻓ ﺎًﺤِﻟﺎَﺻ ﺎَﻤُﻫﻮُﺑَﺃ َﻥﺎَﻛَﻭ “Adapun dinding rumah adalah
kepunyaan dua orang anak yatim di
kota itu, dan di bawahnya ada harta
benda simpanan bagi mereka berdua,
sedang ayahnya adalah seorang yang
saleh.” (QS. Al Kahfi: 82). ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz pernah mengatakan,
“Barangsiapa seorang mukmin itu mati
(artinya: ia selalu menjaga hak Allah,
pen), maka Allah akan senantiasa
menjaga keturunan-keturunannya.” Sa’id bin Al Musayyib mengatakan
pada anaknya, “Wahai anakku, aku
selalu memperbanyak shalatku
dengan tujuan supaya Allah selalu
menjagamu.”[14] Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan,
“Barangsiapa menjaga (hak-hak)
Allah, maka Allah akan menjaganya
dari berbagai gangguan.” Sebagian
salaf mengatakan, “Barangsiapa
bertakwa pada Allah, maka Allah akan menjaga dirinya. Barangsiapa lalai dari
takwa kepada Allah, maka Allah tidak
ambil peduli padanya. Orang itu berarti
telah menyia-nyiakan dirinya sendiri.
Allah sama sekali tidak butuh
padanya.” Jika seseorang berbuat maksiat, maka
ia juga dapat melihat tingkah laku
yang aneh pada keluarganya bahkan
pada hewan tunggangannya.
Sebagaimana sebagian salaf
mengatakan, “Jika aku bermaksiat pada Allah, maka pasti aku akan
menemui tingkah laku yang aneh
pada budakku bahkan juga pada
hewan tungganganku.”[15] Penjagaan kedua: Penjagaan yang lebih dari penjagaan pertama, yaitu
Allah akan menjaga agama dan
keimanannya. Allah akan menjaga
dirinya dari pemikiran rancu yang bisa
menyesatkan dan dari berbagai
syahwat yang diharamkan. Inilah penjagaan yang lebih luar biasa dari
penjagaan pertama tadi. Hal ini dapat kita lihat sebagaimana
dalam do’a sebelum tidur yang Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam , َﻚِﺑَﻭ ﻰِﺒْﻨَﺟ ُﺖْﻌَﺿَﻭ ِّﺏَﺭ َﻚِﻤْﺳﺎِﺑ ُﻪُﻌَﻓْﺭَﺃ ، ْﺮِﻔْﻏﺎَﻓ ﻰِﺴْﻔَﻧ َﺖْﻜَﺴْﻣَﺃ ْﻥِﺇ ﺎَﻬَﻟ ، ﺎَﻤِﺑ ﺎَﻬْﻈَﻔْﺣﺎَﻓ ﺎَﻬَﺘْﻠَﺳْﺭَﺃ ْﻥِﺇَﻭ َﻦﻴِﺤِﻟﺎَّﺼﻟﺍ َﻙَﺩﺎَﺒِﻋ ِﻪِﺑ ُﻆَﻔْﺤَﺗ “Dengan menyebut nama-Mu, aku
meletakkan lambungku, dan dengan
nama-Mu aku mengangkatnya. Jika
engkau ingin menarik jiwaku, maka
ampunilah ia. Jika engkau ingin
membiarkannya, maka jagalah ia sebagaimana engkau menjaga
hamba-hambaMu yang sholih”[16] Dalam do’a ini terlihat bahwa Allah
akan senantiasa menjaga orang-orang
yang sholih.[17] Demikian pembahasan yang singkat
dari hadits di atas. Semoga hadits ini
bisa selalu menjadi pengingat dalam
setiap langkah kita. Jagalah hak Allah,
niscaya Allah akan menjagamu. Segala puji bagi Allah yang dengan
nikmat-Nya segala kebaikan menjadi
sempurna.

No comments: