Nonton iklan bentar ya...!!!

Sunday 21 August 2011

Mengobati Penyakit Hati

Penyakit Hati itu ada Dua Macam : 1. Jenis yang mana pemiliknya tdak
merasakan sakit ketika itu, yaitu
penyakit kebodohan, syubhat dan
keraguan, dan ini jenis yang paling
parah penyakitnya, akan tetapi
dikarenakan rusaknya hati tersebut dia tidak merasakan sakit tersebut. 2. Kedua, jenis penyakit yang
menyakitkan pemiliknya seperti rasa
gelisah, gundah, sedih, jengkel
(marah) dan penyakit ini kadang bisa
hilang dengan pengobatan-
pengobatan yang alami, dengan dia menghilangkan sebab-sebabnya dan
selainnya. Mengobati hati bisa dengan EMPAT
perkara : Perkara yang pertama : Dengan Al- Qur’an, karena ia merupakan
penyembuh (obat) bagi penyakit-
penyakit yang ada didalam dada dan
keraguan, juga dapat menghilangkan
dari kesyirikan, kekotoran,
kekufuran, penyakit-penyakit syubhat dan syahwat. Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi
orang yang mengetahui al-haq dan
mengamalkannya, juga sebagai
rahmat yang diperoleh orang-orang
mukmin sebagai pahala (balasan)
baik yang disegerakan atau yang diakhirkan. Alloh ta’ala berfirman : “Dan apakah
orang-orang yang sudah mati,
kemudian Kami hidupkan dan Kami
berikan cahaya kepadanya yang
terang, yang dengan cahaya itu dia
dapat berjalan-jalan di masyarakat manusia, serupa dengan keadaannya
berada dalam keadaan gelap gulita
yang sekali-kali tidak bisa keluar
daripadanya?” QS. Al-An’an ; 122 Perkara yang kedua : Hati itu butuh pada tiga perkara, 1. Hal yang dapat menjaga
kekuatannya, yaitu dengan keimanan,
dan amalan sholih serta wirid-wirid
(dzikir-dzikir) yang merupakan
ketaatan. 2. Menjaganya dari marabahaya yaitu
dengan cara meninggalkan seluruh
kemaksiatan dan berbagai macam
bentuk penyelisihan. 3. mengeluarkan semua unsur-unsur
yang menyakitkan (mengganggu)
yaitu dengan dia bertaubat dan
meminta ampun kepada Alloh. Perkara yang ketiga : Pengobatan hati yang sakit yang dikuasai oleh
hawa nafsu. Ada dua cara pengobatan, yaitu
mengoreksi (intropeksi / muhasabah)
dan menyelisihinya. Adapun
bermuhasabah ada 2 macam : 1. Sebelum diamalkan dan ia memiliki
empat tingkatan : a. Apakah amalan ini mampu untuk
dikerjakan ? b. Apakah amalan ini mengerjakannya
lebih baik daripada
meninggalkannya ? c. Apakah ibadah ini diniatkan wajah
Alloh ta’ala (ikhlas) ? d. Apakah amalan ini perlu adanya
bantuan yang dapat membantu
amalan tsb jika memang amalan tsb
butuh kepada bantuan ? Apabila
amalan ini perlu bantuan maka ia
kerjakan bila tidak maka tidak dikerjakan selamanya. 2. Setelah diamalkan dan ia ada 3
jenis : a. Menghisab (mengoreksi) dirinya
atas ketaatannya yang ia remehkan
padanya hak Alloh, dimana ia tidak
mengerjakan ketaatan tsb menurut
bentuk yang diperintahkan. Diantara
hak-hak Alloh ialah ikhlas, nasehat, mengikuti, mengetahui kebaikan-
kebaikan yang ia dapatkan, mengakui
karunia Alloh atasnya, juga mengajui
adanya kekurangan dalam hal-hal tsb. b. Mengoreksi jiwanya atas setiap
amalan yang dahulu
meninggalkannya lebih baik daripada
mengamalkannya. c. Mengoreksi dirinya atas perkara
mubah atau kebiasaan yang belum ia
kerjakan, apakah ia maksudkan
dengannya wajah Alloh dan negeri
akhirat sehingga ia menjadi orang-
orang beruntung atau ia maksudkan dunia sehingga ia menjadi orang-
orang yang merugi. Dan kumpulan
itu semua hendaklah mengoreksi
dirinya pertama kali atas amalan-
amalan fardhu, kemudian ia
sempurnakan jika ia kurang dalam mengerjakan amalan fardhu tsb,
kemudian dia menghisab dirinya atas
perkara-perkara yang diharomkan.
Jika ia tahu pernah melakukan
diantara larangan tsb langsung ia
bertaubat dan memohon ampun kepada Alloh, kemudian amalan yang
dilakukan anggota badannya,
kemudian hal-hal yang dia lalaikan. Perkara yang keempat : Pengobatan hati yang sakit karena
setan menguasai hati tersebut. Setan
merupakan musuh bagi manusia, agar
lepas (terbebas) dari setan ialah selalu
beristi’adzah kepada Alloh dengan
apa-apa yang disyariatkanNya. Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam
sendiri betul-betul mengumpulkan
antara isti’adzah dari kejelekan jiwa
dan kejelekan setan. Rosulullah
mengatakan kepada Abu Bakr : “Katakanlah Ya Alloh Pencipta langit
dan bumi, Dzat yang mengetahui
perkara yang ghaib dan yang tampak,
Rabb segala sesuatu dan pemiliknya.
Aku bersaksi bahwa tidak ada
sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Engkau, aku berlindung
kepada Engkau dari kejelekan jiwaku
dan dari kejahatan setan dan
kesyirikannya, juga berlindung dari
berbuat kejelekan terhadap diriku,
atau yang aku lakukan (kejelekan itu) terhadap seorang muslim. Ucapkanlah
doa itu, apabila engkau berada di pagi
hari dan di sore hari juga ketika
engkau ingin tidur.” HR. Tirmidzi, Abu
Dawud, lihat Shahih Tirmidzi 3/142. Beristi’adzah, tawakkal dan ikhlas
dapat menghalangi berkuasanya
setan.

No comments: