Nonton iklan bentar ya...!!!

Saturday 6 August 2011

surat dari ibu yang tersayat hatiny..

Anakku… Ini surat dari ibu yang tersayat hatinya.
Linangan air mata bertetesan deras
menyertai tersusunnya tulisan ini. Aku
lihat engkau lelaki yang gagah lagi
matang. Bacalah surat ini. Dan kau
boleh merobek-robeknya setelah itu, seperti saat engkau meremukkan
kalbuku sebelumnya. Sejak dokter mengabari tentang
kehamilan, aku berbahagia. Ibu-ibu
sangat memahami makna ini dengan
baik. Awal kegembiraan dan sekaligus
perubahan psikis dan fisik. Sembilan
bulan aku mengandungmu. Seluruh aktivitas aku jalani dengan susah
payah karena kandunganku. Meski
begitu, tidak mengurangi
kebahagiaanku. Kesengsaraan yang
tiada hentinya, bahkan kematian
kulihat didepan mataku saat aku melahirkanmu. Jeritan tangismu
meneteskan air mata kegembiraan
kami. Berikutnya, aku layaknya pelayan yang
tidak pernah istirahat. Kepenatanku
demi kesehatanmu. Kegelisahanku
demi kebaikanmu. Harapanku hanya
ingin melihat senyum sehatmu dan
permintaanmu kepada Ibu untuk membuatkan sesuatu. Masa remaja pun engkau masuki.
Kejantananmu semakin terlihat, Aku
pun berikhtiar untuk mencarikan gadis
yang akan mendampingi hidupmu.
Kemudian tibalah saat engkau
menikah. Hatiku sedih atas kepergianmu, namun aku tetap
bahagia lantaran engkau menempuh
hidup baru. Seiring perjalanan waktu, aku merasa
engkau bukan anakku yang dulu. Hak
diriku telah terlupakan. Sudah sekian
lama aku tidak bersua, meski melalui
telepon. Ibu tidak menuntut macam-
macam. Sebulan sekali, jadikanlah ibumu ini sebagai persinggahan, meski
hanya beberapa menit saja untuk
melihat anakku. Ibu sekarang sudah sangat lemah.
Punggung sudah membungkuk,
gemetar sering melecut tubuh dan
berbagai penyakit tak bosan-bosan
singgah kepadaku. Ibu semakin susah
melakukan gerakan. Anakku… Seandainya ada yang berbuat baik
kepadamu, niscaya ibu akan berterima
kasih kepadanya. Sementara Ibu telah
sekian lama berbuat baik kepada
dirimu. Manakah balasan dan terima
kasihmu pada Ibu ? Apakah engkau sudah kehabisan rasa kasihmu pada
Ibu ? Ibu bertanya-tanya, dosa apa
yang menyebabkan dirimu enggan
melihat dan mengunjungi Ibu ?
Baiklah, anggap Ibu sebagai
pembantu, mana upah Ibu selama ini ? Anakku.. Ibu hanya ingin melihatmu saja. Lain
tidak. Kapan hatimu memelas dan luluh
untuk wanita tua yang sudah lemah ini
dan dirundung kerinduan, sekaligus
duka dan kesedihan ? Ibu tidak tega
untuk mengadukan kondisi ini kepada Dzat yang di atas sana. Ibu juga tidak
akan menularkan kepedihan ini
kepada orang lain. Sebab, ini akan
menyeretmu kepada kedurhakaan.
Musibah dan hukuman pun akan
menimpamu di dunia ini sebelum di akhirat. Ibu tidak akan sampai hati
melakukannya, Anakku… Walaupun bagaimanapun engkau
masih buah hatiku, bunga kehidupan
dan cahaya diriku… Anakku… Perjalanan tahun akan menumbuhkan
uban di kepalamu. Dan balasan berasal
dari jenis amalan yang dikerjakan.
Nantinya, engkau akan menulis surat
kepada keturunanmu dengan linangan
air mata seperti yang Ibu alami. Di sisi Allah, kelak akan berhimpun sekian
banyak orang-orang yang menggugat. Anakku.. Takutlah engkau kepada Allah karena
kedurhakaanmu kepada Ibu. Sekalah
air mataku, ringankanlah beban
kesedihanku. Terserahlah kepadamu
jika engkau ingin merobek-robek surat
ini. Ketahuilah, “Barangsiapa beramal shalih maka itu buat dirinya sendiri.
Dan orang yang berbuat jelek, maka itu
(juga) menjadi tanggungannya
sendiri”. Anakku… Ingatlah saat engkau berada di perut
ibu. Ingat pula saat persalinan yang
sangat menegangkan. Ibu merasa
dalam kondisi hidup atau mati. Darah
persalinan, itulah nyawa Ibu. Ingatlah
saat engkau menyusui. Ingatlah belaian sayag dan kelelahan Ibu saat
engkau sakit. Ingatlah ….. Ingatlah….
Karena itu, Allah menegaskan dengan
wasiat : “Wahai, Rabbku, sayangilah
mereka berdua seperti mereka
menyayangiku waktu aku kecil”. Anakku…

No comments: