Nonton iklan bentar ya...!!!

Wednesday 10 August 2011

Yang Terlupa DariKeikhlasan

Ikhlas,
suatu
kata yang
sudah
tidak asing lagi di telinga kaum
muslimin. Sebuah kata yang singkat namun sangat besar
maknanya. Sebuah kata yang
seandainya seorang muslim
terhilang darinya, maka akan
berakibat fatal bagi
kehidupannya, baik kehidupan dunia terlebih lagi kehidupannya
di akhirat kelak. Ya itulah dia,
sebuah keikhlasan. Amal
seorang hamba tidak akan
diterima jika amal tersebut
dilakukan tidak ikhlas karena Allah. Allah berfirman yang artinya, “Maka sembahlah Allah dengan
mengikhlaskan agama kepada-
Nya.” (Qs. Az Zumar: 2) Keikhlasan merupakan syarat
diterimanya suatu amal
perbuatan di samping syarat
lainnya yaitu mengikuti tuntunan
Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam. Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu
berkata, “Perkataan dan
perbuatan seorang hamba tidak
akan bermanfaat kecuali dengan
niat (ikhlas), dan tidaklah akan
bermanfaat pula perkataan, perbuatan dan niat seorang
hamba kecuali yang sesuai
dengan sunnah (mengikuti
Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam)” Apa Itu Ikhlas ? Banyak para ulama yang
memulai kitab-kitab mereka
dengan membahas
permasalahan niat (dimana hal
ini sangat erat kaitannya dengan
keikhlasan), di antaranya Imam Bukhari dalam kitab Shahih-nya,
Imam Al Maqdisi dalam kitab
Umdatul Ahkam, Imam Nawawi
dalam kitab Arbain An-Nawawi
dan Riyadhus Shalihin-nya, Imam
Al Baghowi dalam kitab Masobihis Sunnah serta ulama-
ulama lainnya. Hal ini
menunjukkan betapa
pentingnya keikhlasan tersebut.
namun, apakah sesungguhnya
makna dari ikhlas itu sendiri ? Ukhti muslimah, yang dimaksud
dengan keikhlasan adalah ketika
engkau menjadikan niatmu
dalam melakukan suatu amalan
hanyalah karena Allah semata,
engkau melakukannya bukan karena selain Allah, bukan
karena riya (ingin dilihat
manusia) ataupun sum’ah (ingin
didengar manusia), bukan pula
karena engkau ingin
mendapatkan pujian serta kedudukan yang tinggi di antara
manusia, dan juga bukan karena
engkau tidak ingin dicela oleh
manusia. Apabila engkau
melakukan suatu amalan hanya
karena Allah semata bukan karena kesemua hal tersebut,
maka ketahuilah saudaraku, itu
berarti engkau telah ikhlas.
Fudhail bin Iyadh berkata,
“Beramal karena manusia adalah
syirik, meninggalkan amal karena manusia adalah riya.” Dalam Hal Apa Aku Harus
Ikhlas ? Sebagian manusia menyangka
bahwa yang namanya
keikhlasan itu hanya ada dalam
perkara-perkara ibadah semata
seperti sholat, puasa, zakat,
membaca al qur’an , haji dan amal-amal ibadah lainnya.
Namun ukhti muslimah,
ketahuilah bahwa keikhlasan
harus ada pula dalam amalan-
amalan yang berhubungan
dengan muamalah. Ketika engkau tersenyum terhadap
saudarimu, engkau harus ikhlas.
Ketika engkau mengunjungi
saudarimu, engkau harus ikhlas.
Ketika engkau meminjamkan
saudarimu barang yang dia butuhkan, engkau pun harus
ikhlas. Tidaklah engkau lakukan
itu semua kecuali semata-mata
karena Allah, engkau tersenyum
kepada saudarimu bukan karena
agar dia berbuat baik kepadamu, tidak pula engkau pinjamkan
atau membantu saudarimu agar
kelak suatu saat nanti ketika
engkau membutuhkan sesuatu
maka engkau pun akan dibantu
olehnya atau tidak pula karena engkau takut dikatakan sebagai
orang yang pelit. Tidak wahai
saudariku, jadikanlah semua
amal tersebut karena Allah. Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam bersabda: “Ada seorang
laki-laki yang mengunjungi
saudaranya di kota lain, maka
Allah mengutus malaikat di
perjalanannya, ketika malaikat itu bertemu dengannya, malaikat
itu bertanya, “Hendak ke mana
engkau ?” maka dia pun berkata
“Aku ingin mengunjungi
saudaraku yang tinggal di kota
ini.” Maka malaikat itu kembali bertanya “Apakah engkau
memiliki suatu kepentingan yang
menguntungkanmu
dengannya ?” orang itu pun
menjawab: “Tidak, hanya saja
aku mengunjunginya karena aku mencintainya karena Allah,
malaikat itu pun berkata
“Sesungguhnya aku adalah
utusan Allah untuk
mengabarkan kepadamu bahwa
sesungguhnya Allah mencintaimu sebagaimana
engkau mencintai saudaramu itu
karena-Nya.” (HR. Muslim) Perhatikanlah hadits ini wahai
ukhti, tidaklah orang ini
mengunjungi saudaranya
tersebut kecuali hanya karena
Allah, maka sebagai balasannya,
Allah pun mencintai orang tersebut. Tidakkah engkau ingin
dicintai oleh Allah wahai ukhti ? Dalam hadits lain, Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam
bersabda, “Tidaklah engkau
menafkahi keluargamu yang
dengan perbuatan tersebut
engkau mengharapkan wajah Allah, maka perbuatanmu itu
akan diberi pahala oleh Allah,
bahkan sampai sesuap makanan
yang engkau letakkan di mulut
istrimu.” (HR Bukhari Muslim) Renungkanlah sabda beliau ini
wahai ukhti, bahkan “hanya”
dengan sesuap makanan yang
seorang suami letakkan di mulut
istrinya, apabila dilakukan ikhlas
karena Allah, maka Allah akan memberinya pahala. Bagaimana
pula dengan pengabdianmu
terhadap suamimu yang engkau
lakukan ikhlas karena Allah ?
bukankah itu semua akan
mendapat ganjaran dan balasan pahala yang lebih besar?
Sungguh merupakan suatu
keberuntungan yang amat
sangat besar seandainya kita
dapat menghadirkan keikhlasan
dalam seluruh gerak-gerik kita. Berkahnya Sebuah Amal yang
Kecil Karena Ikhlas Ukhti muslimah yang semoga
dicintai oleh Allah,
sesungguhnya yang diwajibkan
dalam amal perbuatan kita
bukanlah banyaknya amal
namun tanpa keikhlasan. Amal yang dinilai kecil di mata
manusia, apabila kita
melakukannya ikhlas karena
Allah, maka Allah akan menerima
dan melipat gandakan pahala
dari amal perbuatan tersebut. Abdullah bin Mubarak berkata,
“Betapa banyak amalan yang
kecil menjadi besar karena niat,
dan betapa banyak pula amal
yang besar menjadi kecil hanya
karena niat.” Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam bersabda: “Seorang laki-
laki melihat dahan pohon di
tengah jalan, ia berkata: Demi
Allah aku akan singkirkan dahan
pohon ini agar tidak mengganggu kaum muslimin,
Maka ia pun masuk surga
karenanya.” (HR. Muslim) Lihatlah ukhti, betapa kecilnya
amalan yang dia lakukan, namun
hal itu sudah cukup bagi dia
untuk masuk surga karenanya.
Dalam hadits lain Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Dahulu ada seekor
anjing yang berputar-putar
mengelilingi sumur, anjing
tersebut hampir-hampir mati
karena kehausan, kemudian hal
tersebut dilihat oleh salah seorang pelacur dari bani israil, ia
pun mengisi sepatunya dengan
air dari sumur dan memberikan
minum kepada anjing tersebut,
maka Allah pun mengampuni
dosanya.” (HR Bukhari Muslim) Subhanallah, seorang pelacur
diampuni dosanya oleh Allah
hanya karena memberi minum
seekor anjing, betapa remeh
perbuatannya di mata manusia,
namun dengan hal itu Allah mengampuni dosa-dosanya.
Maka bagaimanakah pula apabila
seandainya yang dia tolong
adalah seorang muslim ? Dan
sebaliknya, wahai ukhti, amal
perbuatan yang besar nilainya, seandainya dilakukan tidak
ikhlas, maka hal itu tidak akan
berfaedah baginya. Dalam
sebuah hadits dari Abu Umamah
Al Bahili, dia berkata: Seorang
laki-laki datang kepada Rasulullah dan bertanya: “Wahai
Rasulullah, bagaimana
pendapatmu tentang seseorang
yang berperang untuk
mendapatkan pahala dan agar
dia disebut-sebut oleh orang lain?” maka Rasulullah pun
menjawab: “Dia tidak
mendapatkan apa-apa.” Orang
itu pun mengulangi
pertanyaannya tiga kali,
Rasulullah pun menjawab: “Dia tidak mendapatkan apa-apa.”
Kemudian beliau berkata:
“Sesungguhnya Allah tidak akan
menerima suatu amalan kecuali
apabila amalan itu dilakukan
ikhlas karenanya.” (Hadits Shahih Riwayat Abu Daud dan Nasai).
Dalam hadits ini dijelaskan
bahwa seseorang yang dia
berjihad, suatu amalan yang
sangat besar nilainya, namun dia
tidak ikhlas dalam amal perbuatannya tersebut, maka dia
pun tidak mendapatkan balasan
apa-apa. Buah dari Ikhlas Untuk mengakhiri pembahasan
yang singkat ini, maka kami akan
membawakan beberapa buah
yang akan didapatkan oleh
orang yang ikhlas. Seseorang
yang telah beramal ikhlas karena Allah (di samping amal tersebut
harus sesuai dengan tuntunan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam), maka keikhlasannya
tersebut akan mampu mencegah
setan untuk menguasai dan menyesatkannya. Allah
berfirman tentang perkataan
Iblis laknatullah alaihi yang
artinya: Iblis menjawab: “Demi
kekuasaan Engkau aku akan
menyesatkan mereka semuanya, Kecuali hamba-hamba-Mu yang
ikhlas di antara mereka.” (Qs.
Shod: 82-83). Buah lain yang
akan didapatkan oleh orang
yang ikhlas adalah orang
tersebut akan Allah jaga dari perbuatan maksiat dan
kejelekan, sebagaimana Allah
berfirman tentang Nabi Yusuf
yang artinya “Demikianlah, agar
Kami memalingkan dari padanya
kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu
termasuk hamba-hamba Kami
yang ikhlas. “ ( Qs. Yusuf : 24).
Pada ayat ini Allah mengisahkan
tentang penjagaan Allah
terhadap Nabi Yusuf sehingga beliau terhindar dari perbuatan
keji, padahal faktor-faktor yang
mendorong beliau untuk
melakukan perbuatan tersebut
sangatlah kuat. Akan tetapi
karena Nabi Yusuf termasuk orang-orang yang ikhlas, maka
Allah pun menjaganya dari
perbuatan maksiat. Oleh karena
itu wahai ukhti, apabila kita
sering dan berulang kali terjatuh
dalam perbuatan kemaksiatan, ketahuilah sesungguhnya hal
tersebut diakibatkan minim atau
bahkan tidak adanya keikhlasan
di dalam diri kita, maka
introspeksi diri dan perbaikilah
niat kita selama ini, semoga Allah menjaga kita dari segala
kemaksiatan dan menjadikan
kita termasuk orang-orang yang
ikhlas. Amin ya Rabbal alamin.

No comments: