Nonton iklan bentar ya...!!!

Saturday 12 November 2011

Jahe ( Zingiber Officinale ) merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena itu kedua bangsa ini disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak dan obat-obatan tradisional. Jahe termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), se-famili dengan temu-temuan lainnya seperti temu lawak (Cucuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galanga) dan lain-lain. Nama daerah jahe antara lain halia (Aceh), beeuing (Gayo), bahing (Batak Karo), sipodeh (Minangkabau), jahi (Lampung), jahe (Sunda), jae (Jawa dan Bali), jhai (Madura), melito (Gorontalo), geraka (Ternate), dsb. 2. URAIAN TANAMAN 2.1 Klasifikasi Divisi : Spermatophyta Sub-divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae Genus : Zingiber Species : Zingiber officinale 2.2 Deskripsi Terna berbatang semu, tinggi 30 cm sampai 1 m, rimpang bila dipotong berwarna kuning atau jingga. Daun sempit, panjang 15 – 23 mm, lebar 8 – 15 mm ; tangkai daun berbulu, panjang 2 – 4 mm ; bentuk lidah daun memanjang, panjang 7,5 – 10 mm, dan tidak berbulu; seludang agak berbulu. Perbungaan berupa malai tersembul dipermukaan tanah, berbentuk tongkat atau bundar telur yang sempit, 2,75 – 3 kali lebarnya, sangat tajam ; panjang malai 3,5 – 5 cm, lebar 1,5 – 1,75 cm ; gagang bunga hampir tidak berbulu, panjang 25 cm, rahis berbulu jarang ; sisik pada gagang terdapat 5 – 7 buah, berbentuk lanset, letaknya berdekatan atau rapat, hampir tidak berbulu, panjang sisik 3 – 5 cm; daun pelindung berbentuk bundar telur terbalik, bundar pada ujungnya, tidak berbulu, berwarna hijau cerah, panjang 2,5 cm, lebar 1 – 1,75 cm ; mahkota bunga berbentuk tabung 2 – 2,5 cm, helainya agak sempit, berbentuk tajam, berwarna kuning kehijauan, panjang 1,5 – 2,5 mm, lebar 3 – 3,5 mm, bibir berwarna ungu, gelap, berbintik- bintik berwarna putih kekuningan, panjang 12 – 15 mm ; kepala sari berwarna ungu, panjang 9 mm ; tangkai putik 2 2.3 Jenis Tanaman Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas jahe, yaitu : 1) Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak Rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bias dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan. 2) Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit Ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas, disamping seratnya tinggi. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan, atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya. 3) Jahe merah Rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe putih kecil sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua, dan juga memiliki kandungan minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil, sehingga cocok untuk ramuan obat- obatan. 3. MANFAAT TANAMAN Rimpang jahe dapat digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula dan berbagai minuman. Jahe juga dapat digunakan pada industri obat, minyak wangi, industri jamu tradisional, diolah menjadi asinan jahe, dibuat acar, lalap, bandrek, sekoteng dan sirup. Dewasa ini para petani cabe menggunakan jahe sebagai pestisida alami. Dalam perdagangan jahe dijual dalam bentuk segar, kering, jahe bubuk dan awetan jahe. Disamping itu terdapat hasil olahan jahe seperti: minyak astiri dan koresin yang diperoleh dengan cara penyulingan yang berguna sebagai bahan pencampur dalam minuman beralkohol, es krim, campuran sosis dan lain-lain. Adapun manfaat secara pharmakologi antara lain adalah sebagai karminatif (peluruh kentut), anti muntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat, anti inflamasi, anti mikroba dan parasit, anti piretik, anti rematik, serta merangsang pengeluaran getah lambung dan getah empedu. 4. SENTRA PENANAMAN Terdapat di seluruh Indonesia, ditanam di kebun dan di pekarangan. Pada saat ini jahe telah banyak dibudidayakan di Australia, Srilangka, Cina, Mesir, Yunani, India, Indonesia, Jamaika, Jepang, Meksiko, Nigeria, Pakistan. Jahe dari Jamaika mempunyai kualitas tertinggi, sedangkan India merupakan negara produsen jahe terbesar, yaitu lebih dari 50 % dari total produksi jahe dunia. 5. SYARAT PERTUMBUHAN 5.1. Iklim 1) Tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif tinggi, yaitu antara 2.500-4.000 mm/tahun. 2) Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih tanaman jahe memerlukan sinar matahari. Dengan kata lain penanaman jahe dilakukan di tempat yang terbuka sehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari. 3) Suhu udara optimum untuk budidaya tanaman jahe antara 20-35 oC. 5.2. Media Tanam 1) Tanaman jahe paling cocok ditanam pada tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung humus. 2) Tekstur tanah yang baik adalah lempung berpasir, liat berpasir dan tanah laterik. 3) Tanaman jahe dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4. Tetapi keasaman tanah (pH) optimum untuk jahe gajah adalah 6,8-7,0. 5.3. Ketinggian Tempat 1) Jahe tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis dengan ketinggian 0 - 2.000 m dpl. 2) Di Indonesia pada umumnya ditanam pada ketinggian 200 - 600 m dpl. 6. PEDOMAN BUDIDAYA 6.1. Pembibitan 1) Persyaratan Bibit Bibit berkualitas adalah bibit yang memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh yang tinggi), dan mutu fisik. Yang dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yang bebas hama dan penyakit. Oleh karena itu kriteria yang harus dipenuhi antara lain: a. Bahan bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari pasar). b. Dipilih bahan bibit dari tanaman yang sudah tua (berumur 9-10 bulan). c. Dipilih pula dari tanaman yang sehat dan kulit rimpang tidak terluka atau lecet. 2) Teknik Penyemaian Bibit Untuk pertumbuhan tanaman yang serentak atau seragam, bibit jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan. Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan peti kayu atau dengan bedengan. a. Penyemaian pada peti kayu Rimpang jahe yang baru dipanen dijemur sementara (tidak sampai kering), kemudian disimpan sekitar 1-1,5 bulan. Patahkan rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan dijemur ulang 1/2-1 hari. Selanjutnya potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam karung beranyaman jarang, lalu dicelupkan dalam larutan fungisida dan zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit kemudian keringkan. Setelah itu dimasukkan kedalam peti kayu. Lakukan cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: pada bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis, kemudian di atasnya diberi abu gosok atau sekam padi, demikian seterusnya sehingga yang paling atas adalah abu gosok atau sekam padi tersebut. Setelah 2-4 minggu lagi, bibit jahe tersebut sudah disemai. b. Penyemaian pada bedengan Buat rumah penyemaian sederhana ukuran 10 x 8 m untuk menanam bibit 1 ton (kebutuhan jahe gajah seluas 1 ha). Di dalam rumah penyemaian tersebut dibuat bedengan dari tumpukan jerami setebal 10 cm. Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan jerami lalu ditutup jerami, dan di atasnya diberi rimpang lalu diberi jerami pula, demikian seterusnya, sehingga didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan bagian atas berupa jerami. Perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan penyiraman setiap hari dan sesekali disemprot dengan fungisida. Setelah 2 minggu, biasanya rimpang sudah bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar tidak terbawa bibit berkualitas rendah. Bibit hasil seleksi itu dipatah-patahkan dengan tangan dan setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan beratnya 40-60 gram. 3) Penyiapan Bibit Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung dan dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam, barulah ditanam. 6.2. Pengolahan Media Tanam 1) Persiapan Lahan Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal harus diperhatikan syaratsyarat tumbuh yang dibutuhkan tanaman jahe. Bila keasaman tanah yang ada tidak sesuai dengan keasaman tanah yang dibutuhkan tanaman jahe, maka harus ditambah atau dikurangi keasaman dengan kapur. 2) Pembukaan Lahan Pengolahan tanah diawali dengan dibajak sedalam kurang lebih dari 30 cm dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi tanah yang gembur atau remah dan membersihkan tanaman pengganggu. Setelah itu tanah dibiarkan 2-4 minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit dan hama akan mati terkena sinar matahari. Apabila pada pengolahan tanah pertama dirasakan belum juga gembur, maka dapat dilakukan pengolahan tanah yang kedua sekitar 2-3 minggu sebelum tanam dan sekaligus diberikan pupuk kandang dengan dosis 1.500-2.500 kg. 3) Pembentukan Bedengan Pada daerah-daerah yang kondisi air tanahnya jelek dan sekaligus untuk encegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan engan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm, sedangkan anjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan. 4) Pengapuran Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara didalamnya, Terutama fosfor (p) dan calcium (Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau sulit diserap. Kondisi tanah yang masam ini dapat menjadi media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp dan pythium sp. Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yang sangat diperlukan tanaman untuk mengeraskan bagian tanaman yang berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah dan merangsang pembentukan biji. a. Derajat keasaman < 4 (paling asam): kebutuhan dolomit > 10 ton/ha. b. Derajat keasaman 5 (asam): kebutuhan dolomit 5.5 ton/ha. c. Derajat keasaman 6 (agak asam): kebutuhan dolomit 0.8 ton/ha. 6.3. Teknik Penanaman 1) Penentuan Pola Tanaman Pembudidayaan jahe secara monokultur pada suatu daerah tertentu memang dinilai cukup rasional, karena mampu memberikan produksi dan produksi tinggi. Namun di daerah, pembudidayaan tanaman jahe secara monokultur kurang dapat diterima karena selalu menimbulkan kerugian. Penanaman jahe secara tumpangsari dengan tanaman lain mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut : a. Mengurangi kerugian yang disebabkan naik turunnya harga. b. Menekan biaya kerja, seperti: tenaga kerja pemeliharaan tanaman. c. Meningkatkan produktivitas lahan. d. Memperbaiki sifat fisik dan mengawetkan tanah akibat rendahnya pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu). Praktek di lapangan, ada jahe yang ditumpangsarikan dengan sayursayuran, seperti ketimun, bawang merah, cabe rawit, buncis dan lain-lain. Ada juga yang ditumpangsarikan dengan palawija, seperti jagung, kacang tanah dan beberapa kacang-kacangan lainnya. 2) Pembutan Lubang Tanam Untuk menghindari pertumbuhan jahe yang jelek, karena kondisi air tanah yang buruk, maka sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan. Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3-7,5 cm untuk menanam bibit. 3) Cara Penanaman Cara penanaman dilakukan dengan cara melekatkan bibit rimpang secara rebah ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah disiapkan. 4) Perioda Tanam Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sekitar bulan September dan Oktober. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya. 6.4. Pemeliharaan Tanaman 1) Penyulaman Sekitar 2-3 minggu setelah tanam, hendaknya diadakan untuk melihat rimpang yang mati. Bila demikian harus segera dilaksanakan penyulaman gar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan tanaman lain, maka sebaiknya dipilih bibit rimpang yang baik serta pemeliharaan yang benar. 2) Penyiangan Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman jahe berumur 2-4 minggu kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali. Tergantung pada kondisi tanaman pengganggu yang tumbuh. Namun setelah jahe berumur 6-7 bulan, sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur tersebut rimpangnya mulai besar. 3) Pembubunan Tanaman jahe memerlukan tanah yang peredaran udara dan air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu tujuan pembubunan untuk menimbun rimpang jahe yang kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah. Apabila tanaman jahe masih muda, cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pada bulan berikutnya dapat diperdalam dan diperlebar setiap kali pembubunan akan berbentuk gubidan dan sekaligus terbentuk sistem pengairan yang berfungsi untuk menyalurkan kelebihan air. Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tanaman jahe berbentuk rumpun yang terdiri atas 3-4 batang semu, umumnya pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman jahe. Namun tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya hujan. 4) Pemupukan a. Pemupukan Organik Pada pertanian organik yang tidak menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan dan obat-obatan, maka pemupukan secara organik yaitu dengan menggunakan pupuk kompos organik atau pupuk kandang dilakukan lebih sering disbanding kalau kita menggunakan pupuk buatan. Adapun pemberian pupuk kompos organik ini dilakukan pada awal pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk dasar sebanyak 60 – 80 ton per hektar yang ditebar dan dicampur tanah olahan. Untuk menghemat pemakaian pupuk kompos dapat juga dilakukan dengan jalan mengisi tiap- tiap lobang tanam di awal pertanaman sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 – 3 kg per tanaman. Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan bersamaan dengan kegiatan pembubunan. b. Pemupukan Konvensional Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman jahe perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/ pohon; dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan. Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N dan K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan dan 4 bulan. Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau dalam bentuk alur dan ditanam di sela-sela tanaman 5) Pengairan dan Penyiraman Tanaman Jahe tidak memerlukan air yang terlalu banyak untuk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal masa tanam diusahakan penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan September; 6) Waktu Penyemprotan Pestisida Penyemprotan pestisida sebaiknya dilakukan mulai dari saat penyimpanan bibit yang untuk disemai dan pada saat pemeliharaan. Penyemprotan pestisida pada fase pemeliharaan biasanya dicampur dengan pupuk organik cair atau vitamin-vitamin yang mendorong pertumbuhan jahe. 7. HAMA DAN PENYAKIT 7.1. Hama Hama yang dijumpai pada tanaman jahe adalah: 1) Kepik, menyerang daun tanaman hingga berlubang-lubang. 2) Ulat penggesek akar, menyerang akar tanaman jahe hingga menyebabkan tanaman jahe menjadi kering dan mati. 3) Kumbang. 7.2. Penyakit 1) Penyakit layu bakeri Gejala: Mula-mula helaian daun bagian bawah melipat dan menggulung kemudian terjadi perubahan warna dari hijau menjadi kuning dan mengering. Kemudian tunas batang menjadi busuk dan akhirnya tanaman mati rebah. Bila diperhatikan, rimpang yang sakit itu berwarna gelap dan sedikit membusuk, kalau rimpang dipotong akan keluar lendir berwarna putih susu sampai kecoklatan. Penyakit ini menyerang tanaman jahe pada umur 3-4 bulan dan yang paling berpengaruh adalah faktor suhu udara yang dingin, genangan air dan kondisi tanah yang terlalu lembab. Pengendalian: jaminan kesehatan bibit jahe; karantina tanaman jahe yang terkena penyakit; pengendalian dengan pengolahan tanah yang baik; pengendalian fungisida dithane M-45 (0,25%), Bavistin (0,25%) 2) Penyakit busuk rimpang Penyakit ini dapat masuk ke bibit rimpang jahe melalui lukanya. Ia akan tumbuh dengan baik pada suhu udara 20-25 derajat C dan terus berkembang akhirnya menyebabkan rimpang menjadi busuk. Gejala : Daun bagian bawah yang berubah menjadi kuning lalu layu dan akhirnya tanaman mati. Pengendalian: penggunaan bibit yang sehat; penerapan pola tanam yang baik; penggunaan fungisida. 3) Penyakit bercak daun Penyakit ini dapat menular dengan bantuan angin, akan masuk melalui luka maupun tanpa luka. Gejala: Pada daun yang bercak-bercak berukuran 3-5 mm, selanjutnya bercakbercak itu berwarna abu-abu dan ditengahnya terdapat bintik- bintik berwarna hitam, sedangkan pinggirnya busuk basah. Tanaman yang terserang bisa mati. Pengendalian : baik tindakan pencegahan maupun penyemprotan penyakit bercak daun sama halnya dengan cara-cara yang dijelaskan di atas. 7.3. Gulma Gulma potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara lain adalah rumput teki, alang- alang, ageratum, dan gulma berdaun lebar lainnya. 7.4. Pengendalian hama/penyakit secara organik Dalam pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dengan bahan- bahan yang ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman untuk menghindari serangan hama dan penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah sbb: 1) Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit unggul yang sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman. 2) Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami. 3) Menggunakan varietas-varietas unggul yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit. 4) Menggunakan pengendalian fisik/ mekanik yaitu dengan tenaga manusia. 5) Menggunakan teknik-teknik budidaya yang baik misalnya budidaya tumpang sari dengan pemilihan tanaman yang saling menunjang, serta rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya untuk memutuskan siklus penyebaran hama dan penyakit potensial. 6) Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yang dipanen ma maupun pada tanah. Disamping itu penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan darurat berdasarkan aras kerusakan ekonomi yang diperoleh dari hasil pengamatan. Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati dan digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah: 1) Tembakau (Nicotiana tabacum) yang mengandung nikotin untuk insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi untuk serangga kecil misalnya Aphids. 2) Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yang mengandung piretrin yang dapat digunakan sebagai insektisida sistemik yang menyerang urat syaraf pusat yang aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, dan lalat buah. 3) Tuba (Derris elliptica dan Derris malaccensis) yang mengandung rotenone untuk insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk hembusan dan semprotan. 4) Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yang mengandung azadirachtin yang bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap seperti wereng dan serangga pengunyah seperti hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif untuk menanggulangi serangan virus RSV, GSV dan Tungro. 5) Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yang bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yang dapat digunakan sebagai insektisida dan larvasida. 6) Jeringau (Acorus calamus) yang rimpangnya mengandung komponen utama asaron dan biasanya digunakan untuk racun serangga dan pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus. 8. PANEN 8.1. Ciri dan Umur Panen Pemanenan dilakukan tergantung dari penggunaan jahe itu sendiri. Bila kebutuhan untuk bumbu penyedap masakan, maka tanaman jahe sudah bisa ditanam pada umur kurang lebih 4 bulan dengan cara mematahkan sebagian rimpang dan sisanya dibiarkan sampai tua. Apabila jahe untuk dipasarkan maka jahe dipanen setelah cukup tua. Umur tanaman jahe yang sudah bisa dipanen antara 10-12 bulan, dengan ciri-ciri warna daun berubah dari hijau menjadi kuning dan batang semua mengering. Misal tanaman jahe gajah akan mengering pada umur 8 bulan dan akan berlangsung selama 15 hari atau lebih. 8.2. Cara Panen Cara panen yang baik, tanah dibongkar dengan hati-hati menggunakan alat garpu atau cangkul, diusahakan jangan sampai rimpang jahe terluka. Selanjutnya tanah dan kotoran lainnya yang menempel pada rimpang dibersihkan dan bila perlu dicuci. Sesudah itu jahe dijemur di atas papan atau daun pisang kira-kira selama 1 minggu. Tempat penyimpanan harus terbuka, tidak lembab dan penumpukannya jangan terlalu tinggi melainkan agak disebar. 8.3. Periode Panen Waktu panen sebaiknya dilakukan sebelum musim hujan, yaitu diantara bulan Juni – Agustus. Saat panen biasanya ditandai dengan mengeringnya bagian atas tanah. Namun demikian apabila tidak sempat dipanen pada musim kemarau tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada musim kemarau tahun berikutnya. Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya rimpang dan menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif karena lebih banyak kadar airnya. 8.4. Perkiraan Hasil Panen Produksi rimpang segar untuk klon jahe gajah berkisar antara 15-25 ton/ hektar, sedangkan untuk klon jahe emprit atau jahe sunti berkisar antara 10-15 ton/hektar. 9. PASCAPANEN 9.1. Penyortiran Basah dan Pencucian Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian. Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya dan jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember. 9.2. Perajangan Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel dan alasi bahan yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah perajangan, timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ ember. Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong. 9.3. Pengeringan Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak saling menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari air, udara yang lembab dan dari bahan- bahan disekitarnya yang bisa mengkontaminasi. Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50oC - 60oC. Rimpang yang akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yang dihasilkan 9.4. Penyortiran Kering. Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan cara memisahkan bahan- bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya). 9.5. Pengemasan Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau karung yang bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya). Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya. 9.6. Penyimpanan Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30oC dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang. 10.ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN 10.1. Analisis Usaha Budidaya Perkiraan analisis usaha budidaya jahe seluas 1 ha; yang dilakukan petani pada tahun 1999 di daerah Bogor. 1) Biaya produksi 2) Bibit: 2.000 bh @ Rp. 1.700,- = Rp. 3.400.000,- b. Pupuk Pupuk buatan: Urea 165 kg @ Rp. 1.100, = Rp. 181.500,- TSP 160 kg @ Rp. 1800,- = Rp. 288.000,- KCl 160 kg @ Rp. 1.600,- = Rp. 256.000,- Pupuk kandang 3.000 kg @ Rp. 150,- = Rp. 750.000,- c. Obat 20 kg @ Rp. 15.000,- Rp. 300.000,- d. Alat Rp. 180.000, e. Bahan (mulsa) 20.000 m @ Rp. 150,- Rp. 3.000.000,- f. Tenaga kerja 200 OH Rp. 2.000.000,- g. Biaya Lain-lain Rp. 1.000.000,- Jumlah biaya produksi Rp. 11.355.500,- 2) Penerimaan: 10.000 bh @ 1.500,-= Rp. 15.000.000,- 3) Keuntungan usaha tani Rp. 3.644.500,- 4) Parameter kelayakan usaha a. B/C rasio = 1,321 10.2. Gambaran Peluang Agribisnis Saat ini permintaan akan jahe oleh negara importir terus mengalami peningkatan, akan tetapi permintaan tersebut belum semuanya dapat dipenuhi mengingat produksi jahe masih terserap oleh kebutuhan dalam negeri. Dilihat dari segi harga, dari tahun 1991 hingga saat ini fluktuasi harga jahe basah maupun kering boleh dikatakan stabil. Dilihat dari segi permintaan, stabilitas harga serta produksi jahe dalam negeri prosepek agrobisnis jahe sangat cerah. 11.STANDAR PRODUKSI 11.1. Ruang Lingkup Standar meliputi jenis dan standar mutu, cara pengambilan contoh dan syarat pengemasan. 11.2. Deskripsi Standar mutu jahe di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI– 01–3179–1992. 11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu Jahe diklasifikasikan menjadi 3 jenis mutu, yaitu: mutu I, II, III. 1) Syarat umum a. Kesegaran jahe: segar b. Rimpang bertunas: tidak ada c. Kenampakan irisan melintang: cerah c. Bentuk rimpang: utuh d. Serangga hidup: bebas 2) Syarat Khusus a. Ukuran berat: mutu I > 250 gram/rimpang; mutu II 150-249 gram/rimpang; mutu III dicantumkan sesuai hasil analisa <10%. b. Rimpang yang terkelupas kulitnya (rimpang/jumlah rimpang): mutu I=0 %; mutu II=0 %; mutu III<10 %. c. Benda asing: mutu I=0 %; mutu II=0 %; mutu III<3 % d. Rimpang berkapang (rimpang/ jumlah rimpang): mutu I=0%; mutu II=0%; mutu III <10% Untuk mendapatkan jenis jahe yang sesuai dengan standar mutu dilakukan pengujian,yang meliputi: 1) Penentuan benda-benda asing Timbanglah sejumlah contoh yang beratnya diantara 100–200 gram. Pisahkan benda-benda yang akan ditentukan persentase bobotnya dan dipindahkan pada kaca arloji yang telah ditera. Kaca arloji beserta benda asing tersebut ditimbang pada neraca analitik. Perbedaan kedua penimbang tersebut menunjukan jumlah benda asing dalam cuplikan yang diuji. 2) Penentuan kadar serat Keringkan kira-kira 5 gram cuplikan untuk pengujian didalam sebuah oven udara listrik 105 + 1 derajat C, sampai berat tetap. Timbanglah dengan teliti kira-kira 2,5 gram bahan yang telah dikeringkan itu ke dalam sebuah thimble dan ekstraklah dengan petroleum eter (titik didih 40-60 derajat C) selama kira-kira 1 jam dengan menggunakan sebuah alat soxhlet. Pindahkan bahan yang telah bebas lemak tersebut kedalam sebuah labu berkapasitas 1 liter. Ambillah 200 ml asam sulfat encer, tempatkanlah dalam sebuah gelas piala, didihkanlaah seluruh asam yang mendidih itu kedalam labu yang telah berisi bahan bebas lemak tersebut di atas. Lengkapilah segera labu itu dengan pendingin balik yang dialiri air, dan panaskanlah sedemikian rupa sehingga labu mendidih setelah satu menit. Goyang-goyanglah labu agak sering sambil menghindari tertinggalnya bahan pada dinding labu yang tak bersentuhan dengan asam. Lanjutkanlah pendidihan selama tepat 30 menit. Tanggalkanlah labu dan saringlah melalui kain halus (kira-kira 18 serat untuk setiap sentimeter) yang ditempatkan dalam sebuah corong penyaring dan cucilah dengan air mendidih sampai cucian tidak lagi bersifat asam terhadap lakmus. Didihkanlah sejumlah larutan natrium hidroksida dengan menggunakan pendingin balik dan didihkanlah selama tepat 30 menit. Tanggalkanlah labu itu dan saringlah dengan segera dengan kain penyaring. Cucilah residum dengan baik dengan iar mendidih dan pindahkanlah kedalam krus gooch yang telah berisi lapisan tipis dan kompak asbes yang telah dipijarkan. Cucilah residu dengan baik pertama- tama dengan air panas kemudian dengan kira-kira 15 ml etil alkohol 95%. Keringkanlah Krus Gooch dan isinya pada 105 + 1 derajat C dalam oven udara sampai berat tetap. Dinginkan dan timbanglah. Pijarkan krus Gooch tersebut pada 600 + 20 derajat C dalam tanur suhu udara tinggi sampai seluruh bahan menngandung karbon terbakar. Dinginkanlah krus Gooch yang berisi abu tersebut dalam sebuah eksikator dan timbanglah. 3) Penentuan kadar minyak a. Timbanglah dengan teliti, mendekati 1 gram, kira-kira 35–40 gram cuplikan yang telah dipotong kecil- kecil sebelum dimasukan kedalam labu didih. b. Tambahkanlah air sampai seluruh cuplikan tersebut terendam dan tambahkan pula ke dalamnya sejumlah batu didih. c. Sambunglah labu didih dengan alat “Dean-Stark” sehingga dapat digunakan untuk pekerjaan destilasi dan panaskanlah labu didih tersebut beserta isinya. Penyulingan dihentikan bila tidak ada lagi butir-butir minyak yang menetes bersama-sama air atau bila volume minyak dalam penampung tidak berubah dalam beberapa waktu. Biasanya penyulingan ini memerlukan waktu lebih kurang 6 jam. Rendamlah penampung beserta isinya kedalam air sehingga cairan didalamnya mencapai suhu udara kamar dan ukurlah volume minyak yang tertampung. 11.4. Pengambilan Contoh 1) Pengambilan contoh Dari jumlah kemasan dalam satu partai jahe segar siap ekspor diambil sejumlah kemasan secara acak seperti dibawah ini, dengan maksimum berat tiap partai 20 ton. a. Untuk jumlah kemasan dalam partai 1–100, contoh yang diambil 5. b. Untuk jumlah kemasan dalam partai 101–300, contoh yang diambil adalah 7 c. Untuk jumlah kemasan dalam partai 301–500, contoh yang diambil adalah 9 d. Untuk jumlah kemasan dalam partai 501-1000, contoh yang diambil adalah 10 e. Untuk jumlah kemasan dalam partai di atas 1000, contoh yang diambil minimum 15. Kemasan yang telah diambil, dituangkan isinya, kemudian diambil secara acak sebanyak 10 rimpang dari tiap kemasan sebagai contoh. Khusus untuk kemasan jahe segar berat 10 kg atau kurang, maka contoh yang diambil sebanyak 5 rimpang. Contoh yang telah diambil kemudian diuji untuk ditentukan mutunya. 2) Petugas pengambil contoh Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang telah berpengalaman atau dilatih terlebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu badan hukum. 11.5. Pengemasan Jahe segar disajikan dalam bentuk rimpang utuh, dikemas dengan jala plastik yang kuat, dengan berat maksimum 15 kg tiap kemasan, atau dikemas dengan keranjang bambu dengan berat sesuai kesepakatan anatara penjual dan pembeli. Dibagian luar dari tiap kemasan ditulis, dengan bahan yang tidak luntur

Wednesday 2 November 2011

mengenangmu

Tersayat samurai sang pangeran perang….
Saat mengingat kerlingan matamu,
Tertusuk panah pemburu liar….
Rasa hatiku kala ingat chanda tawamu,

Hatiku seperti mati disini…
Ini tempat kita selalu bersama beberapa hari yang lalu,
Hanya diam mengingat bayang dirimu…
Disini kita bercerita tentang dirimu dan diriku,

Terlalu banyak kenangan bersama kamu…
Terlalu berat untuk tidak bersama kini…
Tak mungkin aku melupakanmu..
Terasa pilu hatiku disini sendiri…

Bayangmu lenyap ketika ku ingat kau tlah tiada,
Swaramu melemah saat ku ingat kau mulai jauh
Senyum manis mu perlahan pudar
Langkahmu cepat dan tak terlawan waktu……

catatan alanboy..Renungan

hatiku dan Saudaraku…ingatlah dunia bkn sgala2nya bagi kita…tugas kita hanya mncari sebagian yg kita perlukan untuk di dunia saja…jgn engkau tngglkan perintah2 ALLAH hanya sekedar mncari kebahagiaan dunia…jgn kau sakiti orang tuamu dan saudara2mu..mereka berajasadlm hidupmu..

ktka dirimu dlm kandungan..ibu…ibumu slalu merasakan pahit…rasa skt.., pegal.., bahkan nyawa sekalipun rela oa korbankan demimu.., smua ia rasakan dlm nafasnya..dlm hari2nya untuk menjagamu hatiku dan saudaraku…samapai ia menahan skt wktu ingin melahirkan hanya berdoa..”Ya ALLAH…Jika dirimu ingin mncabut nyawa…Cabutlah nyawaku..selamatkan anakku yg dlm kandunganku ini…”stelah dirimu kluar dlm kandungan..ibumu slamat dan dirimu…ibumu memberikan ASI…, mngajarkanmu banyak hal.., berbicara.., jalan.., tingkah laku dan sebagainya..smpai kelak kau dewasa…tapi apa yang trjadi…dirimu Nakal..jarang mengarjakan sholat.., tnggl waktu tyuz..orang tuamu kau lawan ktka dirimu dewasa.., entah merasa gengsi..atau apapun yang kau ucapakan..tak menuruti apa yang diperntah oleh orang tuamu….asstaghfirullahal adziim..

hatiku dan saudaraku…itu yang tlah kita jalani dlm hidup ne…pasti dan takan mungkin jika tdk terjadi…

hari2 pun berlalu..tahun demi tahunpun tlah kau lewati…tiba saatnya dirimu kan menemui ajal…

hatiku dan saudaraku….dirimu bnyak sekali tlah membaca buku2 tentang sakaratul maut dan siksa alam kubur…tentu dirimu jika beriman dngn hari akhir kau akan percaya dngn apa yang kau baca…Buku tentang Islam itu tidak dpt berubah2 saudaraku…tidak seperti Injil dan kitab2 laen skrng…Buku Islam itu mngacu pada isi Al-Qur;an dan hadist..yang tkn pernah berubah dan dpt beubah…

hatiku dan saudaraku…sakaratul maut itu sangat sakit..tp kesakitan itu dpt mnjadi tidak skt jika kita slama hidup menjalani pernth ALLAh dan berbuat kebaikan…namun….sakaratul jika kita hidup dlm kesesatan.., biasa2 saja.., ataupn dlm kekafirn.., tinggl sholat.., lupa mngaji…sakaratul maut itu pun kan amat sangat sakit dirasakannya…Tidak berhnti pada itu saja…

saudaraku dan hatiku…bayangkan skrng…Jika dirimu dlm ruang yang gelap dan sempit.tdk dpt bergerak..dan hanya sendiri…bayangkan saudara dan hatiku…ktika itu malaikat mungkar dan nakir datang…menyakan man rabbuka…??? kita jwb..Allahu Rabbi…dtnyakanlah tentang sholat…apakah dirimu mendirikan sholat stiap hari…???jwb kita…Tidak…disiksalah kita dngn malaikat mungkar dan nakir…walaupn kita sambil menangis..meneteskn air mata begitu buanyak..hingga air mata itu mnjadi darah..takan mungkin saudaraku…takan mngkin kita dpt kmbali Hidup…walaupun kita memhn beberapa kali untuk hidup embali dan berjanji akan taat…takan prnh mungkin dpt hidup kembali…truz saudaraku dan hatku..Siksaan kan berlanjut…hingga kita kan masuk kedlm lubang neraka….Naudzubillahi mindzalik…

WASSALAM….

Smoga renungan ini dpt kita renungkan tuk menjadi riri kita agar mnjadi lbh baik dari hari2 yg tlah lalu…

Ingat…manusia tak luput dari dosa…manusia tkn prnh kekal hidup..dan manusia tkn prnh smpurna kcuali orng2 yang ingin slalu memperbaiki hati dan dirinya untuk menuju dan berupaya mndptkan keridhoan ALLAH…

menanam adab diri.menghafal al-quran

Bismillahirrahmanirrahim

MENGHAFAL AL-QUR’AN

Keutamaannya. Menghafal Al-Qur’an adalah mukjizat dan keajaiban yang tiada duanya. Betapa banyak penghafal kitab suci ini, baik dari kalangan anak-anak, remaja maupun orang dewasa. Lebih ajaib lagi adalah jutaan orang yang sebenarnya tidak memahami bahasa Arab namun mampu membaca dan menghafal Al-Qur’an dengan sangat fasih, terkadang jauh lebih baik daripada bangsa Arab sendiri.
Dimudahkannya Al-Qur’an untuk dihafal dan dibaca adalah bagian dari pemeliharaan Allah terhadap kitab-Nya. Dengan cara ini maka Al-Qur’an menyatu dengan kaum muslimin, yakni bersemayam di dalam dada, bukan hanya ada diatas lembaran-lembaran yang mati. Jika bersama hafalan itu disertakan pula pemahaman, maka dengan izin Allah, Al-Qur’an akan hidup dan mewarnai keseharian mereka, sebagaimana yang Allah firmankan: “Sebenarnya, Al-Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zhalim.” (QS al-Ankabut: 49).
Oleh karena itu, di masa silam, Al-Qur’an adalah materi pertama dalam jenjang pendidikan dasar yang dilalui anak-anak sebelum mereka mencapai usia baligh (dengan cara tasmi', bukan qira'ah) selain tata cara ibadah wajib, aqidah, adab dan bahasa. Sebagian anak ada yang menghafalnya sampai tuntas, sedang yang lain menghafal sesuai kemampuannya. Dengan kata lain, menghafal Al-Qur’an adalah bagian dari metode tarbiyah yang sangat dahsyat, baik terhadap pribadi maupun umat. Sebab, diantara tujuan penyelenggaraan halaqah tahfizh adalah melatih diri dengan adab serta akhlaq yang diajarkan Al-Qur’an, selain meraih kadar tertentu dalam hafalan.
Ayat Al-Qur’an, hadits Nabi dan kata-kata ulama’ tentang keutamaan membaca, mempelajari, mengajarkan dan menghafal Al-Qur’an sangatlah banyak, yang akan terlalu panjang jika diuraikan semuanya disini. Sebagai contoh, cukuplah kami nukil beberapa diantaranya, sbb:
Allah ta'ala berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi; agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri." (QS Fathir: 29-30).
Rasulullah shalla-llahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya." (Riwayat al-Bukhari).
Beliau juga bersabda, "(Kelak di Hari Kiamat) akan dikatakan kepada shahib Al-Qur'an, 'Bacalah, naiklah, dan tartil-kanlah sebagaimana engkau men-tartil-nya di dunia, karena sesungguhnya kedudukanmu adalah (sesuai) ayat terakhir yang engkau baca." (Riwayat at-Tirmidzi; hadits hasan-shahih). Disini, shahib Al-Qur'an adalah orang yang mengamalkan isinya, menerapkan akhlaq-akhlaqnya, dan rutin membacanya.
Beliau juga bersabda, "Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah, maka dia mendapatkan satu kebaikan, sedangkan kebaikan itu (dibalas) dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan bahwa Alif Laam Miim itu satu huruf. Akan tetapi, alif satu huruf, laam satu huruf, dan miim satu huruf." (Riwayat at-Tirmidzi; hadits hasan-shahih).
Beliau juga bersabda, "Ahli Al-Qur'an adalah ahlullah dan orang khusus-Nya." (Riwayat Ahmad).
Generasi salaf yang shalih dari umat ini benar-benar memahami nilai-nilai kebaikan diatas sebagai sesuatu yang membuat para pelajar dan pengajar Al-Qur'an menjadi istimewa di tengah-tengah mereka. Inilah Abu 'Abdirrahman as-Sulami, ulama’ yang duduk membacakan Al-Qur'an kepada kaum muslimin selama 40 tahun di Masjid Kufah, beliau berkata, "Hadits Rasulullah shalla-llahu 'alaihi wa aalihi wasallam yang berbunyi, 'Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari dan mengajarkan Al-Qur'an', inilah yang membuat aku duduk di tempat ini."
Imam asy-Syafi'i berkata, "Barangsiapa yang mempelajari Al-Qur'an, maka menjadi besarlah nilai dirinya."
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani berkata, "Tidak diragukan lagi, bahwa orang yang menyatukan antara mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya adalah orang yang menyempurnakan dirinya dan orang lain sekaligus. Dia telah menyatukan antara manfaat yang terbatas (bagi dirinya) dan manfaat yang menular (kepada orang lain). Oleh karenanya ia menjadi lebih utama."
Kaidah hafalan. Menghafal Al-Qur’an adalah tugas yang mulia, sebagaimana sudah dijelaskan sebelum ini. Oleh karena itu, perlu dimengerti kaidah-kaidahnya supaya dapat diraih manfaatnya secara maksimal, selain memudahkan proses hafalan maupun upaya pemeliharaannya. Berikut dikemukakan kaidah-kaidah utama dalam tahfizh Al-Qur’an. Bagian ini kami ringkas dari buku Cara Cerdas Hafal Al-Qur’an, tanpa uraian maupun rinciannya, dengan sedikit tambahan dan penyesuaian dari kami sendiri.
Sepuluh kaidah pokok dalam menghafal, yaitu:
1. Ikhlas semata-mata karena Allah.
2. Tekad yang bulat dan kuat.
3. Pahamilah besarnya nilai amalan ini.
4. Amalkanlah apa yang telah dihafalkan.
5. Bentengi diri dari jerat-jerat dosa dan kemaksiatan.
6. Berdoalah.
7. Pahamilah makna ayat dengan benar.
8. Kuasailah ilmu tajwid dengan baik.
9. Sering-seringlah melakukan muraja’ah (mengulang hafalan).
10. Gunakan hafalan yang dimiliki dalam shalat.
Sepuluh kaidah pendukung hafalan, yaitu:
1. Buatlah perencanaan yang jelas, maksudnya tentukan berapa target ayat yang akan dihafalkan dalam periode tertentu.
2. Bergabunglah dalam kelompok, yakni agar ada teman untuk saling menyimak dalam menghafal.
3. Bawalah mushhaf ukuran saku, agar memudahkan jika sewaktu-waktu ingin mengulang atau menambah hafalan.
4. Dengarkan bacaan imam baik-baik (dalam shalat berjamaah), pahamilah makna atau tafsirnya.
5. Mulailah dari juz atau surah yang relatif mudah dihafal, dan hindari yang cenderung sukar, terutama di awal-awal masa hafalan. Namun, ini bersifat relatif, dan tidak selalu demikian.
a. Juz atau surah yang relatif mudah dihafal, yaitu: Juz ‘Amma, juz 29, juz 27, surah-surah: Al-Baqarah, Ali ‘Imran, Yusuf, Yasin, al-Qashash, al-Anfal, al-Ahzab, Luqman, Shad, al-Kahfi, al-Mulk, as-Sajdah, al-Insan (ad-Dahr), al-Jumu’ah, al-Munafiqun, dan Qaaf.
b. Juz atau surah yang relatif susah dihafal, yaitu: juz 28, surah-surah: Yunus, Fathir, an-Nisa’, an-Nahl, al-Ankabut, dan az-Zumar.
6. Miliki satu jenis saja mushhaf Al-Qur’an sebagai pegangan tetap dalam menghafal. Jika mempunyai beberapa mushhaf, maka harus sama persis urutan halamannya dan posisi ayat-ayatnya. Jika mushhaf pegangan ini hilang, maka penggantinya harus dari jenis yang sama. Tujuannya: supaya hafalan tidak kacau akibat perbedaan letak ayat, bentuk tulisan, dsb.
7. Jangan tergesa-gesa berpindah hafalan sebelum benar-benar mantap menghafal bagian sebelumnya.
8. Bagilah surah-surah yang panjang menjadi beberapa penggalan, sehingga mudah dihafal dan di-muraja’ah secara bertahap.
9. Perhatikanlah ayat-ayat yang saling serupa, namun mempunyai perbedaan kecil di dalamnya.
10. Adakan perlombaan menghafal, bila perlu.
Lima kaidah tambahan dalam menghafal, yaitu:
1. Batasilah porsi hafalan harian.
2. Jangan menghafal melebihi porsi hafalan harian yang telah ditetapkan, sebelum benar-benar hafal.
3. Jangan berpindah ke surah lain sebelum menghafal suatu surah secara sempurna.
4. Selalu perdengarkan hafalan (tasmi’), baik kepada guru atau teman.
5. Manfaatkan usia muda dalam menghafal.
Bagaimana menghayati Al-Qur’an?
1. Pelajarilah bahasa Arab dengan baik.
2. Kajilah sejarah hidup (sirah) Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
3. Pahamilah tafsir Al-Qur’an, atau paling tidak terjemahannya.
4. Perbanyaklah membaca dan mengkaji hadits.
5. Belajar dan amalkan Al-Qur’an secara total.
Merawat hafalan. Selain dimudahkan untuk dibaca, dihafal, dan dimengerti, ternyata Al-Qur’an juga sangat mudah hilang dari hafalan, jika tidak dirawat dan diperhatikan dengan seksama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Rawatlah (hafalan) Al-Qur’an kalian. Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, sungguh dia lebih mudah lepas dibandingkan seekor unta dari ikatannya.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Musa al-Asyari radhiya-llahu ‘anhu).
Anas bin Malik radhiya-llahu ‘anhu menceritakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ditunjukkan kepadaku pahala-pahala umatku, bahkan termasuk diantaranya adalah (pahala atas) kotoran yang dikeluarkan oleh seseorang dari masjid. Ditunjukkan pula kepadaku dosa-dosa umatku, lalu aku tidak melihat ada dosa yang lebih besar dari suatu surah atau ayat Al-Qur’an yang telah diberikan kepada seseorang kemudian dia melupakannya.” (Riwayat Abu Dawud dan at-Tirmidzi).
Oleh karenanya, perlu dilakukan upaya-upaya sistematis dan kontinyu untuk merawat hafalan Al-Qur’an yang sudah dipunyai. Generasi salaf mempunyai tradisi yang berlainan dalam hal ini. Ada yang mengulang hafalannya sehari khatam, tiga hari, lima hari, seminggu, sepuluh hari, sebulan, dua bulan, dan lain-lain. Menurut Imam an-Nawawi, kadar itu dapat disesuaikan dengan kondisi serta kecenderungan masing-masing pribadi. Bagi yang merasa bahwa dengan banyak perenungan akan menemukan makna-makna yang mendalam, silakan membaca menurut kadar yang dapat memenuhi tujuannya. Barangsiapa yang terhalang oleh kesibukan untuk belajar, mengajar, menegakkan agama atau mengurus kemaslahatan kaum muslimin, silakan membaca dalam kadar yang diamampuinya, asal jangan sampai batas lalai dan kosong samasekali. Jika tidak termasuk kelompok diatas, silakan memperbanyak membaca Al-Qur’an semaksimal mungkin, asalkan tidak mengakibatkan kebosanan atau dibaca dengan hadzramah (terlalu cepat sehingga tidak jelas suaranya). Sebagian ulama’ tidak menyukai pengkhataman dalam sehari semalam, berdasar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang diceritakan oleh ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiya-llahu ‘anhuma, “Tidak akan bisa memahami Al-Qur’an, yakni orang yang membacanya (sampai khatam) dalam waktu kurang dari tiga malam.” (Riwayat Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan lainnya). [*]

kesuksesan,kekayaan dan cinta

Suatu ketika, ada seorang wanita yang kembali pulang ke rumah, dan ia melihat ada 3 orang pria berjanggut yang duduk di halaman depan rumahnya. Wanita itu tidak mengenal mereka semua.
Wanita itu berkata: “Aku tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semua pasti sedang lapar. Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk menganjal perut.”
Pria berjanggut itu lalu balik bertanya, “Apakah suamimu sudah pulang?”
Wanita itu menjawab, “Belum, dia sedang keluar.”
“Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suami mu kembali,” kata pria itu.
Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang isteri menceritakan semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya, “Sampaikan pada mereka, aku telah kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam ini.”
Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam.
“Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama-sama, ” kata pria itu hampir bersamaan.
“Lho, kenapa? tanya wanita itu karena merasa heran.
Salah seorang pria itu berkata,
“Nama dia Kekayaan,” katanya sambil menunjuk seorang pria berjanggut di sebelahnya,
“sedangkan yang ini bernama Kesuksesan “, sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya.
“Sedangkan aku sendiri bernama Cinta. Sekarang, coba tanya kepada suamimu, siapa di antara kami yang boleh masuk ke rumahmu.”

Wanita itu kembali masuk ke dalam, dan memberitahu pesan pria di luar. Suaminya pun merasa heran.
“Hmm… menyenangkan sekali. Baiklah, kalau begitu, coba kamu ajak si Kekayaan masuk ke dalam. Aku ingin rumah ini penuh dengan Kekayaan.”

Istrinya tak setuju dengan pilihan itu.
Ia bertanya, “Sayangku, kenapa kita tak mengundang si Kesuksesan saja? Sebab sepertinya kita perlu dia untuk membantu keberhasilan panen gandum kita.”

Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah.
anak21“Bukankah lebih baik jika kita mengajak si Cinta yang masuk ke dalam? Rumah kita ini akan nyaman dan penuh dengan kehangatan Cinta.”

Suami-istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka.
“Baiklah, ajak masuk si Cinta ini ke dalam. Dan malam ini, Si Cinta menjadi teman santap malam kita.”
Wanita itu kembali ke luar, dan bertanya kepada 3 pria itu.
“Siapa di antara Anda yang bernama Cinta? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kita malam ini.”
Si Cinta bangkit, dan berjalan menuju beranda rumah. ternyata, kedua pria berjanggut lainnya pun ikut serta. Karena merasa ganjil, wanita itu bertanya kepada si Kekayaan dan si Kesuksesan.

“Aku hanya mengundang si Cinta yang masuk ke dalam, tapi kenapa kamu ikut juga?”
Kedua pria yang ditanya itu menjawab bersamaan.
“Kalau Anda mengundang si Kekayaan, atau si Kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar.
Namun, karena Anda mengundang si Cinta, maka kemanapun Cinta pergi, kami akan ikut selalu bersamanya. rumah2Di sana ada Cinta, maka Kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut serta.

Sebab ketahuilah, sebenarnya kami buta. Dan hanya si Cinta yang bisa melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalan kebaikan, kepada jalan yang lurus. Maka, kami butuh bimbingannya saat berjalan saat kami menjalani hidup ini.