Saudaraku, sungguh Allah ta ’aala memang Maha Pemurah. Allah ta’aala tidak membedakan pemberian
karuniaNya kepada golongan
pencinta dunia maupun golongan
pemburu akhirat. Keduanya Allah
ta’aala berikan bantuan dari kemurahanNya. Namun Allah ta ’aala tegaskan bahwa nasib akhir para
pemburu akhirat jauh lebih baik dan
lebih terpuji. ْﻦِﻣ ِﺀﺎَﻟُﺆَﻫَﻭ ِﺀﺎَﻟُﺆَﻫ ُّﺪِﻤُﻧ ﺎًّﻠُﻛ ُﺀﺎَﻄَﻋ َﻥﺎَﻛ ﺎَﻣَﻭ َﻚِّﺑَﺭ ِﺀﺎَﻄَﻋ ﺍًﺭﻮُﻈْﺤَﻣ َﻚِّﺑَﺭ "Kepada masing-masing golongan
baik golongan ini maupun golongan
itu Kami berikan bantuan dari
kemurahan Tuhanmu. Dan pasti
kehidupan akhirat lebih tinggi
tingkatnya dan lebih besar keutamaannya." (QS Al-Israa ayat
20-21) Saudaraku, manusia pencinta dunia
adalah manusia yang tidak sabar.
Sebab mereka ingin memperoleh
yang dekat sambil meninggalkan
yang jauh. Yang dekat ialah
kesenangan dunia fana. Sedangkan yang jauh ialah kebahagiaan hakiki
akhirat yang kekal-abadi dan
kehadirannya sesudah berlalunya
kehidupan dunia ini. Allah ta’aala berjanji akan menyempurnakan keberhasilan para
pencinta dunia di dunia. Allah ta’aala tidak menghalangi pencinta dunia
untuk memperoleh keberhasilannya
di dunia jika ia penuhi segenap
sebab-sebab keberhasilannya. Allah
ta’aala tidak akan membiarkan mereka merugi di dunia. Namun
Allah ta’aala mengancam dengan kepastian neraka di akhirat bagi
mereka dikarenakan sempitnya
pandangan mereka yang hanya
mengidamkan keberhasilan sebatas
dunia fana ini. ﺎَﻴْﻧُّﺪﻟﺍ َﺓﺎَﻴَﺤْﻟﺍ ُﺪﻳِﺮُﻳ َﻥﺎَﻛ ْﻦَﻣ ْﻢُﻬَﻟﺎَﻤْﻋَﺃ ْﻢِﻬْﻴَﻟِﺇ ِّﻑَﻮُﻧ ﺎَﻬَﺘَﻨﻳِﺯَﻭ َﻥﻮُﺴَﺨْﺒُﻳ ﺎَﻟ ﺎَﻬﻴِﻓ ْﻢُﻫَﻭ ﺎَﻬﻴِﻓ ْﻢُﻬَﻟ َﺲْﻴَﻟ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ َﻚِﺌَﻟﻭُﺃ َﻂِﺒَﺣَﻭ ُﺭﺎَّﻨﻟﺍ ﺎَّﻟِﺇ ِﺓَﺮِﺧَﺂْﻟﺍ ﻲِﻓ ﺎَﻣ ٌﻞِﻃﺎَﺑَﻭ ﺎَﻬﻴِﻓ ﺍﻮُﻌَﻨَﺻ ﺎَﻣ َﻥﻮُﻠَﻤْﻌَﻳ ﺍﻮُﻧﺎَﻛ "Barangsiapa yang menghendaki
kehidupan dunia dan perhiasannya,
niscaya Kami berikan kepada
mereka balasan pekerjaan mereka di
dunia dengan sempurna dan mereka
di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak
memperoleh di akhirat, kecuali
neraka dan lenyaplah di akhirat itu
apa yang telah mereka usahakan di
dunia dan sia-sialah apa yang telah
mereka kerjakan" (QS Hud15-16) Sebagian muslim kadang heran
mengapa para pencinta dunia dan
ahli maksiat kok semakin hari
semakin mudah meraih keberhasilan
duniawi. Padahal firman Allah ta’aala di atas jelas-jelas menyebutkan
bahwa Allah ta’aala memang memudahkan para pencinta dunia
untuk memperoleh apa yang mereka
cita-citakan. Ini sudah merupakan
hukum Allah ta ’aala. Jadi kita tidak perlu merasa heran mengapa orang-
orang seperti para selebritis alias ahli
maksiat semakin sukses secara
duniawi. Begitu pula sebaliknya. Ada
sebagian muslim yang sulit
memahami mengapa orang-orang
beriman hidupnya di dunia begitu
sulit dan sarat penderitaan. Padahal
memang inilah ketentuan yang sudah digariskan oleh Allah ta ’aala. Bahkan dalam sebuah hadits Nabi
shollallahu ’alaihi wa sallam jelas- jelas bersabda: ُﺔَّﻨَﺟَﻭ ِﻦِﻣْﺆُﻤْﻟﺍ ُﻦْﺠِﺳ ﺎَﻴْﻧُّﺪﻟﺍ ِﺮِﻓﺎَﻜْﻟﺍ "Dunia itu penjara bagi orang
beriman dan surga bagi orang
kafir." (HR Tirmidzy 2246) Orang beriman hidup di dunia
laksana dalam penjara karena ia
dengan penuh kesadaran memilih
jalan hidup yang sarat dengan
komitmen terhadap peraturan dan
batasan-batasan yang telah digariskan Allah ta ’aala. Ia tidak pernah merasa enggan dan
keberatan untuk mentaati peraturan
dan batasan Allah ta’aala sebab ia tahu bahwa dengan menempuh
jalan hidup seperti itulah ia bakal
memasuki kehidupan selanjutnya
dengan penuh kehormatan dan
kebahagiaan hakiki. Ia tidak merasa
keberatan dengan segala kesulitan hidup dunia sebab ia tidak pernah
menjadikan dunia sebagai batas
pengetahuan dan ambisinya.
Pengetahuan dan ambisi hidupnya
jauh melampaui dunia fana ini
sampai ke akhirat yang kekal-abadi. Ia sadar bahwa kalaupun hidupnya
harus susah di dunia, maka itu tidak
akan berlangsung selamanya. Dunia
ini sangat sementara dan sangat
singkat perjalanannya. Adapun
akhirat merupakan tempat yang jauh lebih hakiki dan kekal untuk
dijadikan ambisi. ﻰَﻌَﺳَﻭ َﺓَﺮِﺧَﺂْﻟﺍ َﺩﺍَﺭَﺃ ْﻦَﻣَﻭ ٌﻦِﻣْﺆُﻣ َﻮُﻫَﻭ ﺎَﻬَﻴْﻌَﺳ ﺎَﻬَﻟ ْﻢُﻬُﻴْﻌَﺳ َﻥﺎَﻛ َﻚِﺌَﻟﻭُﺄَﻓ ﺍًﺭﻮُﻜْﺸَﻣ "Dan barangsiapa yang
menghendaki kehidupan akhirat
dan berusaha ke arah itu dengan
sungguh-sungguh sedang ia adalah
mu'min, maka mereka itu adalah
orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik." (QS Al-Israa ayat 19) Sebaliknya, orang-orang kafir
sedemikian obsesinya untuk meraih
kesenangan secepat mungkin, maka
mereka menyangka bahwa hanya di
dunia inilah ia perlu menikmatinya.
Itulah sebabnya mereka demikian bersungguh-sungguh untuk
mengejarnya. Mereka ingin memaksa
agar surga segera dirasakan
secepatnya di dunia fana ini. Mareka
tidak sabar. Bahkan mereka tidak
yakin masih ada lagi kehidupan selain di dunia ini. Maka daripada
berspekulasi dengan akhirat yang
belum pasti keberadaannya lebih
baik bersegera mewujudkan surga
di dunia ini dan menjauh dari neraka
dunia sedapat mungkin. Harus kaya, harus senang, harus berkuasa
sekarang. Jangan biarkan diri sedih
dan menderita di dunia. ﺎَﻨْﻠَّﺠَﻋ َﺔَﻠِﺟﺎَﻌْﻟﺍ ُﺪﻳِﺮُﻳ َﻥﺎَﻛ ْﻦَﻣ ْﻦَﻤِﻟ ُﺀﺎَﺸَﻧ ﺎَﻣ ﺎَﻬﻴِﻓ ُﻪَﻟ َﻢَّﻨَﻬَﺟ ُﻪَﻟ ﺎَﻨْﻠَﻌَﺟ َّﻢُﺛ ُﺪﻳِﺮُﻧ ﺍًﺭﻮُﺣْﺪَﻣ ﺎًﻣﻮُﻣْﺬَﻣ ﺎَﻫﺎَﻠْﺼَﻳ "Barangsiapa menghendaki
kehidupan sekarang (duniawi),
maka Kami segerakan baginya di
dunia itu apa yang Kami kehendaki
bagi orang yang Kami kehendaki
dan Kami tentukan baginya neraka Jahannam; ia akan memasukinya
dalam keadaan tercela dan
terusir." (QS Al-Israa ayat 18)
“Bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS at-Taubah /9: 105).
Nonton iklan bentar ya...!!!
Monday, 2 May 2011
Sunday, 1 May 2011
Penyakit Ummat Islam Di AkhirZaman (1)
Dalam sebuah hadits Nabi shollallahu
’alaih wa sallam mengabarkan bahwa kelak di masa yang akan
datang ummat Islam akan berada
dalam keadaan yang sedemikian
buruknya sehingga diumpamakan
sebagai laksana makanan yang
diperebutkan oleh sekumpulan pemangsanya. Lengkapnya hadits
tersebut sebagai berikut: ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ ِﻪَّﻠﻟﺍ ُﻝﻮُﺳَﺭ َﻝﺎَﻗ ْﻥَﺃ ُﻢَﻣُﺄْﻟﺍ ُﻚِﺷﻮُﻳ َﻢَّﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ﻰَﻋﺍَﺪَﺗ ﺎَﻤَﻛ ْﻢُﻜْﻴَﻠَﻋ ﻰَﻋﺍَﺪَﺗ َﻝﺎَﻘَﻓ ﺎَﻬِﺘَﻌْﺼَﻗ ﻰَﻟِﺇ ُﺔَﻠَﻛَﺄْﻟﺍ ٍﺬِﺌَﻣْﻮَﻳ ُﻦْﺤَﻧ ٍﺔَّﻠِﻗ ْﻦِﻣَﻭ ٌﻞِﺋﺎَﻗ ٌﺮﻴِﺜَﻛ ٍﺬِﺌَﻣْﻮَﻳ ْﻢُﺘْﻧَﺃ ْﻞَﺑ َﻝﺎَﻗ ِﻞْﻴَّﺴﻟﺍ ِﺀﺎَﺜُﻐَﻛ ٌﺀﺎَﺜُﻏ ْﻢُﻜَّﻨِﻜَﻟَﻭ ِﺭﻭُﺪُﺻ ْﻦِﻣ ُﻪَّﻠﻟﺍ َّﻦَﻋَﺰْﻨَﻴَﻟَﻭ ْﻢُﻜْﻨِﻣ َﺔَﺑﺎَﻬَﻤْﻟﺍ ْﻢُﻛِّﻭُﺪَﻋ ْﻢُﻜِﺑﻮُﻠُﻗ ﻲِﻓ ُﻪَّﻠﻟﺍ َّﻦَﻓِﺬْﻘَﻴَﻟَﻭ َﻝﻮُﺳَﺭ ﺎَﻳ ٌﻞِﺋﺎَﻗ َﻝﺎَﻘَﻓ َﻦْﻫَﻮْﻟﺍ ُّﺐُﺣ َﻝﺎَﻗ ُﻦْﻫَﻮْﻟﺍ ﺎَﻣَﻭ ِﻪَّﻠﻟﺍ ِﺕْﻮَﻤْﻟﺍ ُﺔَﻴِﻫﺍَﺮَﻛَﻭ ﺎَﻴْﻧُّﺪﻟﺍ Bersabda Rasulullah shollallahu
’alaih wa sallam “Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti
sekumpulan pemangsa yang
memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita ?” ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan
Allah telah mencabut rasa gentar dari
dada musuh kalian terhadap kalian.
Dan Allah telah menanamkan dalam
hati kalian penyakit Al-Wahan. ” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu ?” Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 3745) Ada beberapa pelajaran penting
yang dapat kita tarik dari hadits ini: Pertama, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam memprediksi bahwa akan tiba
suatu masa dimana orang-orang
beriman akan menjadi kumpulan
manusia yang menjadi rebutan
ummat lainnya. Mereka akan
mengalami keadaan yang sedemikian memprihatinkan
sehingga diumpamakan seperti
suatu porsi makanan yang
diperbutkan oleh sekumpulan
pemangsa. Artinya, pada masa itu
kaum muslimin menjadi bulan- bulanan kaum lainnya. Hal ini terjadi
karena mereka tidak memiliki
kemuliaan sebagaimana di masa lalu.
Mereka telah diliputi keinaan. Kedua, pada masa itu muslimin
tertipu dengan banyaknya jumlah
mereka padahal tidak bermutu.
Sahabat menyangka bahwa keadaan
hina yang mereka alami disebabkan
jumlah mereka yang sedikit, lalu Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menyangkal dengan mengatakan
bahwa jumlah muslimin pada waktu
itu banyak, namun berkualitas
rendah. Hal ini juga dapat berarti bahwa pada
masa itu ummat Islam sedemikian
peduli dengan kuantitas namun lalai
memperhatikan aspek kualitas. Yang
penting punya banyak pendukung
alias konstituen sambil kurang peduli apakah mereka berkualitas
atau tidak. Sehingga kaum muslimin
menggunakan tolok ukur mirip
kaum kuffar dimana yang banyak
pasti mengalahkan yang sedikit.
Mereka menjadi gemar menggunakan prinsip the majority rules (mayoritas-lah yang berkuasa) yakni prinsip yang menjiwai falsafah
demokrasi modern. Padahal Allah
menegaskan di dalam Al-Qur ’an bahwa pasukan berjumlah sedikit
dapat mengalahkan pasukan musuh
yang jumlahnya lebih besar dengan
izin Allah. ًﺔَﺌِﻓ ْﺖَﺒَﻠَﻏ ٍﺔَﻠﻴِﻠَﻗ ٍﺔَﺌِﻓ ْﻦِﻣ ْﻢَﻛ َﻊَﻣ ُﻪَّﻠﻟﺍَﻭ ِﻪَّﻠﻟﺍ ِﻥْﺫِﺈِﺑ ًﺓَﺮﻴِﺜَﻛ َﻦﻳِﺮِﺑﺎَّﺼﻟﺍ "Berapa banyak terjadi golongan
yang sedikit dapat mengalahkan
golongan yang banyak dengan izin
Allah. Dan Allah beserta orang-orang
yang sabar." (QS Al-Baqarah ayat
249) Pada masa dimana muslimin terhina,
maka kuantitas mereka yang besar
tidak dapat menutupi kelemahan
kualitas. Sedemikian rupa sehingga
Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengumpamakan mereka seperti
buih mengapung. Coba perhatikan
tabiat buih di tepi pantai. Kita lihat
bahwa buih merupakan sesuatu
yang paling terlihat, paling indah dan
berjumlah sangat banyak saat ombak sedang bergulung. Namun
buih pulalah yang paling pertama
menghilang saat angin berhembus
lalu menghempaskannya ke udara. Ketiga, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengisyaratkan bahwa jika
ummat Islam dalam keadaan terhina,
maka salah satu indikator utamanya
ialah rasa gentar menghilang di
dalam dada musuh menghadapi
ummat Islam. Artinya, sesungguhnya Nabi shollallahu ’alaih wa sallam lebih menyukai ummat Islam
senantiasa berwibawa sehingga
disegani dan ditakuti musuh. Dewasa ini malah kita melihat bahwa para
pemimpin berbagai negeri
berpenduduk mayoritas muslim
justru memiliki rasa segan dan rasa
takut menghadapi para pemimpin
kalangan kaum kuffar dunia barat. Alih-alih mengkritisi mereka,
bersikap sama tinggi sama rendah
saja sudah tidak sanggup. Sehingga
yang kita lihat di panggung dunia
para pemimpin negeri kaum
muslimin menjadi –maaf- pelayan jika tidak bisa dikatakan anjing
piaraan pemimpin kaum kuffar.
Mereka menjulurkan lidah dengan
setia mengikuti kemauan sang
majikan kemanapun mereka pergi.
Padahal Allah menggambarkan kaum muslimin sebagai manusia
yang paling tinggi derajatnya di
tengah manusia lainnya jika mereka
sungguh-sungguh beriman kepada
Allah. ُﻢُﺘْﻧَﺃَﻭ ﺍﻮُﻨَْﺤَﺗ ﺎَﻟَﻭ ﺍﻮُﻨِﻬَﺗ ﺎَﻟَﻭ َﻦﻴِﻨِﻣْﺆُﻣ ْﻢُﺘْﻨُﻛ ْﻥِﺇ َﻥْﻮَﻠْﻋَﺄْﻟﺍ “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih
hati, padahal kamulah orang-orang
yang paling tinggi (derajatnya), jika
kamu orang-orang yang
beriman.” (QS Ali Imran ayat 139) (BERSAMBUNG)
’alaih wa sallam mengabarkan bahwa kelak di masa yang akan
datang ummat Islam akan berada
dalam keadaan yang sedemikian
buruknya sehingga diumpamakan
sebagai laksana makanan yang
diperebutkan oleh sekumpulan pemangsanya. Lengkapnya hadits
tersebut sebagai berikut: ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ ِﻪَّﻠﻟﺍ ُﻝﻮُﺳَﺭ َﻝﺎَﻗ ْﻥَﺃ ُﻢَﻣُﺄْﻟﺍ ُﻚِﺷﻮُﻳ َﻢَّﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ﻰَﻋﺍَﺪَﺗ ﺎَﻤَﻛ ْﻢُﻜْﻴَﻠَﻋ ﻰَﻋﺍَﺪَﺗ َﻝﺎَﻘَﻓ ﺎَﻬِﺘَﻌْﺼَﻗ ﻰَﻟِﺇ ُﺔَﻠَﻛَﺄْﻟﺍ ٍﺬِﺌَﻣْﻮَﻳ ُﻦْﺤَﻧ ٍﺔَّﻠِﻗ ْﻦِﻣَﻭ ٌﻞِﺋﺎَﻗ ٌﺮﻴِﺜَﻛ ٍﺬِﺌَﻣْﻮَﻳ ْﻢُﺘْﻧَﺃ ْﻞَﺑ َﻝﺎَﻗ ِﻞْﻴَّﺴﻟﺍ ِﺀﺎَﺜُﻐَﻛ ٌﺀﺎَﺜُﻏ ْﻢُﻜَّﻨِﻜَﻟَﻭ ِﺭﻭُﺪُﺻ ْﻦِﻣ ُﻪَّﻠﻟﺍ َّﻦَﻋَﺰْﻨَﻴَﻟَﻭ ْﻢُﻜْﻨِﻣ َﺔَﺑﺎَﻬَﻤْﻟﺍ ْﻢُﻛِّﻭُﺪَﻋ ْﻢُﻜِﺑﻮُﻠُﻗ ﻲِﻓ ُﻪَّﻠﻟﺍ َّﻦَﻓِﺬْﻘَﻴَﻟَﻭ َﻝﻮُﺳَﺭ ﺎَﻳ ٌﻞِﺋﺎَﻗ َﻝﺎَﻘَﻓ َﻦْﻫَﻮْﻟﺍ ُّﺐُﺣ َﻝﺎَﻗ ُﻦْﻫَﻮْﻟﺍ ﺎَﻣَﻭ ِﻪَّﻠﻟﺍ ِﺕْﻮَﻤْﻟﺍ ُﺔَﻴِﻫﺍَﺮَﻛَﻭ ﺎَﻴْﻧُّﺪﻟﺍ Bersabda Rasulullah shollallahu
’alaih wa sallam “Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti
sekumpulan pemangsa yang
memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita ?” ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan
Allah telah mencabut rasa gentar dari
dada musuh kalian terhadap kalian.
Dan Allah telah menanamkan dalam
hati kalian penyakit Al-Wahan. ” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu ?” Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 3745) Ada beberapa pelajaran penting
yang dapat kita tarik dari hadits ini: Pertama, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam memprediksi bahwa akan tiba
suatu masa dimana orang-orang
beriman akan menjadi kumpulan
manusia yang menjadi rebutan
ummat lainnya. Mereka akan
mengalami keadaan yang sedemikian memprihatinkan
sehingga diumpamakan seperti
suatu porsi makanan yang
diperbutkan oleh sekumpulan
pemangsa. Artinya, pada masa itu
kaum muslimin menjadi bulan- bulanan kaum lainnya. Hal ini terjadi
karena mereka tidak memiliki
kemuliaan sebagaimana di masa lalu.
Mereka telah diliputi keinaan. Kedua, pada masa itu muslimin
tertipu dengan banyaknya jumlah
mereka padahal tidak bermutu.
Sahabat menyangka bahwa keadaan
hina yang mereka alami disebabkan
jumlah mereka yang sedikit, lalu Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menyangkal dengan mengatakan
bahwa jumlah muslimin pada waktu
itu banyak, namun berkualitas
rendah. Hal ini juga dapat berarti bahwa pada
masa itu ummat Islam sedemikian
peduli dengan kuantitas namun lalai
memperhatikan aspek kualitas. Yang
penting punya banyak pendukung
alias konstituen sambil kurang peduli apakah mereka berkualitas
atau tidak. Sehingga kaum muslimin
menggunakan tolok ukur mirip
kaum kuffar dimana yang banyak
pasti mengalahkan yang sedikit.
Mereka menjadi gemar menggunakan prinsip the majority rules (mayoritas-lah yang berkuasa) yakni prinsip yang menjiwai falsafah
demokrasi modern. Padahal Allah
menegaskan di dalam Al-Qur ’an bahwa pasukan berjumlah sedikit
dapat mengalahkan pasukan musuh
yang jumlahnya lebih besar dengan
izin Allah. ًﺔَﺌِﻓ ْﺖَﺒَﻠَﻏ ٍﺔَﻠﻴِﻠَﻗ ٍﺔَﺌِﻓ ْﻦِﻣ ْﻢَﻛ َﻊَﻣ ُﻪَّﻠﻟﺍَﻭ ِﻪَّﻠﻟﺍ ِﻥْﺫِﺈِﺑ ًﺓَﺮﻴِﺜَﻛ َﻦﻳِﺮِﺑﺎَّﺼﻟﺍ "Berapa banyak terjadi golongan
yang sedikit dapat mengalahkan
golongan yang banyak dengan izin
Allah. Dan Allah beserta orang-orang
yang sabar." (QS Al-Baqarah ayat
249) Pada masa dimana muslimin terhina,
maka kuantitas mereka yang besar
tidak dapat menutupi kelemahan
kualitas. Sedemikian rupa sehingga
Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengumpamakan mereka seperti
buih mengapung. Coba perhatikan
tabiat buih di tepi pantai. Kita lihat
bahwa buih merupakan sesuatu
yang paling terlihat, paling indah dan
berjumlah sangat banyak saat ombak sedang bergulung. Namun
buih pulalah yang paling pertama
menghilang saat angin berhembus
lalu menghempaskannya ke udara. Ketiga, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengisyaratkan bahwa jika
ummat Islam dalam keadaan terhina,
maka salah satu indikator utamanya
ialah rasa gentar menghilang di
dalam dada musuh menghadapi
ummat Islam. Artinya, sesungguhnya Nabi shollallahu ’alaih wa sallam lebih menyukai ummat Islam
senantiasa berwibawa sehingga
disegani dan ditakuti musuh. Dewasa ini malah kita melihat bahwa para
pemimpin berbagai negeri
berpenduduk mayoritas muslim
justru memiliki rasa segan dan rasa
takut menghadapi para pemimpin
kalangan kaum kuffar dunia barat. Alih-alih mengkritisi mereka,
bersikap sama tinggi sama rendah
saja sudah tidak sanggup. Sehingga
yang kita lihat di panggung dunia
para pemimpin negeri kaum
muslimin menjadi –maaf- pelayan jika tidak bisa dikatakan anjing
piaraan pemimpin kaum kuffar.
Mereka menjulurkan lidah dengan
setia mengikuti kemauan sang
majikan kemanapun mereka pergi.
Padahal Allah menggambarkan kaum muslimin sebagai manusia
yang paling tinggi derajatnya di
tengah manusia lainnya jika mereka
sungguh-sungguh beriman kepada
Allah. ُﻢُﺘْﻧَﺃَﻭ ﺍﻮُﻨَْﺤَﺗ ﺎَﻟَﻭ ﺍﻮُﻨِﻬَﺗ ﺎَﻟَﻭ َﻦﻴِﻨِﻣْﺆُﻣ ْﻢُﺘْﻨُﻛ ْﻥِﺇ َﻥْﻮَﻠْﻋَﺄْﻟﺍ “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih
hati, padahal kamulah orang-orang
yang paling tinggi (derajatnya), jika
kamu orang-orang yang
beriman.” (QS Ali Imran ayat 139) (BERSAMBUNG)
Subscribe to:
Posts (Atom)