Di dalam surah Al-Baqarah Allah ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻭ ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ menyatakan bahwa agar berhak memasuki surga orang-
orang beriman mesti melalui
berbagai ujian terlebih dahulu.
Sebagaimana umat beriman di masa
lalu juga mengalami berbagai ujian.
Allah ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻭ ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ berfirman: َﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ﺍﻮُﻠُﺧْﺪَﺗ ْﻥَﺃ ْﻢُﺘْﺒِﺴَﺣ ْﻡَﺃ ﺍْﻮَﻠَﺧ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ُﻞَﺜَﻣ ْﻢُﻜِﺗْﺄَﻳ ﺎَّﻤَﻟَﻭ ُﺀﺎَﺳْﺄَﺒْﻟﺍ ُﻢُﻬْﺘَّﺴَﻣ ْﻢُﻜِﻠْﺒَﻗ ْﻦِﻣ ﻰَّﺘَﺣ ﺍﻮُﻟِﺰْﻟُﺯَﻭ ُﺀﺍَّﺮَّﻀﻟﺍَﻭ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍَﻭ ُﻝﻮُﺳَّﺮﻟﺍ َﻝﻮُﻘَﻳ ﻻَﺃ ِﻪَّﻠﻟﺍ ُﺮْﺼَﻧ ﻰَﺘَﻣ ُﻪَﻌَﻣ ﺍﻮُﻨَﻣﺁ ٌﺐﻳِﺮَﻗ ِﻪَّﻠﻟﺍ َﺮْﺼَﻧ َّﻥِﺇ Apakah kamu mengira bahwa kamu
akan masuk surga, padahal belum
datang kepadamu (cobaan)
sebagaimana halnya orang-orang
terdahulu sebelum kamu? Mereka
ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan
(dengan bermacam-macam cobaan)
sehingga berkatalah Rasul dan
orang-orang yang beriman
bersamanya, "Bilakah datangnya
pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu
amat dekat. (QS Al-Baqarah [2] : 214) Subhaanallah...! Coba bayangkan.
Sudahlah para sahabat memang
sedang menjalani masa sulit dengan
aneka ujian dan cobaan di masa itu.
Tetapi lihatlah bagaimana Nabi
Muhammad ﻢﻠﺳ ﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ mendidik para sahabat untuk
bersabar dan melipat-gandakan
kesabaran. Justeru mendengar apa
yang dikatakan oleh Khabab ibnul
Arat malah Rasulullah ﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻢﻠﺳ memberikan bayangan ujian kesulitan hidup yang jauh lebih
dahsyat yang telah menimpa
generasi terdahulu sebelum para
sahabat. Ujian generasi terdahulu
lebih berat lagi dibandingkan ujian
para sahabat. Padahal apa yang dialami oleh para sahabat-pun
bukanlah ujian dan cobaan yang
ringan..! Bahkan Nabi ﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻢﻠﺳ mengakhiri pesannya kepada Khabab dengan menegurnya secara
keras dan menilainya sebagai bagian
dari golongan yang tidak sabar...!! ﻰَﻟﺎَﻌَﺗَﻭ َﻙَﺭﺎَﺒَﺗ ُﻪَّﻠﻟﺍ َّﻦَّﻤِﺘُﻴَﻟَﻭ َﺮﻴِﺴَﻳ ﻰَّﺘَﺣ َﺮْﻣَﺄْﻟﺍ ﺍَﺬَﻫ ﻰَﻟِﺇ َﺀﺎَﻌْﻨَﺻ َﻦْﻴَﺑ ﺎَﻣ ُﺐِﻛﺍَّﺮﻟﺍ َﻪَّﻠﻟﺍ ﺎَّﻟِﺇ ﻰَﺸْﺨَﻳ ﺎَﻟ َﺕْﻮَﻣَﺮْﻀَﺣ ِﻪِﻤَﻨَﻏ ﻰَﻠَﻋ َﺐْﺋِّﺬﻟﺍَﻭ ﻰَﻟﺎَﻌَﺗ َﻥﻮُﻠَﺠْﻌَﺗ ْﻢُﻜَّﻨِﻜَﻟَﻭ Dan sungguh, benar-benar Allah
Tabaaraka Wa Ta'ala akan
menyempunakan urusan (agama) ini
hingga ada seorang pengendara
berjalan dari Shan'a menuju
Hadarmaut dalam keadaan tidak takut kepada siapa pun kecuali
kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala,
atau khawatir kambingnya akan
dimakan serigala. Akan tetapi kalian
terburu-buru." (HR. Ahmad, No.
20148) Bahkan Nabi ﻢﻠﺳ ﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ menilai Khabab sebagai bagian dari
golongan yang tidak sabar. Padahal
Khabab, seorang pandai besi, adalah
salah seorang sahabat yang telah
mengalami penyiksaan yang
sungguh hebat di masa awal da’wah Islam di Mekkah sebelum hijrah.
Sya'bi, salah satu kawan
sependeritaan Khabab,
menggambarkan kegilaan orang-
orang Quraisy yang menyiksa
Khabab. Orang-orang kafir itu datang kepada Khabab dan
menyeretnya keluar kemudian
menindihnya dengan batu yang
membara, hingga meluluhkan
dagingnya. Namun hati Khabab tak
sedikitpun terpengaruh, justru membuat ia semakin yakin akan
kebenaran risalah yang
diikutinya.Sahabatnya yang lain
menceritakan bahwa orang-orang
kafir itu datang ke rumah Khabab.
Mereka membakar besi-besi yang hendak dijadikan pedang. Kemudian
setelah membara mereka gunakan
untuk tiang mengikat tangan, kaki,
berikut tubuh Khabab. Inilah di antara yang telah dialami
oleh generasi pertama ummat Islam.
Namun Rasulullah ﻢﻠﺳ ﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ menyebut Khabab sebagai “Akan tetapi kalian terburu-buru.” Lalu Nabi Muhammad ﻢﻠﺳ ﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ membandingkan dengan ujian yang
telah dialami oleh ummat beriman di
masa lalu. Seolah ingin mengatakan
bahwa sabar dan meilpatgandakan
kesabaran menghadapi ujian berat
merupakan prasyarat untuk meraih kemenangan dan masuk surga. ْﺖِّﺒَﺛَﻭ ﺍًﺮْﺒَﺻ ﺎَﻨْﻴَﻠَﻋ ْﻍِﺮْﻓَﺃ ﺎَﻨَّﺑَﺭ ِﻡْﻮَﻘْﻟﺍ ﻰَﻠَﻋ ﺎَﻧْﺮُﺼْﻧﺍَﻭ ﺎَﻨَﻣﺍَﺪْﻗَﺃ َﻦﻳِﺮِﻓﺎَﻜْﻟﺍ "Ya Tuhan kami, tuangkanlah
kesabaran atas diri kami, dan
kokohkanlah pendirian kami dan
tolonglah kami terhadap orang-
orang kafir". (QS. Al-Baqarah [2] :
250) Syarat kedua agar orang-orang
beriman meraih kemenangan dan
berhak masuk taman keabadian
penuh kenikmatan (yakni surga)
ialah keharusan bertawakkal semata
kepada Allah ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻭ ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ . Bilamana berbagai ujian dan
penderitaan yang dialami kaum
mukminin telah sampai ke derajat
dimana orang-orang beriman
tersebut hanya memohon
pertolongan kepada Allah ﻭ ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ ﻰﻟﺎﻌﺗ semata, maka pada saat itulah justeru pertolongan Allah ﻭ ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ ﻰﻟﺎﻌﺗ akan segera datang. Dan tawakkal kepada Allah ﻭ ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ ﻰﻟﺎﻌﺗ tersebut haruslah merata berlaku di segenap lini barisan kaum
mukminin, baik Rasul maupun para
pengikutnya, baik pemimpin
maupun pengikutnya. Tidak boleh
ada satupun lapisan kaum mukminin
yang mengharapkan selain pertolongan Allah ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻭ ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ . Jangan sampai lapisan grassroot
(akar rumput) para pengikut
misalnya berharap kepada Allah ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻭ ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ , namun jajaran para pemimpin malah ada yang diam-
diam mengharapkan bantuan dari
kaum kuffar ataupun kaum
munafik..! َﻦﻳِﺬَّﻟﺍَﻭ ُﻝﻮُﺳَّﺮﻟﺍ َﻝﻮُﻘَﻳ ﻰَّﺘَﺣ ﻻَﺃ ِﻪَّﻠﻟﺍ ُﺮْﺼَﻧ ﻰَﺘَﻣ ُﻪَﻌَﻣ ﺍﻮُﻨَﻣﺁ ٌﺐﻳِﺮَﻗ ِﻪَّﻠﻟﺍ َﺮْﺼَﻧ َّﻥِﺇ “...sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman
bersamanya: "Bilakah datangnya
pertolongan Allah?" Ingatlah,
sesungguhnya pertolongan Allah itu
amat dekat.” (QS. Al-Baqarah [2] : 214) Dan tawakkal kepada Allah ﻭ ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ ﻰﻟﺎﻌﺗ yang dituntut ialah tawakkal yang sempurna dan totalitas, bukan
tawakkal yang parsial atau
setengah-setengah. Tawakkal yang
dituntut bukan hanya tawakkal
kepada Allah ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻭ ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ dalam memohon pertolongan, yaitu dalam
bentuk do’a, sholat lima waktu secara disiplin dan tepat waktu
berjamaah di masjid, sholat tahajjud
di tengah malam, berpuasa baik
wajib maupun sunnah dan berbagai
bentuk ibadah ritual lainnya.
Tawakkal yang ditunutut hendaknya meliputi kefahaman dan keyakinan
bahwa Islam mencakup baik urusan
ritual, individual, sosial, politik,
ekonomi, budaya, militer maupun
segenap aspek kehidupan lainnya.
Ia tidak mau menyerahkan urusan ibadahnya menurut ajaran Islam,
namun urusan falsafah hidup
bermasyarakat dan bernegara
diserahkan kepada man-made
ideologies (ideologi bikinan
manusia). Ia tidak rela mengembangkan aspek ekonomi
menurut aturan syariah sementara
urusan politik berjalan mengikuti
sistem politik produk kaum barat
Yahudi-Nasrani. Sebab sikap seperti
itu bukanlah bentuk sempurna bertawakkal kepada Allah ﻭ ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ ﻰﻟﺎﻌﺗ semata. Tawakkal sempurna kepada Allah ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻭ ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ akan menuntut orang-orang beriman supaya
mengembalikan segenap urusan
kepada petunjuk, aturan dan hukum
Allah ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻭ ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ dan sesuai dengan tuntunan teladan utama
orang-orang beriman yakni Nabi
Muhammad ﻢﻠﺳ ﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ . Demikianlah Allah ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻭ ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ gambarkan potret kumpulan
manusia beriman terbaik yang selalu
menghiasi panggung sejarah dunia. َﻝﻮُﺳَّﺮﻟﺍَﻭ َﻪَّﻠﻟﺍ ِﻊِﻄُﻳ ْﻦَﻣَﻭ ُﻪَّﻠﻟﺍ َﻢَﻌْﻧَﺃ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ َﻊَﻣ َﻚِﺌَﻟﻭُﺄَﻓ َﻦﻴِّﻴِﺒَّﻨﻟﺍ َﻦِﻣ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ِﺀﺍَﺪَﻬُّﺸﻟﺍَﻭ َﻦﻴِﻘﻳِّﺪِّﺼﻟﺍَﻭ َﻚِﺌَﻟﻭُﺃ َﻦُﺴَﺣَﻭ َﻦﻴِﺤِﻟﺎَّﺼﻟﺍَﻭ ﺎًﻘﻴِﻓَﺭ Dan barang siapa yang mentaati
Allah dan Rasul (Nya), mereka itu
akan bersama-sama dengan orang-
orang yang dianugerahi nikmat oleh
Allah, yaitu: Nabi-nabi, para
shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan
mereka itulah teman yang sebaik-
baiknya. (QS. An-Nisa [4] : 69) Kumpulan para Nabi-nabi, para
shiddiiqiin, orang-orang yang mati
syahid dan orang-orang saleh
merupakan manusia-manusia yang
senantiasa istiqomah di atas jalan
lurus yang Allah ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻭ ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ bentangkan untuk mencapai
keselamatan di dunia dan di akhirat.
Mereka tidak pernah memiliki
keraguan akan kekuasaan dan
kedaulatan Allah ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻭ ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ . Mereka tidak pernah silau dan
kagum sehingga menjadi inferior
alias keder menyaksikan
kesewenang-wenangan kaum
kuffar ketika Allah ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻭ ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ izinkan mereka berkuasa sejenak di
dunia. Bila Allah ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻭ ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ taqdirkan mereka hidup dalam
potongan zaman dimana kaum
kuffar berkolaborasi dengan kaum
munafiq memimpin dunia tanpa
petunjuk Allah ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻭ ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ , maka kaum beriman ini tidak surut dari
jalan Allah ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻭ ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ betapapun tidak populernya sikap dan jalan
yang mereka pilih. Orang-orang beriman sejati adalah
mereka yang tidak sudi memilih
petunjuk, arahan, bimbingan kecuali
yang jelas-jelas bersumber dari Allah ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻭ ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ dan RasulNya Muhammad ﻢﻠﺳ ﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ Mereka tidak akan rela memilih
agama, jalan hidup, way of life selain
Dienullah (agama Allah ﻭ ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ ﻰﻟﺎﻌﺗ), Dienul-Haq (agama yang benar), Al-Islam. Dan mereka tidak
meragukan sedikitpun agama Allah ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻭ ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ Al-Islam tersebut. Mereka sangat yakin bahwa agama
Allah ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻭ ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ harus dilaksanakan secara
keseluruhannya tanpa pemilahan
dan pilih-pilih. Mereka tidak mudah
ditipu oleh ajaran modern sesat
Sekularisme. Suatu ajaran batil yang
menyuruh ummat Islam agar memisahkan urusan agama dengan
urusan kehidupan sehari-hari. Suatu
ajaran yang mengatakan bahwa
agama hendaknya diberlakukan
sebatas dalam urusan kehidupan
pribadi belaka atau di ruang lingkup masjid saja, sedangkan segenap
urusan hidup seperti sosial, politik,
budaya, ekonomi dan lain
sebagainya hendaknya diatur
berdasarkan rumusan teori-teori
modern sesat produk kaum kuffar barat. Justeru orang-orang beriman
sangat yakin dan tawakkal
sepenuhnya kepada dienullah Al-
Islam karena ia adalah sebuah ajaran
yang syamil (menyeluruh), kamil
(sempurna) dan mutakaamil (saling menyempurnakan). Dan mereka
sangat ragu bahkan menolak
berbagai teori, ajaran, konsep,
ideologi, pandangan hidup, aturan
hidup yang bersumber dari selain
Allah ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻭ ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ Sebab bagaimana mungkin kaum beriman
ragu kepada ajaran Allah ﻭ ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ ﻰﻟﺎﻌﺗ padahal Dia adalah Yang Menciptakan langit dan bumi dan
segenap makhluk di antara
keduanya. Sementara apa yang telah
dibikin oleh para manusia kuffar
yang katanya cerdas dan berhasil
menelorkan berbagai teori, konsep, ideologi, pandangan hidup, aturan
hidup yang pantas menjadi
pegangan dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara di era
modern ini? Saudaraku, sudah tiba masanya bagi
kita ummat Islam yang mengaku
beriman untuk secara serius ber-
tawakkal hanya kepada Allah ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻭ dan segenap ajaranNya. Hendaknya kita berusaha
mengokohkan keyakinan kita
bahwa hanya dengan kembali
kepada Allah ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻭ ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ sebagai Rabb, Al-Islam sebagai dien (jalan
hidup) dan Nabi Muhammad ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻢﻠﺳ ﻭ ﻪﻴﻠﻋ sebagai teladan utama serta Al-Quranul Karim sebagai
dustur (konstitusi) sajalah kita akan
memperoleh pertolongan Allah ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻭ ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ Hanya dengan bertawakkal dalam
arti sebenarnya kepada Allah ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻭ sajalah kita bakal sukses menghadapi berbagai fitnah yang
mengelilingi hidup kita di era Akhir
Zaman ini. Mari saudaraku, kita
pastikan diri dan keluarga kita
semuanya benar-benar hanya dan
hanya ber-tawakkal kepada Rabb, Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan
Penguasa alam raya, yakni Allah ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻭ ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ . Jika semakin hari semakin banyak ummat Islam yang
bersikap demikian, maka percayalah
insya Allah pertolongan Allah ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻭ tidak lama lagi akan datang menghampiri ummat Islam. Amiin ya
Rabbal ‘aalamiin. َﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ﺍﻮُﻠُﺧْﺪَﺗ ْﻥَﺃ ْﻢُﺘْﺒِﺴَﺣ ْﻡَﺃ ﺍْﻮَﻠَﺧ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ُﻞَﺜَﻣ ْﻢُﻜِﺗْﺄَﻳ ﺎَّﻤَﻟَﻭ ُﺀﺎَﺳْﺄَﺒْﻟﺍ ُﻢُﻬْﺘَّﺴَﻣ ْﻢُﻜِﻠْﺒَﻗ ْﻦِﻣ ﻰَّﺘَﺣ ﺍﻮُﻟِﺰْﻟُﺯَﻭ ُﺀﺍَّﺮَّﻀﻟﺍَﻭ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍَﻭ ُﻝﻮُﺳَّﺮﻟﺍ َﻝﻮُﻘَﻳ ﻻَﺃ ِﻪَّﻠﻟﺍ ُﺮْﺼَﻧ ﻰَﺘَﻣ ُﻪَﻌَﻣ ﺍﻮُﻨَﻣﺁ ٌﺐﻳِﺮَﻗ ِﻪَّﻠﻟﺍ َﺮْﺼَﻧ َّﻥِﺇ Apakah kamu mengira bahwa kamu
akan masuk surga, padahal belum
datang kepadamu (cobaan)
sebagaimana halnya orang-orang
terdahulu sebelum kamu? Mereka
ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan
(dengan bermacam-macam cobaan)
sehingga berkatalah Rasul dan
orang-orang yang beriman
bersamanya: "Bilakah datangnya
pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu
amat dekat. (QS. Al-Baqarah [2] :
214) Marilah kita kembangkan diri dan
keluarga kita menjadi kaum beriman
yang benar-benar sabar
menghadapi berbagai ujian dan
cobaan yang kian menghebat di
Akhir Zaman ini. Lalu kita pastikan bahwa jiwa tawakkal kepada Allah ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻭ ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ menghiasi segenap aspek hidup. Jadilah kaum beriman
yang tidak pernah ragu untuk hanya
dan hanya bergantung kepada Allah ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻭ ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ dalam keadaan senang maupun susah. (Yaitu) orang-orang (yang menaati
Allah dan Rasul) yang kepada
mereka ada orang-orang yang
mengatakan: "Sesungguhnya
manusia telah mengumpulkan
pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka",
maka perkataan itu menambah
keimanan mereka dan mereka
menjawab: ُﻞﻴِﻛَﻮْﻟﺍ َﻢْﻌِﻧَﻭ ُﻪَّﻠﻟﺍ ﺎَﻨُﺒْﺴَﺣ "Cukuplah Allah ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻭ ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ menjadi Penolong kami dan Allah ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻭ ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ adalah sebaik-baik Pelindung." (QS. Ali Imran [3] : 173)
“Bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS at-Taubah /9: 105).
Nonton iklan bentar ya...!!!
Monday, 2 May 2011
Kematian Orang Beriman
Keyakinan orang beriman akan
adanya kehidupan sesudah
kematian menyebabkan dirinya
selalu berada dalam mode standby
menghadapi kematian. Ia
memandang kematian sebagai suatu keniscayaan. Tidak seperti orang
kafir yang selalu saja berusaha
untuk menghindari kematian. Orang
beriman sangat dipengaruhi oleh
pesan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam yang bersabda: َﻝﺎَﻗ َﻝﺎَﻗ َﺓَﺮْﻳَﺮُﻫ ﻲِﺑَﺃ ْﻦَﻋ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ ِﻪَّﻠﻟﺍ ُﻝﻮُﺳَﺭ َﻢَّﻠَﺳَﻭ ِﺕﺍَّﺬَّﻠﻟﺍ ِﻡِﺫﺎَﻫ َﺮْﻛِﺫ ﺍﻭُﺮِﺜْﻛَﺃ َﺕْﻮَﻤْﻟﺍ ﻲِﻨْﻌَﻳ “Banyak-banyaklah mengingat penghapus kenikmatan, yakni
kematian.” (HR Tirmidzi 2229) Sedangkan sahabat Ali bin Abi Thalib
radhiyallahu ’anhu pernah berkata: “Bila manusia meninggal dunia, maka pada saat itulah ia bangun dari
tidurnya.” Subhanallah...! Berarti beliau ingin mengatakan bahwa
manusia yang menemui ajalnya
adalah manusia yang justru baru
mulai menjalani kehidupan
sebenarnya, sedangkan kita yang
masih hidup di dunia ini justru masih ”belum bangun”. Sungguh, ucapan ini sangat sejalan dengan firman
Allah ta’aala: ﺎَّﻟِﺇ ﺎَﻴْﻧُّﺪﻟﺍ ُﺓﺎَﻴَﺤْﻟﺍ ِﻩِﺬَﻫ ﺎَﻣَﻭ َﺓَﺮِﺧَﺂْﻟﺍ َﺭﺍَّﺪﻟﺍ َّﻥِﺇَﻭ ٌﺐِﻌَﻟَﻭ ٌﻮْﻬَﻟ ﺍﻮُﻧﺎَﻛ ْﻮَﻟ ُﻥﺍَﻮَﻴَﺤْﻟﺍ َﻲِﻬَﻟ َﻥﻮُﻤَﻠْﻌَﻳ “Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-
main. Dan sesungguhnya akhirat
itulah yang sebenarnya kehidupan,
kalau mereka mengetahui” (QS Al- Ankabut 64) Pantas bilamana Ali radhiyallahu
’anhu pula yang berkata: “Dunia pergi menjauh dan akhirat datang
mendekat. Karena itu, jadilah kalian
anak-anak akhirat, jangan menjadi
budak-budak dunia. Sekarang
waktunya beramal, dan tidak ada
penghisaban. Sedangkan besok waktunya penghisaban, tidak ada
amal.” Bagaimanakah kematian orang
beriman? Dalam sebuah hadits Nabi
shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ِﻦْﺑ ِﻪَّﻠﻟﺍ ِﺪْﺒَﻋ ْﻦَﻋ َﺓَﺩﺎَﺘَﻗ ْﻦَﻋ ِﻪﻴِﺑَﺃ ْﻦَﻋ َﺓَﺪْﻳَﺮُﺑ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ ِّﻲِﺒَّﻨﻟﺍ ْﻦَﻋ َﻦِﻣْﺆُﻤْﻟﺍ َّﻥِﺇ َﻝﺎَﻗ َﻢَّﻠَﺳَﻭ ِﻦﻴِﺒَﺠْﻟﺍ ِﻕَﺮَﻌِﺑ ُﺕﻮُﻤَﻳ “Orang beriman meninggal dengan kening penuh keringat.” (HR Ahmad 21886) Penulis produktif Aidh Al-Qarni
menulis: ”Saya menyeru setiap orang tua agar mengingat kematian. Sadar
bahwa dirinya sudah mendekat
maut serta tidak mungkin bisa lari
darinya. Jadi, siapkan diri untuk
menemui Allah. Karena itu, sudah
sepantasnya ia menjauhi akhir kehidupan yang jelek dan
memperbanyak amal kebaikan
sehingga dapat berjumpa dengan
Allah ta’aala dalam keadaan diridhai.” Ambillah keteladanan dari kematian
Khalifah Umar bin Khattab
radhiyallahu ’anhu. Ia ditikam oleh Abu Lu’luah saat sedang mengimami sholat subuh. Umarpun jatuh
tersungkur bersimbah darah. Dalam
keadaan seperti itu ia tidak ingat
isteri, anak, harta, keluarga, sanak
saudara atau kekuasaannya. Yang ia
ingat hanyalah ”Laa ilaha illallah Muhammad rasulullah, hasbiyallah
wa ni’mal wakil.” Setelah itu ia bertanya kepada sahabatnya:
”Siapakah yang telah menikamku ?” ”Kau ditikam oleh Abu Lu ’luah Al- Majusi.” Umar radhiyallahu ’anhu lalu berkata: ”Segala puji bagi Allah ta’aala yang membuatku terbunuh di tangan orang yang tidak pernah
bersujud kepada-Nya walau hanya
sekali.” Umar-pun mati syahid. Ketika Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam menghadapi sakaratul
maut beliau mengambil secarik kain
dan menaruhnya di wajah beliau
karena parahnya kondisi yang
beliau hadapi. Lalu beliau berdoa: ﻪﻠﻟﺍ ﻻﺍ ﻪﻟﺇ ﻻ ... ﻻﺍ ﻪﻟﺇ ﻻ ﻪﻠﻟﺍ ... ﻥﺇ ﻪﻠﻟﺍ ﻻﺍ ﻪﻟﺇ ﻻ ﺕﺍﺮﻜﺴﻟ ﺕﻮﻤﻠﻟ ... ﺕﺍﺮﻜﺳ ﻰﻠﻋ ﻲﻨﻋﺃ ﻢﻬﻠﻟﺍ ﺕﻮﻤﻟﺍ ... ﻲﻠﻋ ﻒﻔﺧ ﻢﻬﻠﻟﺍ ﺕﻮﻤﻟﺍ ﺕﺍﺮﻜﺳ “Laa ilaha illallah… Laa ilaha illallah… Laa ilaha illalla. Sungguh kematian itu
sangat pedih. Ya Allah, bantulah aku
menghadapi sakratul maut. Ya Allah,
ringankanlah sakratul maut itu
buatku.” (HR Bukhary-Muslim) Aisyah radhiyallahu ’anha menuturkan: “Demi Allah, beliau mencelupkan kain itu ke air lalu
meletakkannya di atas wajah beliau
seraya berdoa: ِﺕﺍَﺮَﻜَﺳ َﻰﻠَﻋ ِّﻲﻨِﻋَﺃ َّﻢُﻬّﻠﻟﺍ ِﺕﻮَﻤْﻟﺍ ”Ya Allah, bantulah aku menghadapi sakratul maut.” Saudaraku, marilah kita
mempersiapkan diri untuk
menghadapi kematian yang bisa
datang kapan saja. Kematian yang
sungguh mengandung kepedihan
bagi setiap manusia yang mengalaminya. Hingga kekasih Allah
ta’aala saja, yakni Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam berdoa agar Allah ta’aala ringankan bagi dirinya sakaratul maut. Tidak ada
seorangpun yang tidak bakal
merasakan kepedihan sakratul maut. ِﺕْﻮَﻤْﻟﺍ ُﺔَﻘِﺋﺍَﺫ ٍﺲْﻔَﻧ ُّﻞُﻛ “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS Ali Imran 185) Marilah saudaraku, kita
mempersiapkan diri menghadapi
kematian dengan segera bertaubat
memohon ampunan dan rahmat
Allah ta’aala sebelum terlambat. Sebab begitulah kematian orang
kafir. Suatu bentuk kematian yang
diwarnai penyesalan yang sungguh
terlambat. ُﺕْﻮَﻤْﻟﺍ ُﻢُﻫَﺪَﺣَﺃ َﺀﺎَﺟ ﺍَﺫِﺇ ﻰَّﺘَﺣ ﻲِّﻠَﻌَﻟ ِﻥﻮُﻌِﺟْﺭﺍ ِّﺏَﺭ َﻝﺎَﻗ ﺎًﺤِﻟﺎَﺻ ُﻞَﻤْﻋَﺃ ٌﺔَﻤِﻠَﻛ ﺎَﻬَّﻧِﺇ ﺎَّﻠَﻛ ُﺖْﻛَﺮَﺗ ﺎَﻤﻴِﻓ ْﻢِﻬِﺋﺍَﺭَﻭ ْﻦِﻣَﻭ ﺎَﻬُﻠِﺋﺎَﻗ َﻮُﻫ َﻥﻮُﺜَﻌْﺒُﻳ ِﻡْﻮَﻳ ﻰَﻟِﺇ ٌﺥَﺯْﺮَﺑ “(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang
kematian kepada seseorang dari
mereka, dia berkata, "Ya Tuhanku
kembalikanlah aku (ke dunia), agar
aku berbuat amal yang saleh
terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu
adalah perkataan yang
diucapkannya saja. Dan di hadapan
mereka ada barzakh (dinding)
sampai hari mereka
dibangkitkan.” (QS Al-Mu’minun 99-100)
adanya kehidupan sesudah
kematian menyebabkan dirinya
selalu berada dalam mode standby
menghadapi kematian. Ia
memandang kematian sebagai suatu keniscayaan. Tidak seperti orang
kafir yang selalu saja berusaha
untuk menghindari kematian. Orang
beriman sangat dipengaruhi oleh
pesan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam yang bersabda: َﻝﺎَﻗ َﻝﺎَﻗ َﺓَﺮْﻳَﺮُﻫ ﻲِﺑَﺃ ْﻦَﻋ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ ِﻪَّﻠﻟﺍ ُﻝﻮُﺳَﺭ َﻢَّﻠَﺳَﻭ ِﺕﺍَّﺬَّﻠﻟﺍ ِﻡِﺫﺎَﻫ َﺮْﻛِﺫ ﺍﻭُﺮِﺜْﻛَﺃ َﺕْﻮَﻤْﻟﺍ ﻲِﻨْﻌَﻳ “Banyak-banyaklah mengingat penghapus kenikmatan, yakni
kematian.” (HR Tirmidzi 2229) Sedangkan sahabat Ali bin Abi Thalib
radhiyallahu ’anhu pernah berkata: “Bila manusia meninggal dunia, maka pada saat itulah ia bangun dari
tidurnya.” Subhanallah...! Berarti beliau ingin mengatakan bahwa
manusia yang menemui ajalnya
adalah manusia yang justru baru
mulai menjalani kehidupan
sebenarnya, sedangkan kita yang
masih hidup di dunia ini justru masih ”belum bangun”. Sungguh, ucapan ini sangat sejalan dengan firman
Allah ta’aala: ﺎَّﻟِﺇ ﺎَﻴْﻧُّﺪﻟﺍ ُﺓﺎَﻴَﺤْﻟﺍ ِﻩِﺬَﻫ ﺎَﻣَﻭ َﺓَﺮِﺧَﺂْﻟﺍ َﺭﺍَّﺪﻟﺍ َّﻥِﺇَﻭ ٌﺐِﻌَﻟَﻭ ٌﻮْﻬَﻟ ﺍﻮُﻧﺎَﻛ ْﻮَﻟ ُﻥﺍَﻮَﻴَﺤْﻟﺍ َﻲِﻬَﻟ َﻥﻮُﻤَﻠْﻌَﻳ “Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-
main. Dan sesungguhnya akhirat
itulah yang sebenarnya kehidupan,
kalau mereka mengetahui” (QS Al- Ankabut 64) Pantas bilamana Ali radhiyallahu
’anhu pula yang berkata: “Dunia pergi menjauh dan akhirat datang
mendekat. Karena itu, jadilah kalian
anak-anak akhirat, jangan menjadi
budak-budak dunia. Sekarang
waktunya beramal, dan tidak ada
penghisaban. Sedangkan besok waktunya penghisaban, tidak ada
amal.” Bagaimanakah kematian orang
beriman? Dalam sebuah hadits Nabi
shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ِﻦْﺑ ِﻪَّﻠﻟﺍ ِﺪْﺒَﻋ ْﻦَﻋ َﺓَﺩﺎَﺘَﻗ ْﻦَﻋ ِﻪﻴِﺑَﺃ ْﻦَﻋ َﺓَﺪْﻳَﺮُﺑ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ ِّﻲِﺒَّﻨﻟﺍ ْﻦَﻋ َﻦِﻣْﺆُﻤْﻟﺍ َّﻥِﺇ َﻝﺎَﻗ َﻢَّﻠَﺳَﻭ ِﻦﻴِﺒَﺠْﻟﺍ ِﻕَﺮَﻌِﺑ ُﺕﻮُﻤَﻳ “Orang beriman meninggal dengan kening penuh keringat.” (HR Ahmad 21886) Penulis produktif Aidh Al-Qarni
menulis: ”Saya menyeru setiap orang tua agar mengingat kematian. Sadar
bahwa dirinya sudah mendekat
maut serta tidak mungkin bisa lari
darinya. Jadi, siapkan diri untuk
menemui Allah. Karena itu, sudah
sepantasnya ia menjauhi akhir kehidupan yang jelek dan
memperbanyak amal kebaikan
sehingga dapat berjumpa dengan
Allah ta’aala dalam keadaan diridhai.” Ambillah keteladanan dari kematian
Khalifah Umar bin Khattab
radhiyallahu ’anhu. Ia ditikam oleh Abu Lu’luah saat sedang mengimami sholat subuh. Umarpun jatuh
tersungkur bersimbah darah. Dalam
keadaan seperti itu ia tidak ingat
isteri, anak, harta, keluarga, sanak
saudara atau kekuasaannya. Yang ia
ingat hanyalah ”Laa ilaha illallah Muhammad rasulullah, hasbiyallah
wa ni’mal wakil.” Setelah itu ia bertanya kepada sahabatnya:
”Siapakah yang telah menikamku ?” ”Kau ditikam oleh Abu Lu ’luah Al- Majusi.” Umar radhiyallahu ’anhu lalu berkata: ”Segala puji bagi Allah ta’aala yang membuatku terbunuh di tangan orang yang tidak pernah
bersujud kepada-Nya walau hanya
sekali.” Umar-pun mati syahid. Ketika Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam menghadapi sakaratul
maut beliau mengambil secarik kain
dan menaruhnya di wajah beliau
karena parahnya kondisi yang
beliau hadapi. Lalu beliau berdoa: ﻪﻠﻟﺍ ﻻﺍ ﻪﻟﺇ ﻻ ... ﻻﺍ ﻪﻟﺇ ﻻ ﻪﻠﻟﺍ ... ﻥﺇ ﻪﻠﻟﺍ ﻻﺍ ﻪﻟﺇ ﻻ ﺕﺍﺮﻜﺴﻟ ﺕﻮﻤﻠﻟ ... ﺕﺍﺮﻜﺳ ﻰﻠﻋ ﻲﻨﻋﺃ ﻢﻬﻠﻟﺍ ﺕﻮﻤﻟﺍ ... ﻲﻠﻋ ﻒﻔﺧ ﻢﻬﻠﻟﺍ ﺕﻮﻤﻟﺍ ﺕﺍﺮﻜﺳ “Laa ilaha illallah… Laa ilaha illallah… Laa ilaha illalla. Sungguh kematian itu
sangat pedih. Ya Allah, bantulah aku
menghadapi sakratul maut. Ya Allah,
ringankanlah sakratul maut itu
buatku.” (HR Bukhary-Muslim) Aisyah radhiyallahu ’anha menuturkan: “Demi Allah, beliau mencelupkan kain itu ke air lalu
meletakkannya di atas wajah beliau
seraya berdoa: ِﺕﺍَﺮَﻜَﺳ َﻰﻠَﻋ ِّﻲﻨِﻋَﺃ َّﻢُﻬّﻠﻟﺍ ِﺕﻮَﻤْﻟﺍ ”Ya Allah, bantulah aku menghadapi sakratul maut.” Saudaraku, marilah kita
mempersiapkan diri untuk
menghadapi kematian yang bisa
datang kapan saja. Kematian yang
sungguh mengandung kepedihan
bagi setiap manusia yang mengalaminya. Hingga kekasih Allah
ta’aala saja, yakni Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam berdoa agar Allah ta’aala ringankan bagi dirinya sakaratul maut. Tidak ada
seorangpun yang tidak bakal
merasakan kepedihan sakratul maut. ِﺕْﻮَﻤْﻟﺍ ُﺔَﻘِﺋﺍَﺫ ٍﺲْﻔَﻧ ُّﻞُﻛ “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS Ali Imran 185) Marilah saudaraku, kita
mempersiapkan diri menghadapi
kematian dengan segera bertaubat
memohon ampunan dan rahmat
Allah ta’aala sebelum terlambat. Sebab begitulah kematian orang
kafir. Suatu bentuk kematian yang
diwarnai penyesalan yang sungguh
terlambat. ُﺕْﻮَﻤْﻟﺍ ُﻢُﻫَﺪَﺣَﺃ َﺀﺎَﺟ ﺍَﺫِﺇ ﻰَّﺘَﺣ ﻲِّﻠَﻌَﻟ ِﻥﻮُﻌِﺟْﺭﺍ ِّﺏَﺭ َﻝﺎَﻗ ﺎًﺤِﻟﺎَﺻ ُﻞَﻤْﻋَﺃ ٌﺔَﻤِﻠَﻛ ﺎَﻬَّﻧِﺇ ﺎَّﻠَﻛ ُﺖْﻛَﺮَﺗ ﺎَﻤﻴِﻓ ْﻢِﻬِﺋﺍَﺭَﻭ ْﻦِﻣَﻭ ﺎَﻬُﻠِﺋﺎَﻗ َﻮُﻫ َﻥﻮُﺜَﻌْﺒُﻳ ِﻡْﻮَﻳ ﻰَﻟِﺇ ٌﺥَﺯْﺮَﺑ “(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang
kematian kepada seseorang dari
mereka, dia berkata, "Ya Tuhanku
kembalikanlah aku (ke dunia), agar
aku berbuat amal yang saleh
terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu
adalah perkataan yang
diucapkannya saja. Dan di hadapan
mereka ada barzakh (dinding)
sampai hari mereka
dibangkitkan.” (QS Al-Mu’minun 99-100)
Subscribe to:
Posts (Atom)