Friday, 24 June 2011

wujud sidrat al - muntaha..

Sidrat al-Muntahā Sidrat al-Muntahā (Arab: ﺓﺭﺪﺳ ﻰﻬﺘﻨﻤﻟﺍ , Sidratul Muntaha) adalah sebuah pohon bidara yang menandai akhir dari langit/Surga ke tujuh, sebuah batas dimana makhluk tidak dapat melewatinya, menurut
kepercayaan Islam. Dalam kepercayaan ajaran lain ada pula
semacam kisah tentang Sidrat al-
Muntahā, yang disebut sebagai "Pohon Kehidupan". Pada tanggal 27 Rajab selama Isra Mi'raj, hanya Muhammad yang bisa memasuki Sidrat al-Muntaha dan
dalam perjalanan tersebut,
Muhammad ditemani oleh Malaikat Jibril, dimana Allah memberikan perintah untuk Salat 5 waktu. Dalam Agama Baha'i Sidrat al-Muntahā biasa disebut dengan "Sadratu'l-
Muntahá" adalah sebuah kiasan untuk
penjelmaan Tuhan. Etimologi Sidrat al-Muntahā berasal dari kata sidrah dan muntaha. Sidrah adalah
pohon Bidara, sedangkan muntaha
berarti tempat berkesudahan,
sebagaimana kata ini dipakai dalam
ayat berikut: “ Kemudian akan diberi
balasan kepadanya
dengan balasan yang
paling sempurna, dan
bahwasanya kepada
Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu). (An-Najm,
53:41-42) ” Dengan demikian, secara bahasa
Sidratul Muntaha berarti pohon Bidara
tempat berkesudahan. Disebut
demikian karena tempat ini tidak bisa
dilewati lebih jauh lagi oleh manusia
dan merupakan tempat diputuskannya segala urusan yang
naik dari dunia di bawahnya maupun
segala perkara yang turun dari
atasnya. Istilah ini disebutkan sekali
dalam Al-Qur'an, yaitu pada ayat: “ ...(yaitu) di Sidratil Muntaha. (An-Najm, 53:14) ” Wujud Sidrat al-Muntahā Sidratul Muntaha digambarkan
sebagai Pohon Bidara yang sangat
besar, tumbuh mulai Langit Keenam
hingga Langit Ketujuh. Dedaunannya
sebesar telinga gajah dan buah- buahannya seperti bejana batu.[1] Menurut Kitab As-Suluk, Sidrat al-
Muntahā adalah sebuah pohon yang terdapat di bawah 'Arsy, pohon tersebut memiliki daun yang sama
banyaknya dengan sejumlah makhluk ciptaan Allah.[2] Allah berfirman dalam surah An-Najm
16, “ Ketika Sidratil
Muntaha diliputi oleh
sesuatu yang
meliputinya (an-Najm,
53: 16) ” Dikatakan bahwa yang
menyelimutinya adalah permadani yang terbuat dari emas. Jika Allah memutuskan sesuatu, maka
"bersemilah" Sidratul Muntaha
sehingga diliputi oleh sesuatu, yang
menurut penafsiran Ibnu Mas'ud
radhiyallahu anhu adalah "permadani
emas". Deskripsi tentang Sidratul Muntaha dalam hadits-hadits tentang
Isra Mi'raj tersebut menurut sebagian
ulama hanyalah berupa gambaran
(metafora) sebatas yang dapat
diungkapkan kata-kata. Peristiwa di Sidratul Muntaha bagi
Muhammad Ketika Mi'raj, di sini Muhammad melihat
banyak hal, seperti: Melihat bentuk asli Malaikat Jibril Dikatakan bahwa Muhammad telah
melihat wujud asli dari Malaikat Jibril
yang memiliki sayap sebanyak 600 sayap.[3] “ Dan sesungguhnya
Muhammad telah
melihat Jibril itu
(dalam rupanya yang
asli) pada waktu yang
lain, (An-Najm 53:13) ” Melihat Tuhan Dikatakan pula bahwa Muhammad
telah melihat Allah yang berupa cahaya.[4][5] Untuk hal ini terdapat beda pendapat
di kalangan ulama, apakah Nabi
Muhammad Shallallahu Alaihi wa
Sallam pernah melihat Tuhannya? Jika
pernah apakah beliau melihat-Nya
dengan mata kepala atau mata hati? Masing-masing memiliki argumennya
sendiri-sendiri. Di antara yang
berpendapat bahwa beliau pernah
melihat-Nya dengan mata hati antara
lain al-Baihaqi, al-Hafizh Ibnu Katsir
dalam Tafsirnya, dan Syaikh al-Albani dalam tahqiq beliau terhadap Syarah
Aqidah ath-Thahawiyah. Salah satu
argumentasi mereka adalah hadits di
atas. Mendapatkan Perintah Salat Di Sidratul Muntaha ini Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapatkan perintah salat 5 waktu. Perintah melaksanakan salat
tersebut pada awalnya adalah 50 kali
setiap harinya, akan tetapi karena
pertimbangan dan saran Nabi Musa
serta permohonan Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi wa Sallam sendiri, serta kasih dan sayang Allah
Subhahanu wa Ta'ala, jumlahnya
menjadi hanya 5 kali saja. Di antara
hadits mengenai hal ini diriwayatkan oleh Ibnu Abbas dan Ibnu Mas'ud.[6] Dari Abdullah (bin Mas'ud), ia telah
berkata: "Ketika Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam diisrakan, beliau
berakhir di Sidratul Muntaha (yang
bermula) di langit keenam. Ke sanalah
berakhir apa-apa yang naik dari bumi, lalu diputuskan di sana. Dan ke sana
berakhir apa-apa yang turun dari
atasnya, lalu diputuskan di sana." Ia berkata: "Kemudian Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam diberi tiga
hal: Diberi salat lima waktu dan diberi
penutup Surah al-Baqarah serta
diampuni dosa-dosa besar bagi
siapapun dari umatnya yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu
apapun". HR Muslim (173) dengan redaksi di atas, at-Tirmidzi (3276), an-Nasai
(451), dan Ahmad (3656 & 4001).}}

jibril

Jibril (Arab:ﻞﻳﺮﺒﺟ, Inggris dan Alkitab : Gabriel) adalah malaikat yang muncul dalam ajaran agama samawi. Dalam ajaran agama samawi Jibril
dianggap sebagai Pemimpin Malaikat
dan bertugas menyampaikan wahyu dan mengajarkannya kepada para
nabi dan rasul. Malaikat Jibril adalah malaikat yang
bertugas menyampaikan wahyu.
Malaikat Jibril adalah satu dari tiga
malaikat yang namanya disebut dalam
Al Quran. Nama Malaikat Jibril disebut
dua kali dalam Al Quran yaitu pada surat Al Baqarah ayat 97-98 dan At Tahrim ayat 4. Didalam Al Qur'an, Jibril memiliki beberapa julukan, seperti Ruh al Amin dan Ruh al Qudus (Roh Kudus), Ar-Ruh Al-Amin dan lainnya. Bentuk fisik Ruhul'qudus (Jibril) Bentuk fisik Ruhul'qudus, ada tertera
dalam uraian mengenai kisah nabi
Muhammad, kala beliau mendapat
wahyu kali ke dua, dan nabi menuntut
untuk bertemu atau melihat rupa asli
sang utusan Tuhan dari langit dalam rupa yang asli, atau bagaimana
sesungguhnya dzat wujud Jibril tanpa
rupa samar, sebagaimana di kali-kali
yang lain, sang utusan (ruhul'qudus)
selalu nampak dalam rupa seorang
manusia biasa. Ruhul'Qudus ; Tampak wujudnya
dengan enam ratus sayap antara
masyrik dan maghrib, (barat-timur)
sayap dan busana kebesarannya
putih laksana mutiara yang larut,
dengan rupa yang begitu elok dan rupawan, dan dengan kekuatan yang
dahsyat penuh mukzijat. Katakanlah: "Barang siapa yang
menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu
telah menurunkannya (Al Quran) ke
dalam hatimu dengan seizin Allah;
membenarkan apa (kitab-kitab)
yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi
orang-orang yang beriman. Barang
siapa yang menjadi musuh Allah,
malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-
Nya, Jibril dan Mikail, maka
sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir. Malaikat Jibril adalah malaikat yang
menyampaikan berita kelahiran Nabi
Isa (lihat di artikel Isa) kepada ibunya Siti Maryam dan juga malaikat yang
menyampaikan Al'Quran kepada Nabi Muhammad. Dalam kisah suci perjalanan Isra' Mi'raj,
sesampainya di pos perjalanan Sidratul Muntaha, Malaikat Jibril tidak sanggup lagi mendampingi Rasulullah
untuk terus naik menghadap
kehadirat Allah SWT; beliau berkata : "Aku sama sekali
tidak mampu mendekati Allah, perlu
60.000 tahun lagi aku harus
terbang. Itulah jarak antara aku dan
Allah yang dapat aku capai. Jika aku
terus juga ke atas, aku pasti hancur luluh". Maha Suci Allah, ternyata Malaikat
Mulia Jibril AS pun tidak sampai
kepada Allah SWT. Dalam Alkitab Dalam Alkitab disebut Gabriel. Ia adalah malaikat yang menyampaikan
berita kelahiran Yesus Kristus kepada Maria (Lukas 1:19-26) dan kelahiran Yohanes Pembaptis kepada Zakharia, ayahnya. Ia juga menerangkan
penglihatan kepada Daniel (Daniel 8:16; 9:21). Pendapat skeptis Pendapat lain mengatakan asal-usul
Jibril bisa dilacak dalam tradisi zaman Babilonia, dimana dia dikenal sebagai Gubrenor, satu dari malaikat
penguasa dalam agama Majusi. Ketika orang-orang Ibrani sedang mengalami pembuangan di Babel, mereka berkenalan dengan ide ini
dan mengadopsinya sebagai salah
satu malaikat Tuhan. Mikhael dan Kerub juga mempunyai asal-usul yang senada. Belakangan, perkembangan
ini memengaruhi dua agama monotheis selanjutnya: Kristen dan Islam.