Saat ini ada faedah lainnya yang kami peroleh dari
penjelasan Ibnu Rajab Al Hambali
rahimahullah ketika beliau membahas
faedah-faedah di musim dingin (asy
syitaa’). Di antara faedah yang beliau
rahimahullah sebutkan bahwasanya musim dingin (winter) mengingatkan
akan zamharir jahannam (dingin
bekunya jahannam), yang siksa
jahnnam wajib kita berlindung pada
Allah darinya. Di antara yang menunjukkan akan
dinginnya neraka adalah riwayat
berikut. Dari Abu Hurairah dan Abu
Sa’id Al Khudri, dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, ﻝﺎﻗ ﺍﺫﺈﻓ ﺩﺮﺒﻟﺍ ﺪﻳﺪﺷ ﻡﻮﻳ ﻥﺎﻛ ﺍﺫﺇ ﺪﺒﻌﻟﺍ : ﺍﺬﻫ ﺩﺮﺑ ﺪﺷﺃ ﺎﻣ ﻪﻠﻟﺍ ﻻﺇ ﻪﻟﺇ ﻻﻡﻮﻴﻟﺍ : ﺮﻳﺮﻬﻣﺯ ﻦﻣ ﻲﻧﺮﺟﺃ ﻢﻬﻠﻟﺍ ﻢﻨﻬﺠﻟ ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻪﻠﻟﺍ ﻝﺎﻗ ﻢﻨﻬﺟ : ﻥﺇ ﻦﻣ ﻲﺑ ﺭﺎﺠﺘﺳﺍ ﻱﺩﺎﺒﻋ ﻦﻣ ﺍﺪﺒﻋ ﺪﻗ ﻲﻧﺃ ﻙﺪﻬﺷﺃ ﻲﻧﺇ ﻭ ﻙﺮﻳﺮﻬﻣﺯ ﻝﺎﻗ ﻢﻨﻬﺟ ﺮﻳﺮﻬﻣﺯ ﺎﻣ ﺍﻮﻟﺎﻗ ﻪﺗﺮﺟﺃ : ﺓﺪﺷ ﻦﻣ ﺰﻴﻤﺘﻴﻓ ﺮﻔﻜﻟﺍ ﻪﻴﻓ ﻰﻘﻠﻳ ﺖﻴﺑ ﺩﺮﺒﻟﺍ “Jika hari begitu amat dingin, lalu
seorang hamba mengucapkan ‘Laa
ilaha illallah, maa asyaddu bardin
hadzal yaum: Allahumma aajirni min
zamharir jahannam’ (Tidak ada
sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah begitu dingin hari ini.
Ya Allah, selamatkanlah aku dari
dingin bekunya jahannam). Allah
Ta’ala kemudian berfirman kepada
jahannam, “Sesungguhnya di antara
hamba-Ku, meminta perlindungan pada-Ku dari dingin bekumu, dan aku
bersaksi padamu bahwa aku telah
melindungi dari dingin tersebut.”
Mereka berkata, “Apa itu zamharir
jahannam?” Dia menjawab, “Itu adalah
rumah yang orang kafir dilemparkan di dalamnya, lantas mereka terasing
karena saking dinginnya.”[1] Dari hadits ini, Syaikh Hammad Al
Hammad[2] hafizhohullah berkata bahwa disyariatkan membaca dzikir
yang disebutkan dalam hadits tersebut
ketika mendapati hawa atau cuaca
yang amat dingin seperti ketika winter. Dalam hadits muttafaqun ‘alaih, dari
Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, ِّﺏَﺭ ﺎَﻳ ْﺖَﻟﺎَﻘَﻓ ﺎَﻬِّﺑَﺭ ﻰَﻟِﺇ ُﺭﺎَّﻨﻟﺍ ِﺖَﻜَﺘْﺷﺍ ﺎًﻀْﻌَﺑ ﻰِﻀْﻌَﺑ َﻞَﻛَﺃ . ِﻦْﻴَﺴَﻔَﻨِﺑ ﺎَﻬَﻟ َﻥِﺫَﺄَﻓ ِﻒْﻴَّﺼﻟﺍ ﻰِﻓ ٍﺲَﻔَﻧَﻭ ِﺀﺎَﺘِّﺸﻟﺍ ﻰِﻓ ٍﺲَﻔَﻧ ُّﺪَﺷَﺃَﻭ ِّﺮَﺤْﻟﺍ َﻦِﻣ َﻥﻭُﺪِﺠَﺗ ﺎَﻣ ُّﺪَﺷَﺃ َﻮُﻬَﻓ ِﺮﻳِﺮَﻬْﻣَّﺰﻟﺍ َﻦِﻣ َﻥﻭُﺪِﺠَﺗ ﺎَﻣ “Neraka berkata; 'Ya Rabbi, kami
memakan satu sama lainnya, (maka
izinkanlah kami untuk bernapas!)'
Maka Allah mengizinkan untuk
bernapas dua kali, napas ketika musim
dingin dan napas ketika musim panas. Hawa yang amat panas, itu adalah dari
panasnya neraka. Hawa yang amat
dingin, itu adalah dari dinginnya
(dingin bekunya) neraka.”[3] Lihatlah yang Terjadi pada
Penduduk Neraka! Dari Ka’ab, ia berkata, “Sesungguhnya
di neraka terdapat dingin yaitu
zamharir (dingin yang amat beku),
yang ini bisa membuat kulit-kulit
terlepas hingga mereka (yang berada
di neraka) meminta pertolongan pada panasnya neraka.” ‘Abdul Malik bin ‘Umair berkata, “Telah
sampai padaku bahwa penduduk
neraka meminta pada penjaga neraka
untuk keluar pada sisi neraka. Mereka
pun keluar ke sisi, namun mereka
disantap oleh zamharir atau dinginnya neraka. Hingga mereka pun akhirnya
kembali ke neraka. Dan mereka
menemukan dingin yang tadi mereka
dapatkan.”[4] Al Qur’an Membicarakan Tentang
Dinginnya Neraka Hal ini dapat kita lihat pada surat An
Naba’, Allah Ta’ala berfirman, ﺎًﺑﺍَﺮَﺷ ﺎَﻟَﻭ ﺍًﺩْﺮَﺑ ﺎَﻬﻴِﻓ َﻥﻮُﻗﻭُﺬَﻳ ﺎَﻟ (24) ﺎًﻗﺎَّﺴَﻏَﻭ ﺎًﻤﻴِﻤَﺣ ﺎَّﻟِﺇ (25) ﺎًﻗﺎَﻓِﻭ ًﺀﺍَﺰَﺟ (26) “Mereka tidak merasakan kesejukan di
dalamnya dan tidak (pula mendapat)
minuman, selain air yang mendidih
dan ghossaq, sebagai pambalasan
yang setimpal.” (QS. An Naba’: 24-26). Allah Ta’ala juga berfirman, ٌﻕﺎَّﺴَﻏَﻭ ٌﻢﻴِﻤَﺣ ُﻩﻮُﻗﻭُﺬَﻴْﻠَﻓ ﺍَﺬَﻫ “Inilah (azab neraka), biarlah mereka
merasakannya, (minuman mereka) air
yang sangat panas dan air yang
sangat dingin (ghossaq).” (QS. Shaad:
57) Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma
berkata, “Yang dimaksud ghossaq
adalah dingin beku dari neraka, dan
seseorang seperti terpanggang
dengannya.” Mujahid rahimahullah
berkata, “Ghossaq adalah sesuatu yang tidak mampu seseorang sentuh
karena begitu dinginnya.” Ada ulama
pula yang mengatakan, “Ghossaq
adalah dingin yang baunya begitu
busuk”. Faedah 1. Neraka bukan hanya panas, juga
mengalami dingin (yang amat
dingin). 2. Hawa yang amat panas, itu adalah
dari panasnya neraka. Hawa yang
amat dingin, itu adalah dari
dinginnya neraka. 3. Cuaca yang amat panas dan dingin
seharusnya mengingatkan kita
akan neraka, sehingga kita pun
seharusnya meminta perlindungan
pada Allah dari siksanya yang
begitu mengerikan. Do’a yang Amat Bagus untuk
Dihafal Do’a ini amat baik untuk dihafal, berisi
permintaan agar dimasukkan ke surga
dan dilindungi dari neraka. ﺎَﻬْﻴَﻟِﺇ َﺏَّﺮَﻗ ﺎَﻣَﻭ َﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ َﻚُﻟَﺄْﺳَﺃ ﻰِّﻧِﺇ َّﻢُﻬَّﻠﻟﺍ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍ َﻦِﻣ َﻚِﺑ ُﺫﻮُﻋَﺃَﻭ ٍﻞَﻤَﻋ ْﻭَﺃ ٍﻝْﻮَﻗ ْﻦِﻣ ٍﻞَﻤَﻋ ْﻭَﺃ ٍﻝْﻮَﻗ ْﻦِﻣ ﺎَﻬْﻴَﻟِﺇ َﺏَّﺮَﻗ ﺎَﻣَﻭ ُﻪَﺘْﻴَﻀَﻗ ٍﺀﺎَﻀَﻗ َّﻞُﻛ َﻞَﻌْﺠَﺗ ْﻥَﺃ َﻚُﻟَﺄْﺳَﺃَﻭ ﺍًﺮْﻴَﺧ ﻰِﻟ “Allahumma inni as-alukal jannah, wa
maa qorroba ilaihaa min qoulin aw
‘amal, wa a’udzu bika minan naari wa
maa qorroba ilaiha min qoulin aw
‘amal, wa as-aluka an taj’ala kulla
qodho-in qodhoitahu lii khoiroo” (Ya Allah, aku meminta surga pada-Mu
serta perkataan atau amal yang
mengantarkan padanya. Ya Allah, aku
berlindung pada-Mu dari neraka serta
perkataan atau amal yang
mengantarkan padanya. Ya Allah, jadikanlah setiap takdir yang Engkau
peruntukkan untukku adalah baik) [5] Semoga Allah menyelematkan kita dari
siksa Jahannam dengan karunia dan
kemuliaan-Nya. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi
tatimmush sholihaat.
“Bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS at-Taubah /9: 105).
Nonton iklan bentar ya...!!!
Sunday, 14 August 2011
Sifat 'Ibadurrahman (3), Berlindungdari Siksa Neraka
Segala puji bagi Allah. Shalawat dan
salam kepada Nabi kita Muhammad,
keluarga dan sahabatnya. Sifat 'ibadurrahman, yaitu hamba Allah
yang beriman adalah berlindung dari
siksa neraka. Itulah yang mendorong
seseorang itu untuk beramal agar
terlindung dari siksa neraka. Ayat
yang akan kita bahas kali ini menjadi dalil kelirunya keyakinan orang sufi
bahwa tidak dikatakan ikhlas dalam
beramal jika seseorang mengharap
surga dan takut dari siksa neraka. Allah Ta'ala berfirman, َﻢَّﻨَﻬَﺟ َﺏﺍَﺬَﻋ ﺎَّﻨَﻋ ْﻑِﺮْﺻﺍ ﺎَﻨَّﺑَﺭ َﻥﻮُﻟﻮُﻘَﻳ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍَﻭ ﺎًﻣﺍَﺮَﻏ َﻥﺎَﻛ ﺎَﻬَﺑﺍَﺬَﻋ َّﻥِﺇ (65) ْﺕَﺀﺎَﺳ ﺎَﻬَّﻧِﺇ ﺎًﻣﺎَﻘُﻣَﻭ ﺍًّﺮَﻘَﺘْﺴُﻣ 66) ) "Dan orang-orang yang berkata: "Ya Rabb kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal". Sesungguhnya jahannam itu seburuk- buruk tempat menetap dan tempat kediaman. " (QS. Al Furqan: 65-66) Siksa yang Amat Pedih di Jahannam Yang dimaksudkan dengan
'ghoroma' (ﺎًﻣﺍَﺮَﻏ ) dalam ayat di atas adalah adzab yang kekal, demikian
kata Ibnu Katsir rahimahullah (Tafsir Al
Qur'an Al 'Azhim, 10: 321). Ibnul Jauzi berkata bahwa
'ghoroma' (ﺎًﻣﺍَﺮَﻏ ) ada lima pendapat dalam hal ini yang pendapat-pendapat
tersebut hampir sama maknanya.
Ghoroma berarti: 1. Selamanya (ًﺎﻤﺋﺍﺩ ). Demikian diriwayatkan dari Abu Sa'id Al Khudri.
2. Siksa yang menyakitkan ( ًﺎﻌِﺟﻮﻣ ), diriwayatkan oleh Adh Dhohak dari
Ibnu 'Abbas.
3. Siksa yang melelahkan (ًﺎّﺤِﻠُﻣ ). Demikian dikatakan oleh Ibnu As Saib.
4. Siksa yang membinasakan (ًﺎﻛﻼﻫ ). Demikian disebutkan oleh Abu
'Ubaidah.
5. Secara bahasa berarti siksa yang
amat pedih. Demikian disebutkan oleh
Az Zujaj. (Zaadul Masiir, 6: 102) Jahannam Sejelek-Jelek Tempat
Tinggal Allah Ta'ala berfirman, ﺎًﻣﺎَﻘُﻣَﻭ ﺍًّﺮَﻘَﺘْﺴُﻣ ْﺕَﺀﺎَﺳ ﺎَﻬَّﻧِﺇ "Sesungguhnya jahannam itu
seburuk-buruk tempat menetap dan
tempat kediaman." Yang dimaksud
ayat ini bahwasanya jahannam adalah
sejelek-jelek tempat menetap. (Zaadul
Masiir, 6: 102 dan Tafsir Al Jalalain, 365). Dapat kita katakan bahwa
jahannam adalah sejelek-jelek tempat
tinggal (Tafsir Ath Thobari, 17:
496-497). Berlindung dari Siksa Neraka Jahannam adalah di antara nama
neraka. Ayat ini dengan jelas
menunjukkan bahwa sifat orang
beriman ('ibadurrahman), mereka
berlindung dari siksa neraka atau
siksa jahannam. Dan ayat ini sekaligus bantahan pada keyakinan orang sufi
yang nyatakan bahwa orang yang
beramal karena ingin surga dan takut
neraka adalah orang yang tidak
ikhlas. Justru kita katakan bahwa
orang yang ikhlas adalah orang yang beramal demikian. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
mengatakan, ُﻖﻳِﺮَﻃ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍ ْﻦِﻣ ِﺓَﺫﺎَﻌِﺘْﺳﺎِﻟﺍَﻭ ِﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ُﺐَﻠَﻃَﻭ َﻦﻴِﻘِﺑﺎَّﺴﻟﺍ ِﻪِﺋﺎَﻴِﻟْﻭَﺃ ِﻊﻴِﻤَﺟَﻭ ِﻪِﻠُﺳُﺭَﻭ ِﻪَّﻠﻟﺍ ِﺀﺎَﻴِﺒْﻧَﺃ ِﻦﻴِﻤَﻴْﻟﺍ ِﺏﺎَﺤْﺻَﺃَﻭ َﻦﻴِﺑَّﺮَﻘُﻤْﻟﺍ “Meminta surga dan berlindung dari
siksa neraka adalah jalan hidup para
Nabi Allah, utusan Allah, seluruh wali
Allah, ahli surga yang terdepan (as
sabiqun al muqorrobun) dan ahli
surga pertengahan (ash-habul yamin).” (Majmu' Al Fatawa, 10/701).
Sebagai dalil penguat adalah berbagai
dalil berikut ini. Setelah menyebutkan berbagai
kenikmatan di surga dalam surat Al
Muthaffifin, Allah Ta'ala pun
memerintah untuk berlomba-lomba
meraihnya, َﻥﻮُﺴِﻓﺎَﻨَﺘُﻤْﻟﺍ ِﺲَﻓﺎَﻨَﺘَﻴْﻠَﻓ َﻚِﻟَﺫ ﻲِﻓَﻭ “Dan untuk yang demikian itu
hendaknya orang berlomba-lomba.
” (QS. Al Muthaffifin: 26). Bagaimana
mungkin dikatakan tidak ikhlas,
sedangkan kita sendiri diperintahkan
oleh Allah untuk berlomba-lomba meraih surga?! Sifat orang beriman adalah beribadah
dengan khouf (takut) dan
roja' (harap). Allah Ta'ala berfirman, ﻰَﻟِﺇ َﻥﻮُﻐَﺘْﺒَﻳ َﻥﻮُﻋْﺪَﻳ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ َﻚِﺌَﻟﻭُﺃ َﻥﻮُﺟْﺮَﻳَﻭ ُﺏَﺮْﻗَﺃ ْﻢُﻬُّﻳَﺃ َﺔَﻠﻴِﺳَﻮْﻟﺍ ُﻢِﻬِّﺑَﺭ َﺏﺍَﺬَﻋ َّﻥِﺇ ُﻪَﺑﺍَﺬَﻋ َﻥﻮُﻓﺎَﺨَﻳَﻭ ُﻪَﺘَﻤْﺣَﺭ ﺍًﺭﻭُﺬْﺤَﻣ َﻥﺎَﻛ َﻚِّﺑَﺭ “Orang-orang yang mereka seru itu,
mereka sendiri mencari jalan kepada
Tuhan mereka siapa di antara mereka
yang lebih dekat (kepada Allah) dan
mengharapkan rahmat-Nya dan takut
akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus)
ditakuti. ” (QS. Al Israa': 57) Allah Ta'ala berfirman, ﺍًﺩﻮُﻌُﻗَﻭ ﺎًﻣﺎَﻴِﻗ َﻪَّﻠﻟﺍ َﻥﻭُﺮُﻛْﺬَﻳ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ِﻖْﻠَﺧ ﻲِﻓ َﻥﻭُﺮَّﻜَﻔَﺘَﻳَﻭ ْﻢِﻬِﺑﻮُﻨُﺟ ﻰَﻠَﻋَﻭ َﺖْﻘَﻠَﺧ ﺎَﻣ ﺎَﻨَّﺑَﺭ ِﺽْﺭَﺄْﻟﺍَﻭ ِﺕﺍَﻭﺎَﻤَّﺴﻟﺍ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍ َﺏﺍَﺬَﻋ ﺎَﻨِﻘَﻓ َﻚَﻧﺎَﺤْﺒُﺳ ﺎًﻠِﻃﺎَﺑ ﺍَﺬَﻫ (191) ْﺪَﻘَﻓ َﺭﺎَّﻨﻟﺍ ِﻞِﺧْﺪُﺗ ْﻦَﻣ َﻚَّﻧِﺇ ﺎَﻨَّﺑَﺭ ٍﺭﺎَﺼْﻧَﺃ ْﻦِﻣ َﻦﻴِﻤِﻟﺎَّﻈﻠِﻟ ﺎَﻣَﻭ ُﻪَﺘْﻳَﺰْﺧَﺃ (192) ﻱِﺩﺎَﻨُﻳ ﺎًﻳِﺩﺎَﻨُﻣ ﺎَﻨْﻌِﻤَﺳ ﺎَﻨَّﻧِﺇ ﺎَﻨَّﺑَﺭ ﺎَﻨَّﺑَﺭ ﺎَّﻨَﻣَﺂَﻓ ْﻢُﻜِّﺑَﺮِﺑ ﺍﻮُﻨِﻣَﺁ ْﻥَﺃ ِﻥﺎَﻤﻳِﺈْﻠِﻟ ﺎَﻨِﺗﺎَﺌِّﻴَﺳ ﺎَّﻨَﻋ ْﺮِّﻔَﻛَﻭ ﺎَﻨَﺑﻮُﻧُﺫ ﺎَﻨَﻟ ْﺮِﻔْﻏﺎَﻓ ِﺭﺍَﺮْﺑَﺄْﻟﺍ َﻊَﻣ ﺎَﻨَّﻓَﻮَﺗَﻭ (193) ﺎَﻣ ﺎَﻨِﺗَﺁَﻭ ﺎَﻨَّﺑَﺭ َﻡْﻮَﻳ ﺎَﻧِﺰْﺨُﺗ ﺎَﻟَﻭ َﻚِﻠُﺳُﺭ ﻰَﻠَﻋ ﺎَﻨَﺗْﺪَﻋَﻭ َﺩﺎَﻌﻴِﻤْﻟﺍ ُﻒِﻠْﺨُﺗ ﺎَﻟ َﻚَّﻧِﺇ ِﺔَﻣﺎَﻴِﻘْﻟﺍ 194) ) “(Yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa
neraka. Ya Tuhan kami, sesungguhnya
barangsiapa yang Engkau masukkan
ke dalam neraka, maka sungguh telah
Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang
penolongpun. Ya Tuhan kami,
sesungguhnya kami mendengar
(seruan) yang menyeru kepada iman,
(yaitu): "Berimanlah kamu kepada
Tuhanmu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami
dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari
kami kesalahan-kesalahan kami, dan
wafatkanlah kami beserta orang-
orang yang banyak berbakti. Ya
Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami
dengan perantaraan rasul-rasul
Engkau. Dan janganlah Engkau
hinakan kami di hari kiamat.
Sesungguhnya Engkau tidak
menyalahi janji. ” (QS. Ali Imron: 191-194). Demikian sifat ulil albab
berlindung dari siksa neraka. Di antara yang dikatakan oleh orang
sufi adalah perkataan, “Jika aku
beribadah pada Allah karena
mengharap surga-Nya dan karena
takut akan siksa neraka-Nya, maka
aku adalah pekerja yang jelek. Tetapi aku hanya ingin beribadah karena
cinta dan rindu pada-Nya.” Di antara
yang mengatakan seperti ini adalah
Robi'ah Al Adawiyah. Padahal Allah
menceritakan mengenai Asiyah, istri
Fir'aun yang beriman meminta pada Allah rumah di surga. Allah Ta'ala
berfirman, َﺓَﺃَﺮْﻣِﺍ ﺍﻮُﻨَﻣَﺁ َﻦﻳِﺬَّﻠِﻟ ﺎًﻠَﺜَﻣ ُﻪَّﻠﻟﺍ َﺏَﺮَﺿَﻭ
َﻙَﺪْﻨِﻋ ﻲِﻟ ِﻦْﺑﺍ ِّﺏَﺭ ْﺖَﻟﺎَﻗ ْﺫِﺇ َﻥْﻮَﻋْﺮِﻓ
َﻥْﻮَﻋْﺮِﻓ ْﻦِﻣ ﻲِﻨِّﺠَﻧَﻭ ِﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ﻲِﻓ ﺎًﺘْﻴَﺑ َﻦﻴِﻤِﻟﺎَّﻈﻟﺍ ِﻡْﻮَﻘْﻟﺍ َﻦِﻣ ﻲِﻨِّﺠَﻧَﻭ ِﻪِﻠَﻤَﻋَﻭ “Dan Allah membuat isteri Fir'aun
perumpamaan bagi orang-orang yang
beriman, ketika ia berkata: "Ya
Rabbku, bangunkanlah untukku
sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus,
dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah
aku dari kaum yang zhalim. ” (QS. At
Tahrim: 11). Padahal Asiyah lebih
utama dari Robi'ah Al Adawiyah,
namun ia pun masih meminta pada
Allah surga. Nabi Ibrahim 'alaihis salam pun
meminta surga. Sebagaimana do'a
Nabi Ibrahim -kholilullah/ kekasih
Allah-,ِﻢﻴِﻌَّﻨﻟﺍ ِﺔَّﻨَﺟ ِﺔَﺛَﺭَﻭ ْﻦِﻣ ﻲِﻨْﻠَﻌْﺟﺍَﻭ (85) َﻦﻴِّﻟﺎَّﻀﻟﺍ َﻦِﻣ َﻥﺎَﻛ ُﻪَّﻧِﺇ ﻲِﺑَﺄِﻟ ْﺮِﻔْﻏﺍَﻭ (86) َﻥﻮُﺜَﻌْﺒُﻳ َﻡْﻮَﻳ ﻲِﻧِﺰْﺨُﺗ ﺎَﻟَﻭ “Dan jadikanlah aku termasuk orang-
orang yang mempusakai surga yang
penuh kenikmatan, dan ampunilah
bapakku, karena sesungguhnya ia
adalah termasuk golongan orang-
orang yang sesat, dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka
dibangkitkan.” (QS. Asy Syu'ara:
85-87) Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa
sallam pun meminta surga. Dari Abu
Sholih, dari beberapa sahabat Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau
shallallahu 'alaihi wa sallam pernah
bertanya kepada seseorang, “Do'a apa yang engkau baca di dalam shalat?” َﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ َﻚُﻟَﺄْﺳَﺃ ﻰِّﻧِﺇ َّﻢُﻬَّﻠﻟﺍ ُﻝﻮُﻗَﺃَﻭ ُﺪَّﻬَﺸَﺗَﺃ ُﻦِﺴْﺣُﺃ َﻻ ﻰِّﻧِﺇ ﺎَﻣَﺃ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍ َﻦِﻣ َﻚِﺑ ُﺫﻮُﻋَﺃَﻭ ٍﺫﺎَﻌُﻣ َﺔَﻧَﺪْﻧَﺩ َﻻَﻭ َﻚَﺘَﻧَﺪْﻧَﺩ “Aku membaca tahiyyat, lalu aku
ucapkan 'Allahumma inni as-alukal
jannah wa a'udzu bika minannar' (aku
memohon pada-Mu surga dan aku
berlindung dari siksa neraka). Aku
sendiri tidak mengetahui kalau engkau mendengungkannya begitu
pula Mu'adz”, jawab orang tersebut.
Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda, “Kami sendiri
memohon surga (atau berlindung dari
neraka).” (HR. Abu Daud no. 792, Ibnu Majah no. 910, dan Ahmad (3/474).
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini shahih). Lalu adakah yang
berani katakan bahwa nabinya sendiri
tidak ikhlas? Tanggapan dari Ibnu Taimiyah Mengenai perkataan sebagian sufi, ﺎًﻓْﻮَﺧ ﺎَﻟَﻭ َﻚِﺘَّﻨَﺟ ﻰَﻟﺇ ﺎًﻗْﻮَﺷ َﻙْﺪُﺒْﻋَﺃ ْﻢَﻟ َﻙِﺭﺎَﻧ ْﻦِﻣ “Aku tidaklah beribadah pada-Mu
karena menginginkan surga-Mu dan
takut pada neraka-Mu”, Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah telah memberikan
jawaban, “Perkataan ini muncul karena
sangkaannya bahwa surga sekedar
nama tempat yang akan diperoleh
berbagai macam nikmat. Sedangkan
neraka adalah nama tempat yang
mana makhluk akan mendapat siksa di dalamnya. Ini termasuk
mendeskreditkan dan meremehkan
yang dilakukan oleh mereka-mereka
karena salah paham dengan
kenikmatan surga. Kenikmatan di
surga adalah segala sesuatu yang dijanjikan kepada wali-wali Allah dan
juga termasuk kenikmatan karena
melihat Allah. Yang terakhir ini juga
termasuk kenikmatan di surga. Oleh
karenanya, makhluk Allah yang paling
mulia selalu meminta surga pada Allah dan selalu berlindung dari siksa
neraka.” (Majmu' Al Fatawa,
10/240-241)
Melihat wajah Allah di akhirat kelak,
itulah kenikmatan yang paling besar
dan istimewa dari kenikmatan lainnya. Dari Shuhaib, Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda, « َﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ِﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ُﻞْﻫَﺃ َﻞَﺧَﺩ ﺍَﺫِﺇ - َﻝﺎَﻗ - َﻥﻭُﺪﻳِﺮُﺗ ﻰَﻟﺎَﻌَﺗَﻭ َﻙَﺭﺎَﺒَﺗ ُﻪَّﻠﻟﺍ ُﻝﻮُﻘَﻳ ْﺾِّﻴَﺒُﺗ ْﻢَﻟَﺃ َﻥﻮُﻟﻮُﻘَﻴَﻓ ْﻢُﻛُﺪﻳِﺯَﺃ ﺎًﺌْﻴَﺷ َﻦِﻣ ﺎَﻨِّﺠَﻨُﺗَﻭ َﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ﺎَﻨْﻠِﺧْﺪُﺗ ْﻢَﻟَﺃ ﺎَﻨَﻫﻮُﺟُﻭ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍ - َﻝﺎَﻗ - ﺎَﻤَﻓ َﺏﺎَﺠِﺤْﻟﺍ ُﻒِﺸْﻜَﻴَﻓ ِﺮَﻈَّﻨﻟﺍ َﻦِﻣ ْﻢِﻬْﻴَﻟِﺇ َّﺐَﺣَﺃ ﺎًﺌْﻴَﺷ ﺍﻮُﻄْﻋُﺃ َّﻞَﺟَﻭ َّﺰَﻋ ْﻢِﻬِّﺑَﺭ ﻰَﻟِﺇ ». “Jika penduduk surga memasuki
surga, Allah Ta'ala pun mengatakan
pada mereka, “Apakah kalian ingin
sesuatu sebagai tambahan untuk
kalian?” “Bukankah engkau telah
membuat wajah kami menjadi berseri, telah memasukkan kami ke dalam
surga dan membebaskan kami dari
siksa neraka?”, tanya penduduk surga
tadi. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, “Allah pun membuka hijab
(tirai). Maka mereka tidak pernah diberi nikmat yang begitu mereka
suka dibanding dengan nikmat
melihat wajah Rabb mereka 'azza wa
jalla.” (HR. Muslim no. 181) Kalimat Simpulan Yang namanya ikhlas adalah
seseorang beramal dengan
mengharap segala apa yang ada di sisi
Allah, yaitu mengharap surga dengan
segala kenikmatannya (baik bidadari,
berbagai buah, sungai di surga, rumah di surga, dsb), termasuk pula dalam
hal ini adalah ingin melihat Allah di
akhirat kelak. Begitu pula yang
namanya ikhlas adalah seseorang
beribadah karena takut akan siksa
neraka. Inilah yang namanya ikhlas. Jika seseorang tidak memiliki harapan
untuk meraih surga dan takut akan
neraka, maka semangatnya dalam
beramalnya pun jadi lemah. Namun
jika seseorang dalam beramal selalu
ingin mengharapkan surga dan takut akan siksa neraka, maka ia pun akan
semakin semangat untuk beramal dan
usahanya pun akan ia maksimalkan. Demikian bahasan sederhana
mengenai tafsiran tentang sifat
'ibadurrahman. Sifat lainnya akan
dilanjutkan pada bahasan berikutnya
dengan izin Allah. Wallahu waliyyut taufiq. Alhamdulillahilladzi bi ni'matihi tatimmush sholihaat.
salam kepada Nabi kita Muhammad,
keluarga dan sahabatnya. Sifat 'ibadurrahman, yaitu hamba Allah
yang beriman adalah berlindung dari
siksa neraka. Itulah yang mendorong
seseorang itu untuk beramal agar
terlindung dari siksa neraka. Ayat
yang akan kita bahas kali ini menjadi dalil kelirunya keyakinan orang sufi
bahwa tidak dikatakan ikhlas dalam
beramal jika seseorang mengharap
surga dan takut dari siksa neraka. Allah Ta'ala berfirman, َﻢَّﻨَﻬَﺟ َﺏﺍَﺬَﻋ ﺎَّﻨَﻋ ْﻑِﺮْﺻﺍ ﺎَﻨَّﺑَﺭ َﻥﻮُﻟﻮُﻘَﻳ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍَﻭ ﺎًﻣﺍَﺮَﻏ َﻥﺎَﻛ ﺎَﻬَﺑﺍَﺬَﻋ َّﻥِﺇ (65) ْﺕَﺀﺎَﺳ ﺎَﻬَّﻧِﺇ ﺎًﻣﺎَﻘُﻣَﻭ ﺍًّﺮَﻘَﺘْﺴُﻣ 66) ) "Dan orang-orang yang berkata: "Ya Rabb kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal". Sesungguhnya jahannam itu seburuk- buruk tempat menetap dan tempat kediaman. " (QS. Al Furqan: 65-66) Siksa yang Amat Pedih di Jahannam Yang dimaksudkan dengan
'ghoroma' (ﺎًﻣﺍَﺮَﻏ ) dalam ayat di atas adalah adzab yang kekal, demikian
kata Ibnu Katsir rahimahullah (Tafsir Al
Qur'an Al 'Azhim, 10: 321). Ibnul Jauzi berkata bahwa
'ghoroma' (ﺎًﻣﺍَﺮَﻏ ) ada lima pendapat dalam hal ini yang pendapat-pendapat
tersebut hampir sama maknanya.
Ghoroma berarti: 1. Selamanya (ًﺎﻤﺋﺍﺩ ). Demikian diriwayatkan dari Abu Sa'id Al Khudri.
2. Siksa yang menyakitkan ( ًﺎﻌِﺟﻮﻣ ), diriwayatkan oleh Adh Dhohak dari
Ibnu 'Abbas.
3. Siksa yang melelahkan (ًﺎّﺤِﻠُﻣ ). Demikian dikatakan oleh Ibnu As Saib.
4. Siksa yang membinasakan (ًﺎﻛﻼﻫ ). Demikian disebutkan oleh Abu
'Ubaidah.
5. Secara bahasa berarti siksa yang
amat pedih. Demikian disebutkan oleh
Az Zujaj. (Zaadul Masiir, 6: 102) Jahannam Sejelek-Jelek Tempat
Tinggal Allah Ta'ala berfirman, ﺎًﻣﺎَﻘُﻣَﻭ ﺍًّﺮَﻘَﺘْﺴُﻣ ْﺕَﺀﺎَﺳ ﺎَﻬَّﻧِﺇ "Sesungguhnya jahannam itu
seburuk-buruk tempat menetap dan
tempat kediaman." Yang dimaksud
ayat ini bahwasanya jahannam adalah
sejelek-jelek tempat menetap. (Zaadul
Masiir, 6: 102 dan Tafsir Al Jalalain, 365). Dapat kita katakan bahwa
jahannam adalah sejelek-jelek tempat
tinggal (Tafsir Ath Thobari, 17:
496-497). Berlindung dari Siksa Neraka Jahannam adalah di antara nama
neraka. Ayat ini dengan jelas
menunjukkan bahwa sifat orang
beriman ('ibadurrahman), mereka
berlindung dari siksa neraka atau
siksa jahannam. Dan ayat ini sekaligus bantahan pada keyakinan orang sufi
yang nyatakan bahwa orang yang
beramal karena ingin surga dan takut
neraka adalah orang yang tidak
ikhlas. Justru kita katakan bahwa
orang yang ikhlas adalah orang yang beramal demikian. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
mengatakan, ُﻖﻳِﺮَﻃ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍ ْﻦِﻣ ِﺓَﺫﺎَﻌِﺘْﺳﺎِﻟﺍَﻭ ِﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ُﺐَﻠَﻃَﻭ َﻦﻴِﻘِﺑﺎَّﺴﻟﺍ ِﻪِﺋﺎَﻴِﻟْﻭَﺃ ِﻊﻴِﻤَﺟَﻭ ِﻪِﻠُﺳُﺭَﻭ ِﻪَّﻠﻟﺍ ِﺀﺎَﻴِﺒْﻧَﺃ ِﻦﻴِﻤَﻴْﻟﺍ ِﺏﺎَﺤْﺻَﺃَﻭ َﻦﻴِﺑَّﺮَﻘُﻤْﻟﺍ “Meminta surga dan berlindung dari
siksa neraka adalah jalan hidup para
Nabi Allah, utusan Allah, seluruh wali
Allah, ahli surga yang terdepan (as
sabiqun al muqorrobun) dan ahli
surga pertengahan (ash-habul yamin).” (Majmu' Al Fatawa, 10/701).
Sebagai dalil penguat adalah berbagai
dalil berikut ini. Setelah menyebutkan berbagai
kenikmatan di surga dalam surat Al
Muthaffifin, Allah Ta'ala pun
memerintah untuk berlomba-lomba
meraihnya, َﻥﻮُﺴِﻓﺎَﻨَﺘُﻤْﻟﺍ ِﺲَﻓﺎَﻨَﺘَﻴْﻠَﻓ َﻚِﻟَﺫ ﻲِﻓَﻭ “Dan untuk yang demikian itu
hendaknya orang berlomba-lomba.
” (QS. Al Muthaffifin: 26). Bagaimana
mungkin dikatakan tidak ikhlas,
sedangkan kita sendiri diperintahkan
oleh Allah untuk berlomba-lomba meraih surga?! Sifat orang beriman adalah beribadah
dengan khouf (takut) dan
roja' (harap). Allah Ta'ala berfirman, ﻰَﻟِﺇ َﻥﻮُﻐَﺘْﺒَﻳ َﻥﻮُﻋْﺪَﻳ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ َﻚِﺌَﻟﻭُﺃ َﻥﻮُﺟْﺮَﻳَﻭ ُﺏَﺮْﻗَﺃ ْﻢُﻬُّﻳَﺃ َﺔَﻠﻴِﺳَﻮْﻟﺍ ُﻢِﻬِّﺑَﺭ َﺏﺍَﺬَﻋ َّﻥِﺇ ُﻪَﺑﺍَﺬَﻋ َﻥﻮُﻓﺎَﺨَﻳَﻭ ُﻪَﺘَﻤْﺣَﺭ ﺍًﺭﻭُﺬْﺤَﻣ َﻥﺎَﻛ َﻚِّﺑَﺭ “Orang-orang yang mereka seru itu,
mereka sendiri mencari jalan kepada
Tuhan mereka siapa di antara mereka
yang lebih dekat (kepada Allah) dan
mengharapkan rahmat-Nya dan takut
akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus)
ditakuti. ” (QS. Al Israa': 57) Allah Ta'ala berfirman, ﺍًﺩﻮُﻌُﻗَﻭ ﺎًﻣﺎَﻴِﻗ َﻪَّﻠﻟﺍ َﻥﻭُﺮُﻛْﺬَﻳ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ِﻖْﻠَﺧ ﻲِﻓ َﻥﻭُﺮَّﻜَﻔَﺘَﻳَﻭ ْﻢِﻬِﺑﻮُﻨُﺟ ﻰَﻠَﻋَﻭ َﺖْﻘَﻠَﺧ ﺎَﻣ ﺎَﻨَّﺑَﺭ ِﺽْﺭَﺄْﻟﺍَﻭ ِﺕﺍَﻭﺎَﻤَّﺴﻟﺍ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍ َﺏﺍَﺬَﻋ ﺎَﻨِﻘَﻓ َﻚَﻧﺎَﺤْﺒُﺳ ﺎًﻠِﻃﺎَﺑ ﺍَﺬَﻫ (191) ْﺪَﻘَﻓ َﺭﺎَّﻨﻟﺍ ِﻞِﺧْﺪُﺗ ْﻦَﻣ َﻚَّﻧِﺇ ﺎَﻨَّﺑَﺭ ٍﺭﺎَﺼْﻧَﺃ ْﻦِﻣ َﻦﻴِﻤِﻟﺎَّﻈﻠِﻟ ﺎَﻣَﻭ ُﻪَﺘْﻳَﺰْﺧَﺃ (192) ﻱِﺩﺎَﻨُﻳ ﺎًﻳِﺩﺎَﻨُﻣ ﺎَﻨْﻌِﻤَﺳ ﺎَﻨَّﻧِﺇ ﺎَﻨَّﺑَﺭ ﺎَﻨَّﺑَﺭ ﺎَّﻨَﻣَﺂَﻓ ْﻢُﻜِّﺑَﺮِﺑ ﺍﻮُﻨِﻣَﺁ ْﻥَﺃ ِﻥﺎَﻤﻳِﺈْﻠِﻟ ﺎَﻨِﺗﺎَﺌِّﻴَﺳ ﺎَّﻨَﻋ ْﺮِّﻔَﻛَﻭ ﺎَﻨَﺑﻮُﻧُﺫ ﺎَﻨَﻟ ْﺮِﻔْﻏﺎَﻓ ِﺭﺍَﺮْﺑَﺄْﻟﺍ َﻊَﻣ ﺎَﻨَّﻓَﻮَﺗَﻭ (193) ﺎَﻣ ﺎَﻨِﺗَﺁَﻭ ﺎَﻨَّﺑَﺭ َﻡْﻮَﻳ ﺎَﻧِﺰْﺨُﺗ ﺎَﻟَﻭ َﻚِﻠُﺳُﺭ ﻰَﻠَﻋ ﺎَﻨَﺗْﺪَﻋَﻭ َﺩﺎَﻌﻴِﻤْﻟﺍ ُﻒِﻠْﺨُﺗ ﺎَﻟ َﻚَّﻧِﺇ ِﺔَﻣﺎَﻴِﻘْﻟﺍ 194) ) “(Yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa
neraka. Ya Tuhan kami, sesungguhnya
barangsiapa yang Engkau masukkan
ke dalam neraka, maka sungguh telah
Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang
penolongpun. Ya Tuhan kami,
sesungguhnya kami mendengar
(seruan) yang menyeru kepada iman,
(yaitu): "Berimanlah kamu kepada
Tuhanmu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami
dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari
kami kesalahan-kesalahan kami, dan
wafatkanlah kami beserta orang-
orang yang banyak berbakti. Ya
Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami
dengan perantaraan rasul-rasul
Engkau. Dan janganlah Engkau
hinakan kami di hari kiamat.
Sesungguhnya Engkau tidak
menyalahi janji. ” (QS. Ali Imron: 191-194). Demikian sifat ulil albab
berlindung dari siksa neraka. Di antara yang dikatakan oleh orang
sufi adalah perkataan, “Jika aku
beribadah pada Allah karena
mengharap surga-Nya dan karena
takut akan siksa neraka-Nya, maka
aku adalah pekerja yang jelek. Tetapi aku hanya ingin beribadah karena
cinta dan rindu pada-Nya.” Di antara
yang mengatakan seperti ini adalah
Robi'ah Al Adawiyah. Padahal Allah
menceritakan mengenai Asiyah, istri
Fir'aun yang beriman meminta pada Allah rumah di surga. Allah Ta'ala
berfirman, َﺓَﺃَﺮْﻣِﺍ ﺍﻮُﻨَﻣَﺁ َﻦﻳِﺬَّﻠِﻟ ﺎًﻠَﺜَﻣ ُﻪَّﻠﻟﺍ َﺏَﺮَﺿَﻭ
َﻙَﺪْﻨِﻋ ﻲِﻟ ِﻦْﺑﺍ ِّﺏَﺭ ْﺖَﻟﺎَﻗ ْﺫِﺇ َﻥْﻮَﻋْﺮِﻓ
َﻥْﻮَﻋْﺮِﻓ ْﻦِﻣ ﻲِﻨِّﺠَﻧَﻭ ِﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ﻲِﻓ ﺎًﺘْﻴَﺑ َﻦﻴِﻤِﻟﺎَّﻈﻟﺍ ِﻡْﻮَﻘْﻟﺍ َﻦِﻣ ﻲِﻨِّﺠَﻧَﻭ ِﻪِﻠَﻤَﻋَﻭ “Dan Allah membuat isteri Fir'aun
perumpamaan bagi orang-orang yang
beriman, ketika ia berkata: "Ya
Rabbku, bangunkanlah untukku
sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus,
dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah
aku dari kaum yang zhalim. ” (QS. At
Tahrim: 11). Padahal Asiyah lebih
utama dari Robi'ah Al Adawiyah,
namun ia pun masih meminta pada
Allah surga. Nabi Ibrahim 'alaihis salam pun
meminta surga. Sebagaimana do'a
Nabi Ibrahim -kholilullah/ kekasih
Allah-,ِﻢﻴِﻌَّﻨﻟﺍ ِﺔَّﻨَﺟ ِﺔَﺛَﺭَﻭ ْﻦِﻣ ﻲِﻨْﻠَﻌْﺟﺍَﻭ (85) َﻦﻴِّﻟﺎَّﻀﻟﺍ َﻦِﻣ َﻥﺎَﻛ ُﻪَّﻧِﺇ ﻲِﺑَﺄِﻟ ْﺮِﻔْﻏﺍَﻭ (86) َﻥﻮُﺜَﻌْﺒُﻳ َﻡْﻮَﻳ ﻲِﻧِﺰْﺨُﺗ ﺎَﻟَﻭ “Dan jadikanlah aku termasuk orang-
orang yang mempusakai surga yang
penuh kenikmatan, dan ampunilah
bapakku, karena sesungguhnya ia
adalah termasuk golongan orang-
orang yang sesat, dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka
dibangkitkan.” (QS. Asy Syu'ara:
85-87) Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa
sallam pun meminta surga. Dari Abu
Sholih, dari beberapa sahabat Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau
shallallahu 'alaihi wa sallam pernah
bertanya kepada seseorang, “Do'a apa yang engkau baca di dalam shalat?” َﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ َﻚُﻟَﺄْﺳَﺃ ﻰِّﻧِﺇ َّﻢُﻬَّﻠﻟﺍ ُﻝﻮُﻗَﺃَﻭ ُﺪَّﻬَﺸَﺗَﺃ ُﻦِﺴْﺣُﺃ َﻻ ﻰِّﻧِﺇ ﺎَﻣَﺃ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍ َﻦِﻣ َﻚِﺑ ُﺫﻮُﻋَﺃَﻭ ٍﺫﺎَﻌُﻣ َﺔَﻧَﺪْﻧَﺩ َﻻَﻭ َﻚَﺘَﻧَﺪْﻧَﺩ “Aku membaca tahiyyat, lalu aku
ucapkan 'Allahumma inni as-alukal
jannah wa a'udzu bika minannar' (aku
memohon pada-Mu surga dan aku
berlindung dari siksa neraka). Aku
sendiri tidak mengetahui kalau engkau mendengungkannya begitu
pula Mu'adz”, jawab orang tersebut.
Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda, “Kami sendiri
memohon surga (atau berlindung dari
neraka).” (HR. Abu Daud no. 792, Ibnu Majah no. 910, dan Ahmad (3/474).
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini shahih). Lalu adakah yang
berani katakan bahwa nabinya sendiri
tidak ikhlas? Tanggapan dari Ibnu Taimiyah Mengenai perkataan sebagian sufi, ﺎًﻓْﻮَﺧ ﺎَﻟَﻭ َﻚِﺘَّﻨَﺟ ﻰَﻟﺇ ﺎًﻗْﻮَﺷ َﻙْﺪُﺒْﻋَﺃ ْﻢَﻟ َﻙِﺭﺎَﻧ ْﻦِﻣ “Aku tidaklah beribadah pada-Mu
karena menginginkan surga-Mu dan
takut pada neraka-Mu”, Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah telah memberikan
jawaban, “Perkataan ini muncul karena
sangkaannya bahwa surga sekedar
nama tempat yang akan diperoleh
berbagai macam nikmat. Sedangkan
neraka adalah nama tempat yang
mana makhluk akan mendapat siksa di dalamnya. Ini termasuk
mendeskreditkan dan meremehkan
yang dilakukan oleh mereka-mereka
karena salah paham dengan
kenikmatan surga. Kenikmatan di
surga adalah segala sesuatu yang dijanjikan kepada wali-wali Allah dan
juga termasuk kenikmatan karena
melihat Allah. Yang terakhir ini juga
termasuk kenikmatan di surga. Oleh
karenanya, makhluk Allah yang paling
mulia selalu meminta surga pada Allah dan selalu berlindung dari siksa
neraka.” (Majmu' Al Fatawa,
10/240-241)
Melihat wajah Allah di akhirat kelak,
itulah kenikmatan yang paling besar
dan istimewa dari kenikmatan lainnya. Dari Shuhaib, Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda, « َﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ِﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ُﻞْﻫَﺃ َﻞَﺧَﺩ ﺍَﺫِﺇ - َﻝﺎَﻗ - َﻥﻭُﺪﻳِﺮُﺗ ﻰَﻟﺎَﻌَﺗَﻭ َﻙَﺭﺎَﺒَﺗ ُﻪَّﻠﻟﺍ ُﻝﻮُﻘَﻳ ْﺾِّﻴَﺒُﺗ ْﻢَﻟَﺃ َﻥﻮُﻟﻮُﻘَﻴَﻓ ْﻢُﻛُﺪﻳِﺯَﺃ ﺎًﺌْﻴَﺷ َﻦِﻣ ﺎَﻨِّﺠَﻨُﺗَﻭ َﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ﺎَﻨْﻠِﺧْﺪُﺗ ْﻢَﻟَﺃ ﺎَﻨَﻫﻮُﺟُﻭ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍ - َﻝﺎَﻗ - ﺎَﻤَﻓ َﺏﺎَﺠِﺤْﻟﺍ ُﻒِﺸْﻜَﻴَﻓ ِﺮَﻈَّﻨﻟﺍ َﻦِﻣ ْﻢِﻬْﻴَﻟِﺇ َّﺐَﺣَﺃ ﺎًﺌْﻴَﺷ ﺍﻮُﻄْﻋُﺃ َّﻞَﺟَﻭ َّﺰَﻋ ْﻢِﻬِّﺑَﺭ ﻰَﻟِﺇ ». “Jika penduduk surga memasuki
surga, Allah Ta'ala pun mengatakan
pada mereka, “Apakah kalian ingin
sesuatu sebagai tambahan untuk
kalian?” “Bukankah engkau telah
membuat wajah kami menjadi berseri, telah memasukkan kami ke dalam
surga dan membebaskan kami dari
siksa neraka?”, tanya penduduk surga
tadi. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, “Allah pun membuka hijab
(tirai). Maka mereka tidak pernah diberi nikmat yang begitu mereka
suka dibanding dengan nikmat
melihat wajah Rabb mereka 'azza wa
jalla.” (HR. Muslim no. 181) Kalimat Simpulan Yang namanya ikhlas adalah
seseorang beramal dengan
mengharap segala apa yang ada di sisi
Allah, yaitu mengharap surga dengan
segala kenikmatannya (baik bidadari,
berbagai buah, sungai di surga, rumah di surga, dsb), termasuk pula dalam
hal ini adalah ingin melihat Allah di
akhirat kelak. Begitu pula yang
namanya ikhlas adalah seseorang
beribadah karena takut akan siksa
neraka. Inilah yang namanya ikhlas. Jika seseorang tidak memiliki harapan
untuk meraih surga dan takut akan
neraka, maka semangatnya dalam
beramalnya pun jadi lemah. Namun
jika seseorang dalam beramal selalu
ingin mengharapkan surga dan takut akan siksa neraka, maka ia pun akan
semakin semangat untuk beramal dan
usahanya pun akan ia maksimalkan. Demikian bahasan sederhana
mengenai tafsiran tentang sifat
'ibadurrahman. Sifat lainnya akan
dilanjutkan pada bahasan berikutnya
dengan izin Allah. Wallahu waliyyut taufiq. Alhamdulillahilladzi bi ni'matihi tatimmush sholihaat.
Subscribe to:
Posts (Atom)