Monday, 15 August 2011

melalui puasa, cinta kasih kita kepada sesama umat manusia akan lebih besar lagi

Rasulullah SAW bersabda : ﺏﺭﻭ ﻉﻮﺠﻟﺍ ﻻﺇ ﻪﻣﺎﻴﺻ ﻦﻣ ﻪﻟ ﺲﻴﻟ ﻢﺋﺎﺻ ﺏﺭ ﺮﻬﺴﻟﺍ ﻻﺇ ﻪﻣﺎﻴﻗ ﻦﻣ ﻪﻟ ﺲﻴﻟ ﻢﺋﺎﻗ - ﻪﺟﺮﺧﺃ ﻪﺟﺎﻣ ﻦﺑﺍ Banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan dari puasanya kecuali lapar dan dahaga saja; Dan banyak orang yang shalat malam tidak mendapatkan dari shalat malamnya kecuali capek dan ngantuk saja. (HR. Ibnu Majah) Tidak seperti bulan-bulan lainnya, Ramadhan dikenal memiliki bagian- bagian waktu yang disebutkan dalam hadits Rasulullah bahwa pertamanya Rahmah, pertengahannya Maghfirah dan akhirnya pembebasan dari api neraka. Periodesasi seperti itu antara lain dimaksudkan untuk menarik perhatian kita terhadap keistimewaan hari-hari di bulan suci Ramadhan yang
bukan sekedar 30 hari saja, melainkan 3 kali 10 hari sarana untuk mencapai derajat ketaqwaan. Hari ini, Alhamdulillah, 10 hari pertama telah kita lewati. Hari-hari yang penuh rahmat telah berlalu. Tanpa kita sadari,
kita telah bisa menahan diri dari makan, minum, berkumpul dengan istri dan hal-hal negatif lainnya selama 130 jam. Pada malam hari kita telah bersembahyang sekurang-kurangnya
110 rakaat Tarawih dan witir. Bagi yang menghabiskan satu hari satu juz membaca Al Quran, tentu hari ini sudah selesai sepuluh juz. Itulah rahmat Allah yang diturunkannya di sepuluh hari pertama Ramadhan. Manusia adalah bagian dari penciptaan alam semesta. Jika suatu ketika Allah mengasihi langit dan bumi, maka ketika bulan puasa tiba, Allah mengasihi kita yang berpuasa. Begitu besar cintaNya kepada kita, di bulan suci ini Allah membuka pintu- pintu surga, menutup pintu-pintu neraka dan membelenggu setan yang suka menggoda niat baik kita. Dari Abu Hurairah RA: Adalah Rasulullah SAW memberi khabar gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda, "Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan kepadamu puasa didalamnya; pada bulan ini pintu- pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat; juga terdapat pada bulan ini malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barangsiapa tidak memperoleh kebaikannya maka dia tidak memperoleh apa-apa'." (HR. Ahmad dan An-Nasa'i) Sebelas hari yang lalu, ketika kita sedang menunggu keputusan Kementrian Agama tentang penetapan dimulainya satu Ramadhan, yang terbayang oleh kita adalah beratnya kewajiban berpuasa sebulan penuh ditambah harus bangun dini hari untuk sahur, malamnya sembahyang tarawih dan lain sebagainya seolah Ramadhan ini sangat memberatkan. Dengan rahmat Allah, hari ini kita sudah merasakan segalanya menjadi mudah. Hati penuh dengan keindahan. Detak-detik diamnya kita terasa penuh pahala. Pada siang hari, hidup terasa lebih ringan. Ketika tiba waktu berbuka, kita seperti lupa bahwa kita telah berpuasa karena terasa begitu cepatnya. Allah telah memperpendek waktu dan mempercepat pahala. Itu semua untuk kita. Setelah 10 hari itu berlalu, apakah hujan kasih sayang Allah itu akan berhenti? Sepertinya disela-sela manjaan kasih sayang Allah selama 10
hari itu, sebagai bahan evaluasi, kita juga harus sudah mempersiapkan sepuluh pertanyaan untuk kita atau paling tidak satu pertanyaan yang mendasar yaitu, sudahkah kita bisa mengamalkan kasih sayang kita kepada sesama sebagai pengejewantahan dari Rahmatan lil aalamiin (kasih sayang untuk semua alam)?. Mungkin jawabannya hanya akan keluar dari mereka-mereka yang
telah mendapatkan rahmat (kasih sayang) Allah selama sepuluh hari ini. Walaupun sepuluh hari hujan kasih sayang sudah berhenti namun percikan-percikan air dari langkah orang yang telah mendapatkan kasih sayang itu akan penuh dengan kasih sayang kepada sesama. Muhammad Husein Haekal menggarisbawahi bahwa selain untuk beribadah, orang puasa juga berkewajiban untuk memperkuat arti persaudaraan dan persamaan dihadapan Allah. Ini sungguh merupakan latihan rohani yang luar biasa. Semua orang, selama berpuasa sejak fajar hingga maghrib, telah melaksanakan persamaan diantara mereka sendiri. Dengan demikian, mereka merasakan adanya satu persamaan yang mengurangi rasa kelebihan mereka dalam mengecap kenikmatan rizki yang diberikan Allah kepadanya. Karena itulah, melalui puasa, cinta kasih kita kepada sesama umat manusia akan lebih besar lagi. Akibatnya akan terjadi saling tolong menolong antara yang kuat dan yang lemah, yang kaya mengulurkan tangan kepada yang miskin baik dalam bentuk zakat, infaq maupun sedekah. Akhirnya tentu kita tidak mau 10 hari puasa yang telah kita lewati hanya menjadi lelahnya saja, amalan ibadah kita hanya menjadi sia-sia saja. Bagi mereka yang merasa belum optimal selama 10 hari ini, perbanyaklah ber- istighfar memohon ampun kepada Allah, karena sepuluh hari pertengahan ke depan adalah hari- hari yang penuh dengan pengampunan Allah. Marilah kita berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan dengan jalan yang baik. Semoga sifat maha pengasihnya Allah bisa tercermin dalam perbuatan kita yaitu dengan saling menebar kasih sayang kepada sesama. Wallahua'lam bisshawab…

Renunganan .setiap sesuatu pasti ada penyakitnya

Rasulullah SAW bersabda kepada menantunya, Ali r.a." Wahai 'Ali, setiap sesuatu pasti ada penyakitnya. Penyakit bicara adalah bohong, penyakit ilmu adalah lupa, penyakit ibadah adalah riya', penyakit akhlaq mulia adalah kagum kepada diri sendiri, penyakit berani adalah menyerang, penyakit dermawan adalah mengungkap pemberian, penyakit tampan adalah sombong, penyakit bangsawan adalah membanggakan diri, penyakit malu adalah lemah, penyakit mulia adalah menyombongkan diri, penyakit kaya adalah kikir, penyakit royal adalah hidup mewah, dan penyakit agama adalah nafsu yang diperturutkan.... Ketika berwasiat kepada 'Ali bin Abi Thalib r.a. Rasulullah SAW bersabda : Wahai 'Ali, orang yang riya' itu punya tiga ciri, yaitu : rajin beribadah ketika dilihat orang, malas ketika sendirian dan ingin mendapat pujian dalam segala perkara.Wahai 'Ali, jika engkau dipuji orang, maka berdo'alah : "Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik daripada yang dikatakannya, ampunilah dosa-dosaku yang tersembunyi darinya, dan janganlah kata-2nya mengakibatkan siksaan bagiku..."
Ketika ditanya bagaimana cara mengobati hati yang sedang resah dan gundah gulana, Ibnu Mas'ud r.a berkata :
" Dengarkanlah bacaan Al-Qur'an atau datanglah ke majelis-majelis dzikir atau pergilah ke tempat yang sunyi untuk berkhalwat dengan Allah SWT.Jika belum terobati juga, maka mintalah kepada Allah SWT hati yang lain, karena sesungguhnya hati yang kamu pakai bukan lagi hatimu..." Dari Abu Abdillah Nu’man bin Basyir radhiallahuanhu dia berkata: Saya mendengar Rasulullah s.a.w bersabda:
Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Diantara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang banyak. Maka siapa yang takut terhadap syubhat berarti dia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Dan siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan. Sebagaimana penggembala yang menggembalakan hewan gembalaannya disekitar (ladang) yang dilarang untuk memasukinya, maka lambat laun dia akan memasukinya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki larangan dan larangan Allah adalah apa yang Dia haramkan. Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati “. (Riwayat Bukhori dan Muslim)