“Bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS at-Taubah /9: 105).
Nonton iklan bentar ya...!!!
Saturday, 4 February 2012
PERAN ETIKA DALAM PEMBANGUNAN BANGSA
” Tegak rumah karena sendi, Runtuh sendi rumah binasa, Sendi bangsa ialah budi, Runtuh budi runtuhlah bangsa “ Etika ( atau ‘ethos’ dalam bahasa Greek ) adalah salah satu unsur penting dalam proses pembangunan dan reformasi sebuah bangsa. Tanpa etika, sebuah bangsa yang besar akan
tumbang. Sejarah telah mencatat bangsa- bangsa besar yang telah mampu membangun peradaban yang tinggi, tiba- tiba hancur berkeping- keping ketika sebuah etika sudah tidak diperhatikan di dalamnya. Al Qur’an telah menyebutkan bangsa- bangsa besar yang hancur karena runtuhnya akhlaq mereka, bangsa A’ad, Tsamud, Madyan , dan kerajaan Fir’aun adalah contoh-contoh yang nyata. DR. Abdul Halim Uwais, di dalam bukunya ” Sebab- sebab runtuhnya 33 negara ” , menjelaskan dengan gamblang bagaimana Negara-negara Islam yang pernah berjaya bertahun- tahun, bahkan berabad-abad akhirnya harus ambruk karena kerusakan yang melanda Negara tersebut. Para elit politiknya tenggelam di dalam kemewahan, menghambur-amburkan harta , mendholimi rakyat jelata, perpecahan dan perang saudara karena berebut kekuasaan adalah pemandang yang selalu menghiasi negara-negara tersebut, sehingga krisis multidimensi mulai merambah keseluruh sendi negara-negara Islam tersebut, yang kemudian berujung pada hilangnya benteng terakhir umat Islam yaitu khilafah Utsmaniyah.
Allah berfirman : ﺎﻬﻴﻓﺮﺘﻣ ﺎﻧﺮﻣﺃ ﺔﻳﺮﻗ ﻚﻠﻬﻧ ﻥﺃ ﺎﻧﺩﺭﺃ ﺍﺫﺇﻭ ﺎﻫﺎﻧﺮﻣﺪﻓ ﻝﻮﻘﻟﺍ ﺎﻬﻴﻠﻋ ﻖﺤﻓ ﺎﻬﻴﻓ ﺍﻮﻘﺴﻔﻓ ﺍﺮﻴﻣﺪﺗ ” Jika ( Kami ) menghendaki untuk menghancurkan suatu bangsa, maka Kami jadikan orang-orang bourjuis diantara mereka sebagai pemimpin , mereka akan berbuat jahat, sehingga tibalah saat kehancurannya , dan Kami
hancurkan bangsa tersebut dengan sehancur-hancurnya ” ( QS Al Isra’ : 16 ) Kata ” Fasq ” berarti keluar , yang bermakna mereka para –pemimpin tersebut telah keluar dari ajaran- ajaran Islam dan tidak berkhlaq mulia lagi.
Berkata Ibnu Atsir ( Pakar Sejarah Islam ) :
” Bagi Allah sangatlah mudah untuk memenangkan Islam dan kaum muslimin , akan tetapi karena para pemimpin Islam tidak ada lagi yang masih mempunyai nyali untuk berjihad dan memperjuangkan agama ini, dan masing-masing dari mereka hanya sibuk dengan kesenangan dan kemewahan dunia ini serta selalu mendholimi rakyatnya, ( maka kekalahan niscaya akan menimpa mereka ) dan keadaan seperti ini, lebih saya takuti dari pada serbuah musuh “ Sangatlah tepat apa yang dinyatakan Ahmad Syauki bahwa : ﺖﻴﻘﺑ ﺎﻣ ﻕﻼﺧﺃ ﻢﻣﻷﺍ ﺎﻤﻧﺇ ، ﺖﺒﻫﺫ ﻥﺈﻓ ﺍﻮﺒﻫﺫ ﻢﻬﻗﻼﺧﺃ Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, tapi kemudian terpuruk dan menjadi bangsa tong sampah dengan krisis multidimensinya, karena
mereka ( pemimpin dan rakyat ) telah meninggalkan ajaran Islam.
Allah berfirman : ﺔﺌﻤﻄﻣ ﺔﻨﻣﺁ ﺖﻧﺎﻛ ﺔﻳﺮﻗ ﻼﺜﻣ ﻪﻠﻟﺍ ﺏﺮﺿﻭ ﺕﺮﻔﻜﻓ ﻥﺎﻜﻣ ﻞﻛ ﻦﻣ ﺍﺪﻏﺭ ﺎﻬﻗﺯﺭ ﺎﻬﻴﺗﺄﻳ ﺎﻤﺑ ﻑﻮﺨﻟﺍﻭ ﻉﻮﺠﻟﺍ ﺱﺎﺒﻟ ﺎﻬﻗﺍﺫﺄﻓ ﻪﻠﻟﺍ ﻢﻌﻧﺄﺑ ﻥﻮﻌﻨﺼﻳ ﺍﻮﻧﺎﻛ ، ﻢﻬﻨﻣ ﻝﻮﺳﺭ ﻢﻫﺀﺎﺟ ﺪﻘﻟﻭ ﻥﻮﻤﻟﺎﻇ ﻢﻫﻭ ﺏﺍﺬﻌﻟﺍ ﻢﻫﺬﺧﺄﻓ ﻩﻮﺑﺬﻜﻓ Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat . Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka seorang rasul dari mereka sendiri, tetapi mereka mendustakannya; karena itu mereka dimusnahkan azab dan mereka adalah orang-orang yang zalim ( QS An Nahl : 112-113 ) Dalam ayat di atas Alah telah memberikan perumpamaan sebuah Negara yang aman, sentosa ( gemah ripah loh jinawi ) yang mempunyai kekayaan alam yang sangat luar biasa. ( Konon Indonesia , karena subur tanahnya , ada yang mengatakan, kalau tongkatpun ditanam,maka akan tumbuh dan berkembang ) . Kemudian mereka kafir terhadap nikmat-nikmat Allah, maka Allah menimpakan kepada mereka krisis multidimensi ( kelaparan
dan ketakutan ) sebab mereka mendustakan apa yang dibawa oleh para rosul dan berbuat dholim. Tapi alangkah ironisnya, ketika Negara Indonesia mengalami guncangan yang hebat , justru sebagian dari kaum inteluktual muslim
mengajak untuk meninggalkan agama dan memisahkannya dari percaturan politik . Allah berfirman: ﺖﺴﻗ ﻦﻜﻟﻭ ﺍﻮﻋﺮﻀﺗ ﺎﻨﺳﺄﺑ ﻢﻫﺀﺎﺟ ﺫﺇ ﻻﻮﻠﻓ ﺍﻮﻧﺎﻛ ﺎﻣ ﻥﺎﻄﻴﺸﻟﺍ ﻢﻬﻟ ﻦﻳﺯﻭ ﻢﻬﺑﻮﻠﻗ ﻥﻮﻠﻤﻌﻳ ، ﻢﻬﻴﻠﻋ ﺎﻨﺤﺘﻓ ﻪﺑ ﺍﻮﻛﺫ ﺎﻣ ﺍﻮﺴﻧ ﺎﻤﻠﻓ ﺍﻮﺗﻭﺃ ﺎﻤﺑ ﺍﻮﺣﺮﻓ ﺍﺫﺇ ﻲﺘﺣ ﺀﻲﺷ ﻞﻛ ﺏﺍﻮﺑﺃ ﻥﻮﺴﻠﺒﻣ ﻢﻫ ﺍﺫﺈﻓ ﺔﺘﺘﻐﺑ ﻢﻫﺎﻧﺬﺧﺃ ” Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan syaitanpun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan. Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu- pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” ( QS Al An’am : 43-44 ) Seandainya bangsa Indonesia, ketika ditimpa krisis multidemensi , mereka segera ” tadhorru’ ” ( bersimpuh dihadapan Allah ) untuk mengikuti perintah-perintah-Nya ( tentunya Allah akan merubah nasib bangsa tersebut ( . Namun mereka justru berpaling dan hati-hatinya menjadi keras dan beku, sekeras batu, bahkan lebih keras dan menganggap apa yang mereka kerjakan adalah sebuah kebenaran, karena syetan telah menghiasi pikiran mereka.
Seandainya bangsa Inonesia bertaqwa dan beriman, maka niscaya Allah akan membuka berkah dari langit dan bumi. Allah berfirman : ﺎﻨﺤﺘﻔﻟ ﺍﻮﻘﺗﺍﻭ ﺍﻮﻨﻣﺃ ﻯﺮﻘﻟﺍ ﻞﻫﺃ ﻥﺃ ﻮﻟﻭ ﻦﻜﻟﻭ ﺽﺭﻷﺍﻭ ﺀﺎﻤﺴﻟﺍ ﻦﻣ ﺕﺎﻛﺮﺑ ﻢﻬﻴﻠﻋ ﻥﻮﺒﺴﻜﻳ ﺍﻮﻧﺎﻛ ﺎﻤﺑ ﻢﻫﺎﻧﺬﺧﺄﻓ ﺍﻮﺑﺬﻛ ” Jikalau sekiranya penduduk negeri- negeri beriman dan bertakwa, pastilah
Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat- ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. ” ( QS Al A’raf : 96 ) Abu Bakar As Sidiq di dalam perang Yarmuk mengirim pesan kepada tentaranya :
” Hendaknya kalian bersatu padu , dan ketika menghadapi musuh hendaknya kalian telah menegakkan ajaran-ajaran Allah, karena Allah akan menolong siapa yang mau menegakkan agama-Nya, sebaliknya Allah akan meninggalkan siapa yang mengingkari-Nya. Sesungguhnya kalian tidak lah kalah karena jumlah yang sedikit, tetapi kalian kalah, ketika kalian berbuat dosa, maka hindarilah dosa-dosa tersebut “
Sungguh sangat indah sebuah pantun melayu : . ” Diribut tunduklah padi, Dicupak Datuk Temenggung,
Hidup kalau tidak berbudi, Duduk tegak ke mari canggung” ETIKA POLITIK DALAM AL QUR’AN Etika berasal dari bahasa Greek ‘ethos’, yang ditujukan pada makna ‘character’, ( perwatakan dan keperibadian.) Menurut Gluck(1986) bahwa etika adalah : ” kajian filosofis terhadap moral”. Menurut Shea (1988 ) bahwa etika adalah “prinsip- prinsip bertingkah-laku yang berhubungan dengan individu atau profesi “
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa politik adalah : “Segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap Negara lain. ” Atau “kebijakan, cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani satu masalah).”
Dalam kamus-kamus bahasa Arab, kata politik diterjemahkan dengan kata siyasah, yang terambil dari akar kata ” sasa-yasusu ” yang berarti mengemudi, menngendalikan, mengatur, dan sebagainya. Adapun ayat-ayat Al Qur’an yang bisa dijadikan rujukan untuk membahas etika politik , diantaranya adalah sebagai berikut :
Yang pertama adalah firman Allah : 1/ ﻝﺎﻗ ﻲﻨﻠﻌﺟﺍ ﻰﻠﻋ ﻦﺋﺍﺰﺧ ﺽﺭﻷﺍ ﻲﻧﺃ ﻢﻴﻠﻋ ﻆﻴﻔﺣ Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan ( QS Yusuf : 55 ) Ayat diatas memberikan pesan bahwa seorang muslim tidaklah sepantasnya untuk meminta kekuasaan , kecuali kalau memenuhi, paling tidak dua kreteria, yaitu amanat dan penguasaan terhadap apa yang akan dipegang (alim / kapable ) . Oleh karena Rosululah saw menasehati Abu Dzar agar tidak mencalonkan diri menjadi gubernur, karena jabatan tersebut merupakan amanat dan akan menjadi penyesalan pada hari kiamat jika tidak mampu melaksanakannya.
Kreteria pemimpin di atas dikuatkan dengan firman Allah : ﻦﻣ ﺮﻴﺧ ﻥﺇ ﻩﺮﺟﺄﺘﺳﺍ ﺖﺑﺃﺎﻳ ﺎﻤﻫﺍﺪﺣﺇ ﺖﻟﺎﻗ ﻦﻴﻣﻷﺍ ﻯﻮﻘﻟﺍ ﺕﺮﺟﺎﺘﺳﺍﺍ Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya ( Qs Al Qashas : 26 ) Ayat di atas mengisyartkan bahwa pemimpin adalah seorang yang dibayar rakyat untuk melaksanakan tugas dan ia adalah amanat , dan sebaik-baiknya adalah yang mempunyai sifat kuat ( kapable ) dan amanat .
Dikuatkan juga dengan Firman Allah, dalam pengangkatan Tholut sebagai raja : ﺔﻄﺴﺑ ﻩﺩﺍﺯﻭ ﻢﻜﻴﻠﻋ ﻩﺎﻔﻄﺻﺍ ﻪﻠﻟﺍ ﻥﺇ ﻝﺎﻗ ﻢﺴﺠﻟﺍﻭ ﻢﻠﻌﻟﺍ ﻲﻓ Nabi (mereka) berkata: “Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.” ( QS Al Baqarah : 247 ) Alvin Toffler, di dalam bukunya “ Pergeseran Kekuasaan “, membagi kualitas kekuasaan menjadi tiga tingkatan :
a. Kekuasaan dengan kekerasan adalah kekuasaan yang berkualitas rendah.
b. Kekuasaan dengan kekayaan merupakan kekuasaan berkualitas medium
c. Sedang kekuasaan yang berasal dari penerapan pengetahuan adalah kekuasaan yang berkualitas tinggi . Yang kedua adalah Firman Allah : ﺍﻮﺤﻠﺻﺄﻓ ﺍﻮﻠﺘﺘﻗﺍ ﻦﻴﻨﻣﺆﻤﻟﺍ ﻦﻣ ﻥﺎﺘﻔﺋﺎﻃ ﻥﺇﻭ ﻯﺮﺧﻷﺍ ﻰﻠﻋ ﺎﻤﻫﺍﺪﺣﺇ ﺖﻐﺑ ﻥﺈﻓ ﺎﻤﻬﻨﻴﺑ ﻪﻠﻟﺍ ﺮﻣﺃ ﻰﻟﺇ ﺊﻔﺗ ﻰﺘﺣ ﻲﻐﺒﺗ ﻲﺘﻟﺍ ﺍﻮﻠﺗﺎﻘﻓ . ﻝﺪﻌﻟﺎﺑ ﺎﻤﻬﻨﻴﺑ ﺍﻮﺤﻠﺻﺄﻓ ﺕﺀﺎﻓ ﻥﺈﻓ ﻦﻴﻄﺴﻘﻤﻟﺍ ﺐﺤﻳ ﻪﻠﻟﺍ ﻥﺇ ﺍﻮﻄﺴﻗﺃﻭ . ” Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang- orang yang berlaku adil. ( QS Al Hujurat : 9 ) Ayat- diatas mengisyaratkan beberapa etika politik diantaranya : a./ Salah satu bentuk aksi politik yang bersih dan ber-etika adalah melakukan Islah antara dua kelompok yang berseteru . Menurut Hannah Arendt, setiap kegiatan politik yang berlangsung di ruang publik itu adalah suatu usaha untuk menyelesaikan segala perkara melalui kata-kata dan persuasi (argumen untuk meyakinkan pihak lain). Ini sesuai dengan firman Allah : ﻦﻣ ﺎﻤﻜﺣ ﺍﻮﺜﻌﺑﺎﻓ ﺎﻤﻬﻨﻴﺑ ﻕﺎﻘﺷ ﻢﺘﻔﺧ ﻥﺇﻭ ﺎﺣﻼﺻﺇ ﺍﺩﺮﻳ ﻥﺇﻭ ﺎﻬﻠﻫﺃ ﻦﻣ ﺖﻤﻜﺣﻭ ﻪﻠﻫﺃ ﺍﺮﻴﺒﺧ ﺎﻤﺒﻠﻋ ﻥﺎﻛ ﻪﻠﻟﺍ ﻥﺇ ﺎﻬﻨﻴﺑ ﻪﻠﻟﺍ ﻖﻓﻮﻳ Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. ( QS An Nisa : 35 ) Kata ” Al Hakam ” di dalam al Qur’an kalau ditelusuri dan direnungi dengan seksama , sebagaimana yang di ungkap oleh Prof. Dr. Quraisy Syihab , ternyata mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kata ” siyasah “. Kata ” Al hakam ” pada mulanya berarti “menghalangi atau melarang dalam rangka perbaikan”. Dari akar kata yang sama terbentuk kata hikmah yang pada mulanya berarti kendali. Makna ini sejalan dengan asal makna kata siyasah, yang berarti mengemudi, mengendalikan, pengendali, dan cara pengendalian- b/ Jika salah satu kelompok hanya bertujuan untuk memenuhi kepentingan pribadi dan mengedepankan egonya, hendaklah dibasmi, karena perbuatan seperti itu merupakan bibit –bibit kerusakan. Ini sesuai dengan firman Allah : ﻥﻭﺮﻣﺄﻳﻭ ﺮﻴﺨﻟﺍ ﻰﻟﺇ ﻥﻮﻋﺪﻳ ﺔﻣﺃ ﻢﻜﻨﻣ ﻦﻜﺘﻟﻭ ﺮﻜﻨﻤﻟﺍ ﻦﻋ ﻥﻮﻬﻨﻳﻭ ﻑﻭﺮﻌﻤﻟﺎﺑ Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ( QS Ali Imran : 104 )
Menurut E Hocking, politik adalah ‘seni yang paling praktis’. Politik, hakikat dasarnya berurusan dengan ‘fakta’ yang keras, yaitu fakta kepentingan dan hawa nafsu manusia. c/ Proses Islah, Revolusi dan Reformasi tersebut harus dilakukan secara terus menerus , sehingga kerusakan akan tumbang , ” Hatta tafiia ila amrillah “
Pembawa gerbong reformasi dan islah
jika tidak konsisten lagi di tengah perjalanan, maka Allah akan menggantikannya dengan generasi lainnya. Allah berfirman ; ﻻ ﻢﺛ ﻢﻛﺮﻴﻏ ﺎﻣﻮﻗ ﻝﺪﺒﺘﺴﻳ ﺍﻮﻟﻮﺘﺗ ﻥﺇﻭ ﻢﻜﻟﺎﺜﻣﺃ ﺍﻮﻧﻮﻜﻳ dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini. ( QS Muhammad : 38 ) ﺎﻣﻮﻗ ﻝﺪﺒﺘﺴﻳﻭ ﺎﻤﻴﻟﺃ ﺎﺑﺍﺬﻋ ﻢﻜﺑﺬﻌﻳ ﺍﻭﺮﻔﻨﺗ ﻻﺇ ﺀﻲﺷ ﻞﻛ ﻰﻠﻋ ﻪﻠﻟﺍﻭ ﺎﺌﻴﺷ ﻩﻭﺮﻀﺗ ﻻﻭ ﻢﻛﺮﻴﻏ ﺮﻳﺪﻗ Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. ( QS At Taubah : 39 ) d/Dan semua itu harus dilakukan secara adil .
Dan akhirnya seuatu yang bermanfaat, walaupun terlihat dengan kasat mata jumlahnya banyak ( seperti
buih ) , akhirnya akan tumbang, cepat atau lambat ,sedang yang bermanfaat bagi manusia akan tetap tegak dan berkibar. Allah berfirman : ﺱﺎﻨﻟﺍ ﻊﻔﻨﻳ ﺎﻣ ﺎﻣﺃﻭ ﺀﺎﻔﺟ ﺐﻫﺬﻴﻓ ﺪﺑﺰﻟﺍ ﺎﻣﺃﻭ ﻝﺎﺜﻣﻷﺍ ﻪﻠﻟﺍ ﺏﺮﻀﻳ ﻚﻟﺬﻛ ﺽﺭﻷﺍ ﻲﻓ ﺚﻜﻤﻴﻓ Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan ( QS Ar Ra’du : 17 ) . Adapun reformasi yang dilakukan oleh para nabi yang merupakan para pemimpin politik pada masanya adalah :
a. Mengarahkan sifat dan tabiat yang ada untuk hal-hal yang bermanfaat dengan cara pembinaan dan pendidikan . Rosulullah saw bersabda : ﺍﺫﺇ ﻡﻼﺳﻹﺍ ﻲﻓ ﻢﻛﺭﺎﻴﺧ ﺔﻴﻠﻫﺎﺠﻟﺍ ﻲﻓ ﻢﻛﺭﺎﻴﺧ ﺍﻮﻬﻘﻓ b. Merubah bakat sifat dan tabiat menjadi sifat yang baik . Wallahu A’lam
UANG TEBUSAN PADA HARI KIAMAT
DR. Ahmad Zain An Najah, MA ﻦَﻋ ٌﺲْﻔَﻧ ﻱِﺰْﺠَﺗ َّﻻ ًﺎﻣْﻮَﻳ ْﺍﻮُﻘَّﺗﺍَﻭ ﻝَﻭ ٌﺔَﻋﺎَﻔَﺷ ﺎَﻬْﻨِﻣ ُﻞَﺒْﻘُﻳ َﻻَﻭ ًﺎﺌْﻴَﺷ ٍﺲْﻔَّﻧ ﺎَﻬْﻨِﻣ ُﺬَﺧْﺆُﻳ َﺍ َﻻَﻭ ٌﻝْﺪَﻋ ْﻢُﻫ َﻥﻭُﺮَﺼﻨُﻳ Dan jagalah dirimu dari (azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafa’at dan tebusan dari padanya, dan tidaklah mereka akan ditolong. ( Qs Al Baqarah : 48 ) Banyak pelajaran yang bisa diambil dari ayat di atas, diantaranya adalah : Pelajaran Pertama : Ayat di atas masih ditujukan kepada Bani Israel, walaupun sebenarnya juga ditujukan kepada seluruh manusia, setelah mereka diperintahkan berkali-kali untuk mengingat nikmat Allah yang diberikan kepada nenek moyang mereka…maka kali ini Allah memerintahkan mereka untuk mengingat kematian, mengingat suatu
hari dimana tiada manfaat pertolongan seseorang terhadap orang lain, tidak pula rekomendasi dan uang sogokan ataupun uang tebusan. Seakan-akan Allah ingin mengingatkan kepada Bani Israel dan kepada seluruh manusia bahwa bagaimanapun tingginya kedudukan manusia di dunia ini, maka pada hari kiamat kedudukan tersebut tidaklah ada manfaatnya sedikitpun. Benar,… pada ayat sebelumnya Allah telah menjelaskan kepada Bani Israel bahwa nenek moyang mereka adalah bangsa yang paling unggul pada waktu itu, karena mereka beriman kepada Allah dan para Rosul-Nya, akan tetapi kebesaran nenek moyang mereka tidaklah bermanfaat bagi anak keturunannya pada hari kiamat. Maka jangan bangga dulu wahai Bani Israel terhadap kebesaran nenek moyang kamu…selama kamu tidak bisa seperti mereka, yaitu berpegang teguh kepada ajaran-ajaran Allah, maka kebanggan itu tidak ada manfaatnya. Pelajaran Kedua : Ayat ini ditujukan juga kepada yang merasa diri mereka dari keturunan nabi Muhammad saw, kalau di Iran atau Lebanon dikenal dengan sebutan
” Sayid “, dan kalau di Indonesia dan di Yaman terkenal dengan sebutan ” Habib “, dan di beberapa tempat lain disebut : ” As Syarif ” . Memang harus diakui bahwa mempunyai nasab dari keturunan dari nabi Muhammad saw adalah sebuah kehormatan dan nikmat yang diberikan kepada sebagian hamba-Nya, sebagaimana nikmat yang diberikan kepada keturunan nabi Ya’kub yang kemudian terkenal dengan Bani Israel. Tetapi dalam ayat di atas Allah telah menjelaskan bahwa keturunan dan nasab tersebut tidaklah bermanfaat sama sekali pada hari kiamat jika tidak disertai iman dan amal sholeh. Lihatlah bagaimana Bani Israel yang nenek moyang mereka dimuliakan oleh Allah swt akan tetapi karena anak keturunannya berbuat durhaka kepada Allah swt dan para Rosul-Nya, maka yang dulunya umat yang mulia, dan pilihan serta unggul, kini berubah menjadi umat yang paling dilaknat oleh Allah swt. Begitu juga paman Rosulullah saw, yang mestinya bersyukur dengan kedudukan dan kedekatan nasabnya dengan Rosulullah saw, tetapi justru yang dikerjakan adalah sebaliknya, dia memusuhi Islam, menentang Allah dan Rosul-Nya, maka akibatnya Allah melaknatnya dan menjadikannya sebagai simbol dan ikon orang-orang jahat, sangatlah tepat sekali Allah berfirman : ْﺖَّﺒَﺗ ﺍَﺪَﻳ ﻲِﺑَﺃ ٍﺐَﻬَﻟ َّﺐَﺗَﻭ ﺎَﻣ ﻰَﻨْﻏَﺃ ُﻪْﻨَﻋ ُﻪُﻟﺎَﻣ ﺎَﻣَﻭ َﺐَﺴَﻛ ﻰَﻠْﺼَﻴَﺳ ﺍًﺭﺎَﻧ َﺕﺍَﺫ ٍﺐَﻬَﻟ ” Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak “(Qs Al Masad : 1-3 ) Bukan hanya itu saja, bahkan anak perempuan Rosulullah saw sendiri tidaklah bisa selamat dari adzab Allah swt jika tidak mau mengikuti ajaran- ajaran yang dibawa oleh ayahnya sendiri, dalam hal ini ketika turun perintah Allah kepada nabi Muhammad untuk memperingatkan kerabat dekatnya akan adzab Allah beliau segera keluar di depan umum seraya bersabda : ﺎﻳ ﺮﺸﻌﻣ ﺶﻳﺮﻗ ﺍﻭﺮﺘﺷﺍ ﻢﻜﺴﻔﻧﺃ ﻻ ﻲﻨﻏﺃ ﻢﻜﻨﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻦﻣ ﺎﻳ ﺎﺌﻴﺷ ﺪﺒﻋ ﻲﻨﺑ ﻑﺎﻨﻣ ﻻ ﻲﻨﻏﺃ ﻢﻜﻨﻋ ﻦﻣ ﻪﻠﻟﺍ ﺎﺌﻴﺷ . ﺎﻳ ﺱﺎﺒﻋ ﻦﺑ ﺪﺒﻋ ﺐﻠﻄﻤﻟﺍ ﻻ ﻚﻨﻋ ﻲﻨﻏﺃ ﻦﻣ ﻪﻠﻟﺍ ﺎﺌﻴﺷ . ﺎﻳﻭ ﺔﻴﻔﺻ ﺔﻤﻋ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻻ ﻲﻨﻏﺃ ﻚﻨﻋ ﻦﻣ ﻪﻠﻟﺍ ﺎﺌﻴﺷ . ﺎﻳﻭ ﺔﻤﻃﺎﻓ ﺖﻨﺑ ﺪﻤﺤﻣ ﻲﻨﻴﻠﺳ ﺎﻣ ﺖﺌﺷ ﺎﺌﻴﺷ ﻪﻠﻟﺍ ﻦﻣ ﻚﻨﻋ ﻲﻨﻏﺃ ﻻ ﻲﻟﺎﻣ ﻦﻣ . ” Wahai orang-orang Qurays belilah diri kalian sendiri, saya tidak bisa membantu kamu sedikitpun dari adzab Allah swt, wahai Bani Manaf saya tidak bisa membantu kamu sedikitpun dari adzab Allah swt, wahai Abbas bin Abdul Mutholib saya tidak bisa membantu kamu sedikitpun dari adzab Allah swt, wahai Shofiyah bibi Rosulullah saw, saya tidak bisa membantu kamu sedikitpun dari adzab Allah swt, wahai Fatimah binti Muhammad saw, mintalah harta sebanyak apapun dariku, saya tidak bisa membantu kamu sedikitpun dari adzab Allah swt “( HR Bukhari ) Lihatlah bagaimana Rosulullah saw mengumpulkan semua kerabat dekatnya termasuk istrinya sendiri Aisyah, tidak satupun dari mereka yang bisa selamat dari adzab Allah swt hanya karena kedekatan mereka dengan Rosulullah saw. Bahkan dalam hadist lain, Rosulullah saw menjelaskan bahwa seseorang amalannya jelek, maka nasab keluarganya tidak mampu menyelamatkannya dari adzab Allah swt : ﺪﻤﺤﻣ ﺖﻨﺑ ﺔﻤﻃﺎﻓ ﺎﻳ ، ﻢﻋ ﺱﺎﺒﻋ ﺎﻳ ﺭﺎﻨﻟﺍ ﻦﻣ ﺎﻤﻜﻴﺴﻔﻧ ﺍﺬﻘﻧﺃ ﻪﻠﻟﺍ ﻝﻮﺳﺭ ﻻ ﺎﺌﻴﺷ ﻪﻠﻟﺍ ﻦﻣ ﺎﻤﻜﻨﻋ ﻲﻨﻏﺃ ﻻ ﺎﻧﺃ ﻲﻧﻮﺗﺄﺗﻭ ﻢﻬﻟﺎﻤﻋﺄﺑ ﺱﺎﻨﻟﺍ ﻲﻨﻴﺗﺄﻳ ﻢﻟ ﻪﻠﻤﻋ ﻪﺑ ﺊﻄﺒﻳ ﻦﻣ ﻢﻜﺑﺎﺴﻧﺄﺑ ﻪﺒﺴﻧ ﻪﺑ ﻉﺮﺴﻳ ” Wahai Fatimah binti Muhammad saw, wahai Abbas paman Rosulullah saw selamatkan diri anda sendiri dari api neraka, karena saya tidak bisa membantu kamu sedikitpun dari adzab Allah swt, dan jangan sampai nanti orang lain datang kepadaku membawa amal sholeh, sedangkan kamu datang kepadaku dengan nasab keturunanmu, barang siapa yang diperlambat oleh amalannya, maka nasab keturunannya tidaklah bisa mempercepatnya. ” Dua hadist di atas menjelaskan bahwa hubungan kerabat tidak bisa menyelamatkan dari adzab Allah di akherat kelak. Bahkan sebelumnya dalam kehidupan sehari-hari di dunia ini, hubungan kerabat tidaklah bisa menyelamatkan seseorang dari hukum Islam yang telah ditetapkan, jika terbukti dia melanggar dan berbuat jahat. Dalam suatu hadist disebutkan: ﻢﻳﺃﻭ ﻪﻠﻟﺍ ﻮﻟ ﻥﺃ ﺔﻤﻃﺎﻓ ﺖﻨﺑ ﺪﻤﺤﻣ ﺎﻫﺪﻳ ﺪﻤﺤﻣ ﻊﻄﻘﻟ ﺖﻗﺮﺳ ” Demi Allah, seandainya Fatimah binti Muhammad saw mencuri, maka Muhammad saw sendiri yang akan memotong tangannya ” Pelajaran Ketiga : Bahkan jauh-jauh sebelumnya Allah telah menjelaskan kepada para nabi sebelum nabi Muhammad saw, bahwa anak, istri dan keluarga mereka tidak akan selamat dari adzab Allah swt, jika mereka tidak mau tunduk dan taat kepada perintah Allah swt. Kita dapatkan umpamanya nabi Nuh as ketika meminta dispensasi kepada Allah swt untuk menyelamatkannya dari adzab Allah swt, permintaan tersebut tidak dikabulkan oleh Allah swt, karena itu sudah peraturan Alah bahwa seseorang tidak bisa menyelamatkan orang lain, walaupun itu anak, istri dan kerabatnya, kecuali dengan amal perbuatannya. Sungguh sangat indah dialog yang direkam Al- Qur’an antara Allah swt dengan nabi Nuh as : ْﻦِﻣ ﻲِﻨُﺑﺍ َّﻥِﺇ ِّﺏَﺭ َﻝﺎَﻘَﻓ ُﻪَّﺑَّﺭ ٌﺡﻮُﻧ ﻯَﺩﺎَﻧَﻭ ﻲِﻠْﻫَﺃ َّﻥِﺇَﻭ َﻙَﺪْﻋَﻭ ُّﻖَﺤْﻟﺍ َﺖﻧَﺃَﻭ ُﻢَﻜْﺣَﺃ َﻦﻴِﻤِﻛﺎَﺤْﻟﺍ َﻝﺎَﻗ ﺎَﻳ ُﺡﻮُﻧ ُﻪَّﻧِﺇ َﺲْﻴَﻟ ْﻦِﻣ َﻚِﻠْﻫَﺃ ُﻪَّﻧِﺇ ٌﻞَﻤَﻋ ُﺮْﻴَﻏ ٍﺢِﻟﺎَﺻ َﻼَﻓ ِﻦْﻟَﺄْﺴَﺗ ﺎَﻣ َﺲْﻴَﻟ َﻚَﻟ ِﻪِﺑ ٌﻢْﻠِﻋ ﻲِّﻧِﺇ َﻚُﻈِﻋَﺃ ﻥَﺃ َﻦﻴِﻠِﻫﺎَﺠْﻟﺍ َﻦِﻣ َﻥﻮُﻜَﺗ Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil- adilnya.” Allah berfirman: “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya] perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada- Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.” ( Qs Hud : 45-46 ) Begitu pula yang dialami oleh nabi Ibrahim as, ketika memohon kepada Allah swt agar anak keturunannya dijadikan para pemimpin di dunia ini, Allahpun menolak permintaan tersebut kecuali anak keturunannya yang sholeh dan taat kepada Allah swt. Dalam hal ini Allah swt berfirman : ِﺫِﺇَﻭ ﻰَﻠَﺘْﺑﺍ َﻢﻴِﻫﺍَﺮْﺑِﺇ ُﻪُّﺑَﺭ ٍﺕﺎَﻤِﻠَﻜِﺑ ﺎًﻣﺎَﻣِﺇ ِﺱﺎَّﻨﻠِﻟ َﻚُﻠِﻋﺎَﺟ ﻲِّﻧِﺇ َﻝﺎَﻗ َّﻦُﻬَّﻤَﺗَﺄَﻓ َﻝﺎَﻗ ﻦِﻣَﻭ ﻲِﺘَّﻳِّﺭُﺫ َﻝﺎَﻗ َﻻ ُﻝﺎَﻨَﻳ ﻱِﺪْﻬَﻋ َﻦﻴِﻤِﻟﺎَّﻈﻟﺍ Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia.” Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim ”.(Qs Al Baqarah : 124 ) Begitu juga Nabi Nuh dan nabi Luth tidak bisa membantu istrinya sedikitpun dari adzab Allah swt karena mereka berdua berkhianat dan menentang Allah swt. Dalam hal ini Allah swt berfirman : َﺏَﺮَﺿ ُﻪَّﻠﻟﺍ ﺎًﻠَﺜَﻣ َﻦﻳِﺬَّﻠِّﻟ ﺍﻭُﺮَﻔَﻛ َﺓَﺃَﺮْﻣِﺍ ٍﺡﻮُﻧ َﺓَﺃَﺮْﻣِﺍَﻭ ٍﻁﻮُﻟ ﺎَﺘَﻧﺎَﻛ َﺖْﺤَﺗ ِﻦْﻳَﺪْﺒَﻋ ْﻦِﻣ ﺎَﻧِﺩﺎَﺒِﻋ ِﻦْﻴَﺤِﻟﺎَﺻ ﺎَﻤُﻫﺎَﺘَﻧﺎَﺨَﻓ ْﻢَﻠَﻓ ﺎَﻴِﻨْﻐُﻳ ﺎَﻠُﺧْﺩﺍ َﻞﻴِﻗَﻭ ﺎًﺌْﻴَﺷ ِﻪَّﻠﻟﺍ َﻦِﻣ ﺎَﻤُﻬْﻨَﻋ َﻦﻴِﻠِﺧﺍَّﺪﻟﺍ َﻊَﻣ َﺭﺎَّﻨﻟﺍ Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba- hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): “Masuklah ke dalam jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam) ” ( Qs At Tahrim : 10 ) Pelajaran Keempat : Dalam ayat tersebut, walaupun secara tidak langsung, Allah swt melarang seorang muslim untuk berbangga- bangga dengan nasab dan keturunan, serta banyaknya harta. Dan hendaknya setiap anak pejabat, pengusaha kaya, kyai, tokoh masyakat dan lain-lainnya tidaklah usah terlalu bangga dengan kedudukan dan kekayaan orang tuanya. Karena yang diperhitungkan disisi Allah adalah keimanan, akhlak serta ilmu. Dalam hal ini Imam Ali bin Abu Thalib pernah menyebut syair : ﺐﺴﻨﻟﺍﻭ ﻝﺎﻤﻟﺎﺑ ﺍﺮﺨﺘﻔﻣ ﻥﺎﻛ ﻦﻣ ﺏﺩﻻﺍﻭ ﻢﻠﻌﻟﺎﺑ ﺎﻧ ﺮﺨﻓ ﺎﻤﻧﺍﻭ ﺏﺩﺃ ﻼﺑ ٍّﺮﺣ ﻞﺟﺭ ﻲﻓ ﺮﻴﺧ ﻻ ، ﻢﻌﻧ ﺏﺮﻌﻟﺍ ﻰﻟﺇ ﺎﺑﻮﺴﻨﻣ ﻥﺎﻛ ﻮﻟﻭ ” Barang siapa yang bangga dengan
banyaknya harta dan nasab , maka
sesungguhnya kebangaan kami
hanya dengan ilmu dan akhlaq Tiada suatu kebaikan bagi seseorang yang merdeka jika tidak mempunyai akhlaq yang mulia, iya memang begitu , walaupun dia dari keturunan Arab.” Bahkan seorang pemuda Islam yang baik adalah yang mandiri dan mempunyai amal sholeh, bukan yang hanya bangga dengan orang tua atau nenek moyangnya, padahal dia tidak berbuat apa-apa. Dalam suatu kisah disebutkan ketika Iraq diperintah oleh Yusuf Hajjaj As Tsaqafi semua orang dilarang untuk keluar habis shalat isya.barang siapa yang melanggar peraturan ini, kemudian tertangkap,maka hukumnya adalah dipancung lehernya. Pada suatu malam para tentara Hajjaj mendapatkan tiga remaja, ketika ditanya alasan mereka keluar malam, masing-masing menjawab dengan syair fasih yang bunyinya seakan-akan menunjukkan mereka adalah anak para pembesar, atau anak pemberani, sehingga dibiarkan oleh tentara Hajjaj. Ketika pagi harinya ketiga remaja itu dipanggil kehadapan Hajjaj dan ditanya tentang keadaan mereka sebenarnya, tiba-tiba jawaban mereka sangat mengejutkan semua yang hadir di situ, karena ternyata mereka bertiga masing-masing adalah anak tukang pembuatan roti, anak tukang bekam, dan anak tukang tenun. Kemudian Hajjaj berkata kepada para menterinya: ” Ajarilah anak-anakmu adab, kalau bukan karena kefasihan mereka membaca syi’ir, niscaya aku pancung leher mereka ” , kemudian dia mengeluarkan syi’irnya : ﻦﻛ ﺎﻨﺑﺍ ﻦﻣ ﺖﺌﺷ ﺐﺴﺘﻛﺍﻭ ًﺎﺑﺩﺃ ، ﺐﺴﻨﻟﺍ ﻦﻋ ﻩﺩﻮﻤﺤﻣ ﻚﻴﻨﻐﻳ ﻥﺇ ﻰﺘﻔﻟﺍ ﻦﻣ ﻝﻮﻘﻳ ﺍﺬﻧﺃﺎﻫ ، ﺲﻴﻟ ﻲﺑﺃ ﻥﺎﻛ ﻝﻮﻘﻳ ﻦﻣ ﻰﺘﻔﻟﺍ ” Jadilah kamu anak siapa saja, tetapi hendaknya kamu belajar adab. Dengan begitu kamu sudah terpuji tanpa memerlukan nasab yang bagus lagi. Sesungguhnya seorang pemuda yang baik adalah yang mengatakan inilah saya, dan bukanlah pemuda yang baik yang mengatakan : bahwa ayah saya adalah begini-begini ” Cerita di atas menunjukkan bahwa yang terpenting bagi seorang pemuda
adalah ilmu dan akhlaq serta keimanannya, dan bukan keturunan dan harta. Dengan bekal iman, ilmu dan akhlaq seseorang bisa selamat di dunia dan di akherat nanti, walaupun dia anak seorang tukang roti. Pelajaran Kelima : Ayat di atas juga mengingatkan kepada seorang muslim, agar segera menyelesaikan tanggungan- tanggungan ataupun hutang- hutangnya kepada saudaranya, baik yang berupa harta, seperti kalau dia mengambil uang darinya tanpa ijin ( mencuri ), atau meminjam darinya sesuatu dan belum dikembalikannya. Ataupun yang berupa martabat dan harga diri, seperti kalau dia mencaci, memukul, membicarakan kejelekannya dibelakang ( ghibah ) dan sejenisnya. Iya….segera diselesaikannya sebelum datang suatu hari yang seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun;
dan (begitu pula) tidak diterima syafa’at dan tebusan dari padanya, dan tidaklah mereka akan ditolong. Dalam suatu hadist disebutkan : ْﻦَﻣ ٌﺔَﻤَﻠْﻈَﻣ ُﻪَﻟ ْﺖَﻧﺎَﻛ ِﻪِﺿْﺮِﻋ ْﻦِﻣ ِﻪﻴِﺧَﺄِﻟ ْﻭَﺃ ٍﺀْﻲَﺷ ُﻪْﻠَّﻠَﺤَﺘَﻴْﻠَﻓ ُﻪْﻨِﻣ َﻡْﻮَﻴْﻟﺍ َﻞْﺒَﻗ ْﻥَﺃ ﺎَﻟ َﻥﻮُﻜَﻳ ٌﺭﺎَﻨﻳِﺩ ﺎَﻟَﻭ ٌﻢَﻫْﺭِﺩ ْﻥِﺇ َﻥﺎَﻛ ُﻪَﻟ ٌﻞَﻤَﻋ ٌﺢِﻟﺎَﺻ َﺬِﺧُﺃ ُﻪْﻨِﻣ ِﺭْﺪَﻘِﺑ ِﻪِﺘَﻤَﻠْﻈَﻣ ْﻥِﺇَﻭ ْﻢَﻟ ْﻦُﻜَﺗ ُﻪَﻟ ٌﺕﺎَﻨَﺴَﺣ َﺬِﺧُﺃ ْﻦِﻣ ﻪﻴﻠﻋ َﻞِﻤُﺤَﻓ ِﻪِﺒِﺣﺎَﺻ ِﺕﺎَﺌِّﻴَﺳ ” Barang siapa yang mempunyai tanggungan terhadap saudaranya baik yang berupa harga diri maupun yang lainnya, maka hendaknya diselesaikan hari ini, sebelum datang hari yang tidak bisa ditebus dengan uang dinar dan dirham. Jika tidak, maka saudaranya tadi akan mengambil kebaikannya sebanyak tanggungan yang ada padanya, jika dia tidak mempunyai kebaikan , maka kejelekan saudaranya itu akan dipikulkan kepadanya ” ( HR Bukhari no : 2269 ) Bahkan dalam hadist lain disebutkan bahwa hakekat merugi dan bangkrut dalam Islam, bukanlah orang yang dulunya jaya dan banyak uang kemudian jatuh usahanya sehingga disebut orang yang merugi dan bangkrut, akan tetapi hakekat merugi dan bangkrut adalah seperti yang digambarkan oleh Rosulullah saw dalam suatu hadistnya : ُﺲِﻠْﻔُﻤْﻟﺍ ْﻦِﻣ ﻲِﺘَّﻣُﺃ ْﻦَﻣ ﻲِﺗْﺄَﻳ َﻡْﻮَﻳ ِﺔَﻣﺎَﻴِﻘْﻟﺍ ﺓﺎَﻛَﺯَﻭ ﻡﺎَﻴِﺻَﻭ ﺓﺎَﻠَﺼِﺑ ، ﻲِﺗْﺄَﻳَﻭ ْﺪَﻗَﻭ َﻢَﺘَﺷ ﺍَﺬَﻫ َﻚَﻔَﺳَﻭ ﻡَﺩ ﺍَﺬَﻫ َﻞَﻛَﺃَﻭ ﻝﺎَﻣ ﺍَﺬَﻫ ﻰَﻄْﻌُﻴَﻓ ﺍَﺬَﻫ ْﻦِﻣ ِﻪِﺗﺎَﻨَﺴَﺣ ﺍَﺬَﻫَﻭ ْﻦِﻣ ْﻥِﺈَﻓ ِﻪِﺗﺎَﻨَﺴَﺣ ُﻪُﺗﺎَﻨَﺴَﺣ ْﺖَﻴِﻨَﻓ َﻞْﺒَﻗ ْﻥَﺃ َﻲِﻀْﻘَﻳ ﺎَﻣ ِﻪْﻴَﻠَﻋ َﺬِﺧُﺃ ْﻦِﻣ ْﻢُﻫﺎَﻳﺎَﻄَﺧ ْﺖَﺣِﺮُﻄَﻓ ِﻪْﻴَﻠَﻋ َﺡِﺮُﻃَﻭ ﻲِﻓ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍ Seorang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan amal sholeh seperti sholat, puasa dan zakat dan pada saat yang sama dia juga pernah mencaci, membunuh, dan makan harta orang lain. Maka masing-masing yang dicaci, dibunuh dan dimakan hartanya tadi mengambil kebaikan dari pelakunya, dan jika kebaikannya sudah habis sedang tanggungannya belum terbayarkan, maka kejelekan para korban tadi dilimpahkan kepada pelakunya, kemudian dilempar ke dalam api neraka. ” ( HR Muslim ) Mudah-mudahan siapa saja yang merenungi ayat di atas, bisa segera mengetahui hakekat kehidupan dunia
ini secara benar, bahwa kedudukan apapun dan kekayaan seberapapun juga yang didapatkan di dunia ini tidak akan ada manfaatnya pada hari kiamat, kecuali iman dan amal sholeh yang dia kerjakan sendiri. Dan hendaknya setiap dari kita selalu mengingat …..bahwa hari itu, cepat atau lambat pasti datang dan menjemput kita…sudahkan kita mempersiapkannya ?
Subscribe to:
Posts (Atom)