Nonton iklan bentar ya...!!!

Tuesday 1 March 2011

jawaban sederhana tapi bermakna

Di suatu senja sepulang kantor, saya
masih
berkesempatan untuk ngurus
tanaman di depan rumah, sambil
memperhatikan
beberapa anak asuh yang
sedang belajar menggambar peta,
juga
mewarnai. Hujan rintik - rintik
selalu menyertai di setiap sore di
musim hujan
ini. Di kala tangan sedikit
berlumuran tanah kotor,...terdengar
suara
tek...tekk.. .tek...suara tukang
bakso dorong lewat.
Sambil menyeka keringat..., ku
hentikan tukang
bakso itu dan memesan
beberapa mangkok bakso setelah
menanyakan
anak - anak, siapa yang mau
bakso ?
"Mauuuuuuuuu. ..", secara serempak
dan
kompak anak - anak asuhku
menjawab.
Selesai makan bakso, lalu saya
membayarnya. ...
Ada satu hal yang menggelitik
fikiranku selama ini
ketika saya
membayarnya, si tukang bakso
memisahkan
uang yang diterimanya. Yang satu
disimpan dilaci, yang satu ke
dompet, yang
lainnya ke kaleng bekas kue
semacam kencleng. Lalu aku
bertanya atas rasa
penasaranku selama ini.
"Mang kalo boleh tahu, kenapa
uang - uang itu
Emang pisahkan ? Barangkali
ada tujuan ?"
"Iya pak, Emang sudah
memisahkan uang ini
selama jadi tukang bakso yang
sudah berlangsung hampir 17 tahun.
Tujuannya
sederhana saja, Emang hanya
ingin memisahkan mana yang
menjadi hak
Emang, mana yang menjadi hak
Orang
lain / tempat ibadah, dan mana
yang menjadi hak
cita - cita penyempurnaan
iman ".
"Maksudnya.. .?", saya melanjutkan
bertanya.
"Iya Pak, kan agama dan Tuhan
menganjurkan
kita agar bisa berbagi dengan
sesama. Emang membagi 3, dengan
pembagian
sebagai berikut :
1. Uang yang masuk ke dompet,
artinya untuk
memenuhi keperluan hidup
sehari - hari Emang dan keluarga.
2. Uang yang masuk ke laci, artinya
untuk infaq/
sedekah, atau untuk
melaksanakan ibadah Qurban. Dan
alhamdulillah
selama 17 tahun menjadi
tukang bakso, Emang selalu ikut
qurban seekor
kambing, meskipun kambingnya
yang ukuran sedang saja.
3. Uang yang masuk ke kencleng,
karena emang
ingin menyempurnakan agama
yang Emang pegang yaitu Islam.
Islam
mewajibkan kepada umatnya yang
mampu,
untuk melaksanakan ibadah haji.
Ibadah haji ini
tentu butuh biaya yang
besar. Maka Emang berdiskusi
dengan istri dan
istri menyetujui bahwa di
setiap penghasilan harian hasil
jualan bakso ini,
Emang harus menyisihkan
sebagian penghasilan sebagai
tabungan haji. Dan
insya Allah selama 17
tahun menabung, sekitar 2 tahun
lagi Emang dan
istri akan melaksanakan
ibadah haji.
Hatiku sangat...sangat tersentuh
mendengar
jawaban itu. Sungguh sebuah
jawaban sederhana yang sangat
mulia. Bahkan
mungkin kita yang memiliki
nasib sedikit lebih baik dari si emang
tukang
bakso tersebut, belum tentu
memiliki fikiran dan rencana indah
dalam hidup
seperti itu. Dan seringkali
berlindung di balik tidak mampu
atau belum ada
rejeki. Terus saya
melanjutkan sedikit pertanyaan,
sebagai berikut :
"Iya memang bagus...,tapi kan
ibadah haji itu
hanya diwajibkan bagi yang
mampu, termasuk memiliki
kemampuan dalam
biaya....".
Iya menjawab, " Itulah sebabnya
Pak. Emang
justru malu kalau bicara soal
mampu atau tidak mampu ini.
Karena definisi
mampu bukan hak pak RT atau
pak RW, bukan hak pak Camat
ataupun MUI.
Definisi "mampu" adalah sebuah
definisi dimana kita diberi
kebebasan untuk
mendefinisikannya sendiri.
Kalau kita mendefinisikan diri sendiri
sebagai
orang tidak mampu, maka
mungkin selamanya kita akan
menjadi manusia
tidak mampu. Sebaliknya kalau
kita mendefinisikan diri sendiri,
"mampu", maka
insya Allah dengan segala
kekuasaan dan kewenangannya
Allah akan
memberi kemampuan pada kita".
"Masya Allah..., sebuah jawaban
elegan dari
seorang tukang bakso".
Sahabat....
Cerita ini sangat sederhana. Semoga
memberi
hikmah terbaik bagi kehidupan
kita. Amin

sebuah kata yg tertunda

kata-kata seperti air mengalir sampai akhir
tak akan habis membasahi lidah..
memenuhi kepala berdesak-desak dan
penuh dengan ingatan-ingatan yang
enggan untuk dilupakan..
kata-kata kembali mengelana mencari
makna,,
segenap rasa kubiarkan mengalir sampai
merambat pada tebing – tebing yang
memagari butiran gelisahku..
senyummu yang selalu membuatku
kagum,,
adakah semalam kau selipkan namaku
dalam mimpi indahmu ..?
apakah salah jika menahan sejenak..
untuk meyakinkan kegamangan yang
semakin menjadi..
melewati setiap lipatan waktu selalu saja
kuhitung jarak yang tercecer di jauhnya
kenyataan..
sampai permohonan yang sama-sama kita
harapkan akan terjadi..
lihatlah, malam ini angin malas
berhembus …
udara yang turun begitu dingin menembus
rusuk..!
semakin lama resah ku menyatu dalam
keinginan nyata dilorong-lorong hati …
semua karenaNya kita harus berpisah dan
melupakan beberapa bagian cerita yang
pernah ada..!?
agar kita sama-sama tahu dan mengerti
bahwa khilaf akan selalu ada setiap waktu..
entahlah,..
semua akan kubiar lepas melayang dibawa
debu jalan..
karena aku belum sempat berkata lewat
hati juga rasa yang selalu berharap..
mengingatmu seperti sebuah kata yang
masih tertunda …
karena kau dan aku membangun cinta
lewat suara..
dari makna dari gemuruh dalam dada dan
resah setiap waktu …
sebuah kata masih tertunda dan anganku
ingin bergantung..
menggapai harap tapi selalu tak pernah
sampai..
pesanku sungguh tak mampu
kusampaikan segera …
airmata yang sama kulihat mengalir
dpipimu..
hatiku enggan jika hanya dijadikan
pelengkap …
sementara kaki kita melangkah entah
kemana …
jika sama-sama diam takkan pernah ada
jawaban..
dan airmata selalu kita jadikan alasan untuk
ungkapkan kesedihan,..
yang tak pernah habis selalu saja singgah
di hati …
hingga kau dan aku tak pernah bisa
mengakui dengan kata-kata yang lebih
jujur..
saat aku berbisik, ingin rasanya kupetik
setiap tanggal yang berlalu..
agar berhenti sejenak untuk mengulang
memori yang terluka..
dan kita pun bisa perbaiki serpihan rasa
yang dulu samasama kita janjikan..!