Nonton iklan bentar ya...!!!

Monday 27 June 2011

Bermimpi Melihat Nabi

Akhir-akhir ini tersebar sebuah wasiat dari orang yang disebut Syaikh Ahmad, khadam Masjid Nabawi. Disebutkan di dalamnya bahwa dia melihat Nabi dalam mimpinya, lalu Nabi mewasiatkan beberapa perkara kepadanya, di antaranya adalah agar menyebarkan wasiat itu dan tidak menyembunyikannya. Kami lihat sebagian orang terkait hatinya dengan wasiat tersebut. Mereka sangat takut menyia-nyiakannya agar tidak terkena sanksi berat bagi yang tidak menyebarkannya.Kami lihat sebagian orang terkait hatinya dengan wasiat tersebut. Mereka sangat takut menyia-nyiakannya agar tidak terkena sanksi berat bagi yang tidak menyebarkannya. Bagaimana hukum syari tentang hal ini? Jawab: Kita tidak mengingkari bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dapat dilihat di dalam mimpi 1) Akan tetapi, di dalam wasiat itu terkandung beberapa masalah yang menujukkan kebohongannya, dan semakin menegaskan bahwa ia termasuk tipu daya syaithan. Hanya orang yang lemah lagi gelap hati saja yang mau membenarkannya. Adapun ahli tauhid dan ahli ilmu, cahaya ilmu yang mereka miliki telah membakar tulisan yang batil lagi rusak tersebut. Di antara kebohongan itu adalah: Di dalam sebagian cetakan wasiat itu disebutkan bahwa ketika Syaikh Ahmad bersiap-siap hendak tidur setelah membaca al-Qur`an pada hari Jumat, tiba-tiba ia melihat pemilik cahaya (yaitu Nabi) muncul dan berkata, Ya Syaikh Ahmad! Aku malu kepada Tuhanku dan para malaikat disebabkan dosa-dosa umatku. Ini menunjukkan bahwa ia melihat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dalam keadaan terjaga sebelum tidur.Ulama sepakat bahwa itu adalah dusta sebab Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tidak akan dibangkitkan dari kubur beliau melainkan pada saat manusia akan dihadapkan kepada Allah, Rabb Semesta Alam. Beliaulah yang pertama sekali dibangkitkan dari kuburnya.Kemudian mengapa beliau harus malu kepada Tuhannya dan para malaikat jika beliau sudah menyampaikan risalah Allah kepada umat manusia? Bukankah Allah telah berfirman, Maka berilah peringatan karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan, kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (al-Ghasyiyah: 21-22) Sesungguhnya kewajiban engkau hanyalah menyampaikan. (al-Ghafir : 51) Di dalam wasiat dusta itu disebutkan bahwa dari Jumat ke Jumat sebanyak 160.000orang umat Islam mati di atas agama selain Islam. Ini adalah berita gaib,hanya Allah saja yang mengetahuinya, sedangkan wahyu telah terputus dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam setelah beliau wafat. Bukankah akan dikatakan kepada beliau nanti ketika berada di tepi telaga di padang mahsyar, Engkau tidak mengetahui apa yang telah mereka (orang-orang yang terlempar dari telaga –pent) ada- adakan sepeninggalmu. Sesungguhnya mereka telah murtad sepeninggalmu. Nabi berkata seperti perkataan hamba Allah yang shalih, yaitu Isa. Dan aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkaulah yang mengawasi mereka dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. (Al Maidah 117) Di dalam wasiat itu disebutkan bahwa akan diampuni dosa-dosa penulis dan penyebarnya, berikut dosa kedua orang tuanya, dan akan dibangunkan baginya rumah di surga. Akan dilunaskan seluruh hutang- hutangnya serta akan dicukupkan dari kemiskinan. Kemudian sebaliknya
sanksi bagi yang tidak menulis dan tidak menyebarkannya. Cobalah perhatikan wasiat dengan kebohongan seperti itu sudah dianggap lebih penting dan lebih utama daripada Al Qur`an. Seorang yang menulis Al Qur`an saja tidak mendapat pahala seperti itu dan bagi yang tidak menulis Al Qur`an juga tidak diancam sanksi seperti itu. Kenyataan telah membuktikan kebatilannya. Dan kami telah menganggapnya dusta semenjak kami mendengarnya beberapa tahun yang lalu. Dan alhamdulillah tidak terjadi apapun atas kami bahkan sebaliknya orang yang mempercayainya semakin bertambah utang-utangnya dan semakin miskin hidupnya. Saya khawatir demikian pula nasibnya nanti di akhirat. Janji pahala yang muluk-muluk serta ancaman yang berlebih-lebihan seperti itu adalah salah satu bukti kebohongan atas nama Allah dan Rasul-Nya. Barang hina yang jelas kebatilannya itu tidak akan laku bagi kaum muslimin jika mereka paham tentang agama mereka. Seseorang dapat mempercayainya akibat berpaling dari ilmu agama yang wajib dituntutnya, sehingga hidupnya bagaikan tertawan oleh khayalan dan kebodohan orang gila dan mimpi orang jahil. Barangsiapa yang tiada diberi cahaya petunjuk oleh Allah tiadalah ia mempunyai cahaya sedikitpun. (An- Nur: 40). Tujuan wasiat-wasiat seperti itu adalah memalingkan umat dari agama mereka, sehingga hati mereka terkait kepadanya. Orang-orang yang lengah menyangka diri mereka akan menjadi penghuni surga dengan mengurus dan menyebarkannya, walaupun mereka meninggalkan shalat lima waktu dan mengerjakan perbuatan mungkar. Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka. Mereka tidak mengatakan sesuatu kecuali dusta. (Al-Kahfi : 5) Telah datang peringatan-peringatan terhadap wasiat dusta itu dari beberapa ulama, dipelopori oleh Imam Ahlus Sunnah Wal Jamaah pada abad ini, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, semoga Allah merahmati beliau. Dan telah saya rangkum peringatan dari mereka tersebut di dalam kumpulan fatwa ini. Mereka juga menghimbau kaum muslimin agar berpegang teguh dengan Al Quran dan As Sunnah. Menurut keyakinan kami, seseorang yang bergeser dari agamanya disebabkan wasiat batil tersebut, maka ia akan menjadi pengikut dajjal atau sejenisnya jika Allah tidak mencurahkan rahmat-Nya kepadanya. Sebab, Allah akan menunjukkan perkara-perkara aneh serta fitnah melalui tangan dajjal. Hanya orang –orang yang diberi hidayah Allah sajalah yang mampu menghadapinya. Kepada Allah sajalah tempat mengadukan keterasingan pengikut kebenaran dan banyaknya pengikut kebatilan. Mahabenar Allah dengan firman-Nya. Sesungguhnya kami menolong rasul- rasul kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat) (Al-Mukmin 51) 2) Catatan kaki: 1. Imam Bukhari menulis di dalam kitab shahih beliau sebuah bab dengan judul: Seseorang Melihat Nabi di dalam Mimpi. Beliau mencantumkan sebuah hadits dari Abu Hurairah yang berbunyi: Barangsiapa yang bermimpi melihatku di dalam mimpinya, maka sungguh ia telah melihat aku (seperti waktu terjaga) sebab syaithan tidak bisa menyerupaiku. (HR Bukhari). Ibnu Sirrin berkata, Yaitu apabila ia itu telah melihat bentuk asli beliau. pent.] 2. Kisah wasiat palsu itu hampir sama dengan kisah surat perjanjian palsu, yaitu sebuah kisah yang terjadi pada bulan Syawal tahun 701 H. Pada waktu itu diadakan sebuah majelis yang dihadiri oleh orang-orang Yahudi Khaibar. Majelis tersebut memutuskan bahwa mereka diwajibkan membayar jizyah (upeti) seperti pendahulu mereka. Tiba-tiba mereka mengeluarkan sebuah surat perjanjian dari Rasulullah,menurut pengakuan mereka. Isinya menyebutkan bahwa Nabi menghapus jizyah atas orang-orang Yahudi. Ketika diteliti oleh para ahli fiqih ternyata surat itu palsu. Ibnu Katsir mengatakan :Aku sudah melihat
langsung surat itu, di dalamnya terdapat persaksian dari Saad bin Muadz pada hari Khaibar, padahal ia telah wafat beberapa tahun sebelumnya. Silahkan lihat kisahnya didalam kitab Bidayah wa Nihayah

Jauhilah olehmu banyak bicara (yang tidak bermanfaat) dan jagalah mulutmu

Wahai kaum muslimin 1. Jauhilah olehmu banyak bicara (yang tidak bermanfaat) dan jagalah mulutmu dari cerewet. Sesungguhnya Allah berfirman: Tiada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. (An-Nisa':114) Ketahuilah bahwa di sana ada orang
yang menghisab pembicaraanmu dan
menghitungnya atasmu. Allah
berfirman: Seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (Qoof:17-18) Ringkaslah pembicaranmu, dan bicaralah sebatas maksud dan tujuanmu. 2. Bacalah Al-Qur'an Al-Kariem, dan berusahalah agar ia menjadi wirid harianmu, juga berusahalah untuk menghafalkannya sesuai dengan kemampuanmu, agar engkau memperoleh pahala yang besar kelak di hari kiaat. Diriwayatkan dari Abdullah bin Amir Radhiyallahu 'Anhu, dari Nabi Shallahu
'Alaihi wa Sallam beliau bersabda: Kelak (di hari kiamat) akan dikatakan kepada pembaca al-qur'an, bacalah, pelan-pelanlah dan tartilah (dalam membacanya) sebagaimana kamu mentartilkannya ketika di dunia, sesungguhnya tempat dan kedudukanmu ada pada akhir ayat yang kamu baca. (Hadits Shahih, Tirmidzi, 1329) 3. Tidak baik jika kamu membicarakan
semua pembicaraan yang telah kamu dengar, sebab yang demikian itu memberi peluang kepadamu untuk jatuh dalam lubang kebohongan. Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu meiwayatkan, sesungguhnya Nabi Shallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: Cukuplah seorang dianggap sebagai pembohong, jika dia membicarakan semua apa yang telah didengarnya. (Muslim dalam Mukaddimahnya, hadits
No:5) 4. Jauhila sifat sombong dan bangga diri dengan sesuatu yang bukan milikmu karena untuk pamer dan menyombongkan diri di depan manusia. Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu 'Anha bahwa ada seorang perempuan
yang berkata: wahai Rasulullah, aku katakan bahwa suamiku telah memberiku sesuatu yang tidak pernah diberikan kepadaku. Kemudian Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: Orang yang merasa kenyang dengan sesuatu yang tidak diberikan kepadanya sebagaimana orang yang memakai pakaian kepalsuan. (Muttafaq Alaih) 5. Sesungguhnya dzikir kepada Allah memiliki pengaruh yang agung bagi kehidupan ruh, jiwa, badan, dan sosial
seorang muslim. Oleh karena itu wahai
ukhti muslimah berusahalah berdzikir kepada Allah dalam setiap saat dan keadaan, sesungguhnya Allah telah memuji hamba-hamba-Nya yang ikhlas kepada-Nya, firman-Nya: Yaitu orang-orang yang mengingat (dzikir) Allah sambil berdiri, atau duduk atau dalam keadaan berbaring.
(Ali Imran:191) Abdullah bin Basar Radhiyallahu 'Anhu mengatakan: bahwa ada seorang laki-laki berkata: Wahai Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam sesungguhnya telah banyak syareat Islam yang telah aku ketahui (dan telah aku jalankan), dan sekarang beritahukanlah kepadaku tentang sesuatu yang bisa aku jaga dan jalankan. Beliau bersabda: senantiasa engkau basahi lisanmu dengan dzikir kepada Allah. (Shahih, Sunan Tirmidzi, 2687) 6. Jika engkau hendak berbicara janganlah engkau agung-agungkan, jangan engkau fasih-fasihkan, dan jangan pula engkau buat-buat, sebab yang demikian itu adalah sifat yang dibenci oleh Rasulullah Shallahu 'Alaihi
wa Sallam beliau bersabda: Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh tempat duduknya kelak di hari kiamat ialah mereka yang suka bicara (yang tidak berfaedah), dan yang suka mengada- adakan pembicaraannya, dan para Mutafaihiqun (orang yang mengagung-agungkan pembicaraan bohong). (Hadits Shahih diriwayatkan oleh Tirmidzi, 1642) 7. Hendaklah engkau berteladan kepada Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam , yang senantiasa lebih banyak diam dan berfikir, tidak memperbanyak tertawa berlebih- lebihan di dalamnya. Diriwayatkan dari Sammak, ia berkata: aku berkata kepada Jabir bin Samurah: pernahkah kamu duduk (bermajlis) dengan Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam ? Dia menjawab: pernah, beliau itu banyak diam dan sedikit tertawa. Pernah para sahabatnya membaca syair dan menceritakan tentang urusan mereka, lalu mereka tertawa, tetapi Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam ketika itu hanya sekedar tersenyum. (Musnad Ahmad, 5/86) Jika kamu berbicara, maka batasilah pembicaraanmu hanya yang baik- baik saja, jika kamu tidak bisa maka diam itu lebih baik bagimu. Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia mengatakan yang baik atau lebih baik diam. (Bukhari) 8. Janganlah sekali-kali memutus pembicaraan orang lain atau membantahnya atau menampakkan pelecehan terhadapnya, tetapi jadilah pendengar yang baik yang mendengarkan pembicaraan orang lain dengan sopan (sebagai tanda budi baikmu), dan jika engkau terpaksa membantah ucapan mereka bantahlah dengan cara yang lebih baik (untuk menampakkan kepribadianmu). 9. Waspadalah sepenuhnya dengan sikap mengejek dan merendahkan dialek pembicaraan orang lain, seperti terhadap orang yang kurang lancar bicaranya atau terhadap mereka yang berbicara dengan tersendat-sendat. Allah berfirman: Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok
kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka yang mengolok- olok, dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita (yang diolok-olokkan) lebih baik dari wanita
(mengolok-olok). (Al-Hujurat:11) Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: Seorang muslim adalah saudara orang muslim yang lainnya, tidak boleh mendzaliminya, tidak boleh menghinanya dan tidak juga meremehkannya ...., cukuplah seseorang telah berbuat kejahatan jika ia meremehkan saudaranya yang muslim. (HR.Muslim, 2564) 10. Jika engkau mendengar bacaan Al-Qur'an al-Karim, maka hentikan pembicaraanmu apapun masalah yang sedang engkau bicarakan, karena menghormati terhadap kalamullah, dan untuk mengindah perintah-Nya yang mana Dia telah berfirman: Dan apabila dibacakan Al-Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan baik (tenang) agar kamu mendapat rahmat. (Al-'Araf:204) 11. Senantiasa menimbang kata-kata (ucapanmu) sebelum diucapkan oleh lisanmu, dan berusahlah agar kalimat yang terucap oleh lisanmu adalah kalimat yang baik dan menyejukkan tetap dalam kerangka jalan kebaikan, jauh dari keburukan dan sesutau yang menghantarkan kepada murka Allah. Sesungguhnya kata-kata itu memiliki tanggung jawab yang besar, sudah berapa banyak kata-kata yang memasukkan pengucapnya ke dalam surga, sebaliknya sudah berapa banyak kata-kata yang menenggelamkan pengucapnya ke lembah Jahannam. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu dari Nabi Shallahu 'Alaihi wa Sallam beliau bersabda: Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan sebuah pembicaraan yang mengandung ridla Allah, seakan-akan manusia tidak peduli dengannya maka Allah akan mengangkatnya dengannya beberapa derajat, dan seorang hamba berbicara dengan suatu yang dimurkai Allah, seakan-akan manusia tidak peduli dengannya maka Allah menceburkannya karenanya ke dalam lembah Jahannam. (HR. Bukhari, 6478) Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Muadz bin Jabal Radhiyallahu 'Anhu bertanya kepada Nabi Shallahu 'Alaihi wa Sallam : Apakah kita ini akan
dimintai pertanggungjawaban atas kalimat yang kita ucapkan? Beliau bersabda: ibumu telah kehilangan dirimu membinasakanmu wahai Muadz, tidaklah ada seorang manusia yang ditelungkupkan wajahnya kedalam neraka, kecuali disebabkan oleh hasil lisannya. (Hadits Shahih, diriwayatkan oleh Tirmidzi, 2110) 12. Pergunakanlah lisanmu untuk beramar ma'ruf dan nahyu munkar serta untuk berdakwah kepada kebaikan, karena lisan adalah nikmat Allah yang agung yang telah dikaruniakan kepadamu. Allah berfirman: Tidak ada kebaikan pada kebanyakan
bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia. (An-Nisa':114) Diketik ulang dari: Nasehat kepada para Muslimah (Bagian Satu), 'Abdul 'Aziz al-Muqbil