Nonton iklan bentar ya...!!!

Thursday 30 June 2011

Membiasakan MembacaAl Quran

Al Quran adalah kitab suci umat Islam
yang digunakan sebagai sumber
hukum sekaligus tuntunan, pedoman,
dan pegangan hidup seluruh umat
Islam. Al Quran merupakan petunjuk
dan penyelamat kita di dunia maupun di akhirat. Ayat-ayat suci yang
terdapat di dalam Al Quran bagaikan
puisi-puisi terindah sepanjang masa. Membaca Al Quran merupakan salah
satu ibadah yang wajib bagi umat
Islam. Umat Islam yang senantiasa
membaca Al Quran ikhlas karena Allah
swt maka Allah swt akan
melimpahkan rahmat dan ridho-Nya, sehingga ia selalu berada di dalam
lindungan Allah swt. Al Quran,
memang sebuah petunjuk yang
menuntun umat Islam dan menjadi
cahaya kehidupan. Selain itu,
membaca Al Quran mampu membuat hati seseorang menjadi lebih tenang,
karena Al Quran merupakan obat
penawar segala macam penyakit, baik
rohani maupun jasmani pada diri
manusia. Seperti dalam firman Allah swt dalam
surat Yunus ayat 57 yang berbunyi:
“Wahai manusia, sesungguhnya telah
datang kepadamu pelajaran dari
Tuhan-mu dan penyembuh bagi
penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang
beriman.” (QS. Yunus:57) Perintah membaca Al Quran terdapat
dalam surat Al Alaq ayat 1-5, yang
menjelaskan pentingnya membaca Al
Quran. Namun tidak sebatas
membacanya saja, melainkan penting
pula untuk mempelajarinya, mengkaji lebih dalam, menghayatinya, serta
mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Sedangkan dalam hadits
menyebutkan bahwa membaca Al
Quran akan mendatangkan pahala
bagi yang membacanya. Rasulullah saw bersabda: “Bacalah kamu akan Al-Quran,
sesungguhnya (al-Quran) akan
datang pada hari kiamat memberi
syafaat kepada pembaca-
pembacanya.” (HR. Muslim) “Barangsiapa membaca satu huruf
dari kitab Allah maka baginya satu
kebaikan, dan satu kebaikan itu
dibalas sepuluh kali lipatnya. Aku
tidak mengatakan alif lam mim itu satu
huruf; tetapi alif satu huruf; lam satu huruf dan mim satu huruf.” (HR.
Tarmidzi) Membaca Al Quran perlu diajarkan dan
dibiasakan sejak dini. Pada umumnya,
anak-anak usia pra sekolah sudah
mulai dimasukkan oleh orangtuanya
ke suatu lembaga pendidikan islam
seperti TPA/TPQ. Di lembaga pendidikan tersebut anak akan
diajarkan membaca huruf arab
dengan menggunakan buku “Iqro”
hingga belajar membaca Juz Amma
dan Al Quran. Sedari kecil, umat Islam
diharapkan terbiasa dan senantiasa membaca, mencintai, dan menghayati
Al Quran. Namun, peran orangtua dalam
membiasakan anak membaca Al
Quran juga sangat penting terutama di
dalam rumah. Rumah merupakan
tempat pertama kali anak mendapat
pendidikan, terutama dari orangtuanya. Didikan orangtua di
rumah akan terlihat pada
pembentukan kepribadian sang anak.
Apabila orangtua mengajarkan hal-
hal yang baik sesuai syariat agama
Islam, maka ajaran atau didikan tersebut akan selalu tertanam pada
anak hingga ia beranjak dewasa. Orangtua, dalam hal ini ayah dan ibu,
tidak hanya memerintahkan atau
menyuruh sang anak untuk
beribadah dan membaca Al Quran.
Ayah dan ibu di rumah wajib
memberikan contoh teladan. Misalnya saja dengan senantiasa membaca Al
Quran di rumah setelah sholat
maghrib atau subuh, ataupun di
waktu lainnya. Untuk itu, para
orangtua juga diharapkan memiliki
kesadaran dalam membiasakan membaca Al Quran pada dirinya
sendiri terlebih dahulu. Mungkin bagi
yang tidak terbiasa, membaca Al
Quran secara rutin akan terasa berat.
Namun bila kita berpikir, begitu
banyak waktu yang dapat kita habiskan untuk menonton televisi,
membaca koran atau majalah,
menjelajahi internet, serta kegiatan
yang bersifat duniawi lainnya, maka
tidak ada salahnya bila seharusnya
kita juga dapat meluangkan waktu untuk membaca dan mempelajari Al
Quran. Apabila orangtua sudah
membiasakan dirinya membaca Al
Quran, maka untuk seterusnya dapat
mengajak sang anak untuk membaca
bersama, mengajarkannya, dan
bertadabur. Memanfaatkan waktu dengan beribadah dengan seluruh
anggota keluarga di rumah
merupakan saat yang sangat
berharga dibandingkan dengan
kegiatan lainnya. Betapa pentingnya membiasakan
membaca Al Quran sejak dini. Bila
sudah ditanamkan sejak kecil, Insya
Allah akan terus menjadi kebiasaan
hingga anak beranjak dewasa dan
seterusnya. Orangtua pun akan bangga dengan kebiasaan membaca
Al Quran pada sang anak. Keadaan
rumah pun akan terasa lebih nyaman
dengan lantunan ayat-ayat suci Al
Quran. Dan yang terpenting adalah
harapan akan rahmat dan ridho Allah swt demi mencapai kebahagiaan dan
keselamatan di dunia dan di akhirat. Wallahualam bishshawab

Kasih Sayang NabiMuhammad sawKepada Anak-Anak

Anak adalah titipan dari Allah
Subhanahu wa ta’alaa sekaligus
karunia yang tak ternilai bagi
kebahagiaan sebuah keluarga. Anak
merupakan generasi penerus di hari
esok kelak yang diharapkan bisa menjadi seorang yang berguna bagi
keluarga dan masyarakat. Masa depan anak merupakan
tanggung jawab orangtuanya yang
mendidik dan membesarkan sang
buah hati. Dalam mendidik anak,
sedapat mungkin orangtua tak hanya
memberikan pendidikan di rumah, namun juga pendidikan formal yang
tinggi. Dan selama mendidik itulah
kasih sayang sangat penting
peranannya dalam membesarkan
anak. Penting pula bagi umat muslim untuk
mendidik anak-anaknya sesuai
dengan yang dicontohkan teladan
kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam terkenal sangat menyayangi anak-anak. Beliau
sungguh memiliki kasih sayang yang
tak terkira bagi anak-anaknya. Dari
Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu ia
berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam pernah membawa putra beliau bernama Ibrahim, kemudian
mengecup dan menciumnya.” (HR.
Bukhari) Kasih sayang Nabi Muhammad saw
tidak terbatas pada anak-anaknya
saja, namun jga kepada seluruh anak-
anak kaum muslimin. Asma’ binti
‘Umais Radhuyallahu ‘anhu (istri Ja’far
bin Abi Thalib) pernah berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam datang menjengukku, beliau
memanggil putra-putri Ja’far. Aku
melihat beliau mencium mereka
hingga menetes air mata beliau. Aku
bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah telah sampai kepadamu berita tentang
Ja’far?” beliau menjawab: “Sudah, dia
telah gugur pada hari ini!” Mendengar
berita itu kamipun menangis.
Kemudian beliau pergi sambil berkata:
“Buatkanlah makanan bagi keluarga Ja’far, karena telah datang berita
musibah yang memberatkan
mereka.” (HR. Ibnu Sa’ad, Tirmidzi dan
Ibnu Majah) Ketika air mata Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menetes
menangisi gugurnya para syuhada
tersebut, Sa’ad bin ‘Ubadah
Radhiyallahu ‘anhu bertanya: “Wahai
Rasulullah, Anda menangis?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab: “Ini adalah rasa kasih
sayang yang Allah Ta’ala letakkan di
hati hamba-hamba-Nya.
Sesungguhnya hamba-hamba yang
dikasihi Allah Ta’ala hanyalah hamba yang memiliki rasa kasih sayang.” (HR.
Bukhari) Ketika air mata Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menetes
disebabkan kematian putra beliau
bernama Ibrahim, Abdurrahman bin
‘Auf Radhiyallahu ‘anhu bertanya
kepada beliau: “Apakah Anda juga menangis wahai Rasulullah?”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab: “Wahai Ibnu ‘Auf, ini
adalah ungkapan kasih sayang yang
diiringi dengan tetesan air mata.
Sesungguhnya air mata ini menetes, hati ini bersedih, namun kami tidak
mengucapkan kecuali yang diridhai
Allah Ta’ala. Sungguh, kami sangat
berduka cita berpisah denganmu
wahai Ibrahim.” (HR. Bukhari) Kasih sayang Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
terlihat dari sikapnya pada setiap
anak-anak yang ditemuinya. Setiap
kali Anas bin Malik melewati
sekumpulan anak-anak, ia pasti mengucapkan salam kepada mereka.
Beliau berkata: “Demikianlah yang
dilakukan Rasulullah saw.” (Muttafaq
‘alaih) Meskipun anak-anak biasa merengek
dan mengeluh serta banyak tingkah,
namun Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam tidaklah marah,
memukul, membentak, dan
menghardik mereka. Beliau tetap berlaku lemah lembut dan tetap
bersikap tenang dalam menghadapi
mereka. Dari Aisyah Rhadiyallahu ‘anhu ia
berkata: “Suatu kali pernah dibawa
sekumpulan anak kecil ke hadapan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
lalu beliau mendoakan mereka,
pernah juga dibawa kepada beliau seorang anak, lantas anak itu kencing
pada pakaian beliau. Beliau segera
meminta air lalu memercikkannya
pada pakaian itu tanpa
mencucinya.” (HR. Al-Bukhari).
Sungguh suatu hal yang sangat terpuji yang patut kita tiru untuk anak-anak
kita. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam juga senang bercanda dengan
anak-anak. Abu Hurairah
Radhiyallahu ‘anhu pernah
menceritakan: “Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah menjulurkan lidahnya bercanda dengan Al-Hasan
bin Ali Radhiyallahu ‘anhu. Iapun
melihat merah lidah beliau, lalu ia
segera menghambur menuju beliau
dengan riang gembira. Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu
menuturkan: “Rasulullah sering
bercanda dengan Zainab, putri Ummu
Salamah Radhiyallahu ‘anhu, beliau
memanggilnya dengan: “Ya Zuwainab,
Ya Zuwainab, berulang kali.” (Zuwainab artinya: Zainab kecil) Begitu perhatian dan sayangnya Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam kepada anak-anak. Bahkan
beliau rela menggendong putrinya
sambil sholat. Beliau sholat sambil
menggendong Umamah putri Zaenab binti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dari suaminya yang bernama
Abul ‘Ash bin Ar-Rabi’. Pada saat
berdiri, beliau menggendongnya dan
ketika sujud, beliau meletakkannya.
(Muttafaq ‘alaih) Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam senantiasa mengajarkan anak-
anak dengan penuh kasih sayang.
Abdullah bin Abbas menuturkan:
“Suatu hari aku berada di belakang
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Wahai anak, aku
akan mengajarkan kepadamu
beberapa kalimat: “Jagalah (perintah)
Allah, pasti Allah akan menjagamu.
Jagalah (perintah) Allah, pasti kamu
selalu mendapatkan-Nya di hadapanmu. Jika kamu meminta,
mintalah kepada Allah, jika kamu
memohon pertolongan, mohonlah
pertolongan kepada Allah.” (HR.
Tirmidzi) Kasih sayang memang hal utama yang
harus dimiliki setiap orang. Anak-
anak pun sangat membutuhkan kasih
sayang, baik dari orangtuanya
maupun dari orang lain. Sikap-sikap
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas patut ditiru oleh para
orangtua dalam membesarkan anak-
anaknya. Perilaku anak sangat
tergantung dari contoh dan teladan
orangtuanya. Oleh karena itu, hanya
akhlak dan budi pekerti yang luhurlah yang akan menjadikan masa depan
anak sesuai dengan yang kita
dambakan