Oleh Dr. H. Rusli Hasbi, MA Allah berfirman dalam surat Al-Maidah
ayat 51-54: ﻯَﺭﺎَﺼَّﻨﻟﺍَﻭ َﺩﻮُﻬَﻴْﻟﺍ ﺍﻭُﺬِﺨَّﺘَﺗ ﺎَﻟ ﺍﻮُﻨَﻣﺍَﺀ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ﺎَﻬُّﻳَﺃﺎَﻳ ْﻢُﻜْﻨِﻣ ْﻢُﻬَّﻟَﻮَﺘَﻳ ْﻦَﻣَﻭ ٍﺾْﻌَﺑ ُﺀﺎَﻴِﻟْﻭَﺃ ْﻢُﻬُﻀْﻌَﺑ َﺀﺎَﻴِﻟْﻭَﺃ َﻦﻴِﻤِﻟﺎَّﻈﻟﺍ َﻡْﻮَﻘْﻟﺍ ﻱِﺪْﻬَﻳ ﺎَﻟ َﻪَّﻠﻟﺍ َّﻥِﺇ ْﻢُﻬْﻨِﻣ ُﻪَّﻧِﺈَﻓ ٌﺽَﺮَﻣ ْﻢِﻬِﺑﻮُﻠُﻗ ﻲِﻓ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ﻯَﺮَﺘَﻓ (51) ﺎَﻨَﺒﻴِﺼُﺗ ْﻥَﺃ ﻰَﺸْﺨَﻧ َﻥﻮُﻟﻮُﻘَﻳ ْﻢِﻬﻴِﻓ َﻥﻮُﻋِﺭﺎَﺴُﻳ ْﻦِﻣ ٍﺮْﻣَﺃ ْﻭَﺃ ِﺢْﺘَﻔْﻟﺎِﺑ َﻲِﺗْﺄَﻳ ْﻥَﺃ ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَﺴَﻌَﻓ ٌﺓَﺮِﺋﺍَﺩ ْﻢِﻬِﺴُﻔْﻧَﺃ ﻲِﻓ ﺍﻭُّﺮَﺳَﺃ ﺎَﻣ ﻰَﻠَﻋ ﺍﻮُﺤِﺒْﺼُﻴَﻓ ِﻩِﺪْﻨِﻋ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ِﺀﺎَﻟُﺆَﻫَﺃ ﺍﻮُﻨَﻣﺍَﺀ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ُﻝﻮُﻘَﻳَﻭ(52)َﻦﻴِﻣِﺩﺎَﻧ ُﻝﻮُﻘَﻳَﻮْﻤُﻜَﻌَﻤَﻟ ْﻢُﻬَّﻧِﺇ ْﻢِﻬِﻧﺎَﻤْﻳَﺃ َﺪْﻬَﺟ ِﻪَّﻠﻟﺎِﺑ ﺍﻮُﻤَﺴْﻗَﺃ َﺪْﻬَﺟ ِﻪَّﻠﻟﺎِﺑ ﺍﻮُﻤَﺴْﻗَﺃ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ِﺀﺎَﻟُﺆَﻫَﺃ ﺍﻮُﻨَﻣﺍَﺀ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ﺍﻮُﺤَﺒْﺻَﺄَﻓ ْﻢُﻬُﻟﺎَﻤْﻋَﺃ ْﺖَﻄِﺒَﺣ ْﻢُﻜَﻌَﻤَﻟ ْﻢُﻬَّﻧِﺇ ْﻢِﻬِﻧﺎَﻤْﻳَﺃ َّﺪَﺗْﺮَﻳ ْﻦَﻣ ﺍﻮُﻨَﻣﺍَﺀ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ﺎَﻬُّﻳَﺃﺎَﻳ(53)َﻦﻳِﺮِﺳﺎَﺧ ْﻢُﻬُّﺒِﺤُﻳ ٍﻡْﻮَﻘِﺑ ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻲِﺗْﺄَﻳ َﻑْﻮَﺴَﻓ ِﻪِﻨﻳِﺩ ْﻦَﻋ ْﻢُﻜْﻨِﻣ ﻰَﻠَﻋ ٍﺓَّﺰِﻋَﺃ َﻦﻴِﻨِﻣْﺆُﻤْﻟﺍ ﻰَﻠَﻋ ٍﺔَّﻟِﺫَﺃ ُﻪَﻧﻮُّﺒِﺤُﻳَﻭ ﺎَﻟَﻭ ِﻪَّﻠﻟﺍ ِﻞﻴِﺒَﺳ ﻲِﻓ َﻥﻭُﺪِﻫﺎَﺠُﻳ َﻦﻳِﺮِﻓﺎَﻜْﻟﺍ ْﻦَﻣ ِﻪﻴِﺗْﺆُﻳ ِﻪَّﻠﻟﺍ ُﻞْﻀَﻓ َﻚِﻟَﺫ ٍﻢِﺋﺎَﻟ َﺔَﻣْﻮَﻟ َﻥﻮُﻓﺎَﺨَﻳ 54)ٌﻢﻴِﻠَﻋ ٌﻊِﺳﺍَﻭ ُﻪَّﻠﻟﺍَﻭ ُﺀﺎَﺸَﻳ) Artinya: “Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu mengambil
orang-orang Yahudi dan Nasrani
menjadi pemimpin-pemimpin(mu);
sebahagian mereka adalah pemimpin
bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu
mengambil mereka menjadi
pemimpin, maka sesungguhnya
orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Maka kamu akan melihat orang-
orang yang ada penyakit dalam
hatinya (orang-orang munafik)
bersegera mendekati mereka (Yahudi
dan Nasrani), seraya berkata: “Kami
takut akan mendapat bencana”. Mudah-mudahan Allah akan
mendatangkan kemenangan (kepada
Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan
dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka
menjadi menyesal terhadap apa yang
mereka rahasiakan dalam diri mereka. Dan orang-orang yang beriman akan
mengatakan: “Inikah orang-orang
yang bersumpah sungguh-sungguh
dengan nama Allah, bahwasanya
mereka benar-benar beserta kamu?”
Rusak binasalah segala amal mereka, lalu mereka menjadi orang-orang
yang merugi. Hai orang-orang yang
beriman, barangsiapa di antara kamu
yang murtad dari agamanya, maka
kelak Allah akan mendatangkan
suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-
Nya, yang bersikap lemah lembut
terhadap orang yang mu’min, yang
bersikap keras terhadap orang-orang
kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan
yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia
Allah, diberikan-Nya kepada siapa
yang dikehendaki-Nya, dan Allah
Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha
Mengetahui”. (QS 5:51-54) Memilih Pemimpin ﺍﻮُﻨَﻣﺍَﺀ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ﺎَﻬُّﻳَﺃﺎَﻳ (Ya ayyuha allazina amanu,) Wahai orang-orang yang beriman,…
Ini adalah seruan Allah khusus untuk
mereka yang beriman, ُﺀﺎَﻴِﻟْﻭَﺃ ْﻢُﻬُﻀْﻌَﺑ َﺀﺎَﻴِﻟْﻭَﺃ ﻯَﺭﺎَﺼَّﻨﻟﺍَﻭ َﺩﻮُﻬَﻴْﻟﺍ ﺍﻭُﺬِﺨَّﺘَﺗ ﺎَﻟ ٍﺾْﻌَﺑ (la tattakhizu al-Yahuda wa an- Nashara auliya-a, ba’dhuhum auliya-u ba’dhin.) …janganlah sekali-kali kamu
mengangkat orang Yahudi dan
Nasrani sebagai pemimpin kamu. Apa hikmah di balik pelarangan itu?
Sebelumnya kita harus ketahui bahwa
kaum Yahudi dan Nasrani tidak
pernah senang dengan keberadaan
kita umat Islam dan agama yang kita
anut. Mereka baru senang jika kita memeluk dan mengikuti ajaran
mereka. Kalau mereka diangkat
menjadi pemimpin umat Islam, itu
berarti mereka diberikan peluang
untuk melaksanakan misi-misi
mereka, yaitu menghancurkan akidah umat Islam dan menjadikan kita
penganut-penganut agama mereka. Allah telah memberikan warning
kepada kita dalam surat al-Baqarah,
yaitu walan tardha ‘anka al-Yahudu
wala an-Nashara hatta tattabi’a
milltahum….Mereka orang-orang
Yahudi tidak akan pernah ridha dan senang kepadamu sampai kamu
mengikuti agama, sistem nilai, dan
pola berpikir mereka. Ini cukup
menjadi peringatan bagi kita agar
lebih selektif dalam memilih pemimpin.
Jangan sampai kita memberi peluang untuk mereka yang jelas-jelas
memusuhi kita dari dulu. ﻱِﺪْﻬَﻳ ﺎَﻟ َﻪَّﻠﻟﺍ َّﻥِﺇ ْﻢُﻬْﻨِﻣ ُﻪَّﻧِﺈَﻓ ْﻢُﻜْﻨِﻣ ْﻢُﻬَّﻟَﻮَﺘَﻳ ْﻦَﻣَﻭ 51)َﻦﻴِﻤِﻟﺎَّﻈﻟﺍ َﻡْﻮَﻘْﻟﺍ) (Wa man yatawallahum minkum fainnahu minhum.) Kalau di antara kalian (umat Islam)
ada yang melantik orang Nasrani dan
Yahudi sebagai pemimpin umat Islam,
fa innahu minhum… percayalah orang
itu temasuk kaum Yahudi dan Nasrani
juga. Innallaha la yahdi al- qauma adh-dhalimina… Allah tidak akan
memberi hidayah sedikit pun kepada
kaum-kaum yang zalim. Kaum yang
zalim adalah orang yang mengambil
Nasrani dan Yahudi menjadi
pemimpin, sedangkan dia sendiri adalah seorang muslim. Mengangkat Pembantu Jangankan untuk menjadi pemimpin,
untuk menjadi pembantu pun
peluang seorang Yahudi dan Nasrahi
patut dipertanyakan. Dari ‘Ayyadh
diceritakan bahwa Saidina Umar Ra
memerintahkan Abu Musa Al Asy’ari (sahabat Nabi) untuk memberikan
laporan tentang apa yang telah
diambil dan diberikan oleh rakyat.
Wakana lahu katib nasrani.. Abi Musa
mempunyai seorang sekretaris yang
beragama Nasrani. Farafa’a ilaihi… kemudian Abu Musa menyuruh
sekretarisnya untuk membacakan isi
laporan. Laporan tersebut ternyata
sangat detil dan teliti. Umar r.a. yang
tidak mengetahui status agama yang
dianut oleh sekretaris tersebut menjadi kagum dan berkata, “inna
haza lahafidz” ini memang jujur sekali.
Kemudian Umar berkata, “Hal anta
qori’ lana kitaban fil masjid ja-a min
Syam?” Umar menawarkan kepada
sektretaris tersebut untuk membacakan di dalam masjid sebuah
surat yang baru saja tiba dari Syam
(Suriah). Namun Abu Musa menyela dengan
mengatakan bahwa seketretaris
tersebut tidak bisa membacakan surat
tersebut di Masjid. Lalu Umar bertanya
kenapa. Apakah karena ia berjunub
sehingga tidak bisa masuk masjid? Faqala la bal nasrani.. “dia tidak
berjunub, tetapi dia seorang Nasrani”.
Saidina Umar langsung marah dan
memukul paha Abi Musa. tsumma qala
akhrijuhu, kata saidina Umar,
“keluarkan Nasrani itu dari sini!” Di sini kita pahami bahwa masalah
pemilihan sosok pemimpin (dan
pembantu – red) adalah masalah
sensitif yang perlu kehati-hatian.
Jangan sampai kita diatur oleh orang-
orang yang telah jelas-jelas perannya bagi umat Islam dilarang oleh Allah
SWT. Sikap Orang Munafik َﻥﻮُﻋِﺭﺎَﺴُﻳ ٌﺽَﺮَﻣ ْﻢِﻬِﺑﻮُﻠُﻗ ﻲِﻓ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ﻯَﺮَﺘَﻓ ﺦﻟﺍ..……ٌﺓَﺮِﺋﺍَﺩ ﺎَﻨَﺒﻴِﺼُﺗ ْﻥَﺃ ﻰَﺸْﺨَﻧ َﻥﻮُﻟﻮُﻘَﻳ ْﻢِﻬﻴِﻓ (Fatara allazina fi qulubihim maradhun yusari’una fihim yaquluna nakhsya an tushibana da-irah….dst.) Wahai Muhammad, engkau akan
melihat sebagian orang yang dalam
hatinya ada bibit-bibit kemunafikan
dan keraguan bergegas memilih
orang-orang Nasrani dan Yahudi
sebagai pemimpin mereka serta mencintai mereka dengan sepenuh
hati. Mereka mengira bahwa kedua
kaum tersebut akan dapat menolong
dan menyelamatkan kaum muslimin
dari serangan kaum kafir Mekkah dan
dengan bantuan mereka Allah akan memberikan kemenangan kepada
Rasul dan umatnya sehingga dapat
menaklukkan Mekkah. Lalu dengan
kemenangan itu, mereka (kaum
munafik) berharap akan dapat
memegang kendali atas kaum muslimin. Ibnu Katsir mengatakan bahwa ayat
ini turun sebelum penaklukan kota
Mekkah. Beberapa waktu kemudian
Mekkah dapat ditaklukkan oleh kaum
muslimin berkat pertolongan Allah
dan bukan karena bantuan orang- orang Yahudi dan Nasrani. Kaum
munafik akhirnya menyesal karena
gagal memegang kendali atas negara,
sebaliknya umat Islamlah yang
berkuasa. ﺍﻮُﻤَﺴْﻗَﺃ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ِﺀﺎَﻟُﺆَﻫَﺃ ﺍﻮُﻨَﻣﺍَﺀ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ُﻝﻮُﻘَﻳَﻭ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ُﻝﻮُﻘَﻳَﻮْﻤُﻜَﻌَﻤَﻟ ْﻢُﻬَّﻧِﺇ ْﻢِﻬِﻧﺎَﻤْﻳَﺃ َﺪْﻬَﺟ ِﻪَّﻠﻟﺎِﺑ ْﻢِﻬِﻧﺎَﻤْﻳَﺃ َﺪْﻬَﺟ ِﻪَّﻠﻟﺎِﺑ ﺍﻮُﻤَﺴْﻗَﺃ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ِﺀﺎَﻟُﺆَﻫَﺃ ﺍﻮُﻨَﻣﺍَﺀ ﺍﻮُﺤَﺒْﺻَﺄَﻓ ْﻢُﻬُﻟﺎَﻤْﻋَﺃ ْﺖَﻄِﺒَﺣ ْﻢُﻜَﻌَﻤَﻟ ْﻢُﻬَّﻧِﺇ 53)َﻦﻳِﺮِﺳﺎَﺧ) (Wayaqulu allazina amanu aha-ula-i allazina aqsamu billahi jahda aimanihim…dst.) Ibnu Katsir menjelaskan dalam kitab
tafsirnya bahwa setelah Allah
membuka kedok kaum munafik dan
siasat-siasat mereka, kaum muslimin
menjadi terheran-heran dan
mengatakan, “Inikah orang-orang yang dulunya mengaku bagian dari
kita?” Orang Murtad ِﻪِﻨﻳِﺩ ْﻦَﻋ ْﻢُﻜْﻨِﻣ َّﺪَﺗْﺮَﻳ ْﻦَﻣ ﺍﻮُﻨَﻣﺍَﺀ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ﺎَﻬُّﻳَﺃﺎَﻳ ُﻪَﻧﻮُّﺒِﺤُﻳَﻭ ْﻢُﻬُّﺒِﺤُﻳ ٍﻡْﻮَﻘِﺑ ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻲِﺗْﺄَﻳ َﻑْﻮَﺴَﻓ (Ya ayyuha allazina amanu man yartadda minkum ‘an dinihi fa saufa ya’tiyallahu biqaumin yuhibbuhum wayuhibbuhanu.) Wahai orang-orang yang beriman,
siapa saja di antara kamu yang murtad
dari agamanya, maka Allah akan
menggantikan mereka dengan
mendatangkan suatu kaum yang
dicintai dan diridhai Allah dan mereka pun mencintai-Nya. Sifat Muslim Sejati َﻦﻳِﺮِﻓﺎَﻜْﻟﺍ ﻰَﻠَﻋ ٍﺓَّﺰِﻋَﺃ َﻦﻴِﻨِﻣْﺆُﻤْﻟﺍ ﻰَﻠَﻋ ٍﺔَّﻟِﺫَﺃ َﺔَﻣْﻮَﻟ َﻥﻮُﻓﺎَﺨَﻳ ﺎَﻟَﻭ ِﻪَّﻠﻟﺍ ِﻞﻴِﺒَﺳ ﻲِﻓ َﻥﻭُﺪِﻫﺎَﺠُﻳ ٍﻢِﺋﺎَﻟ (azillatin ‘ala al-mukminina a-’izzatin ‘ala al-kafirina, yujahiduna fisabilillahi wala yakhafuna laumatan la-im.) Kaum tersebut bersikap lemah lembut
terhadap kaum muslimin dan bersikap
keras dan tegas terhadap kaum kafir.
Inilah sifat-sifat muslim sejati yang
pandai memposisikan diri. Mereka
adalah saudara dan kawan setia bagi sesama muslim, sebaliknya adalah
lawan yang tangguh dan keras
terhadap musuh. Mereka berjihad di
jalan Allah dan tidak takut dengan
apapun yang terjadi, sekalipun
mereka menjadi bahan cemoohan dan ejekan orang-orang yang tidak
senang dengan tindakan mereka.
Ibnu Katsir merincikan jihad yang
mereka lakukan, seperti taat kapada
Allah, menegakkan keadilan dengan
menghukum orang yang bersalah, melawan musuh, mengajak manusia
kepada kebaikan dan mencegah
mereka dari kemungkaran. ٌﻊِﺳﺍَﻭ ُﻪَّﻠﻟﺍَﻭ ُﺀﺎَﺸَﻳ ْﻦَﻣ ِﻪﻴِﺗْﺆُﻳ ِﻪَّﻠﻟﺍ ُﻞْﻀَﻓ َﻚِﻟَﺫ 54)ٌﻢﻴِﻠَﻋ) (Zalika fadlum minallahi yu’tihi man yasyak, wallahu wasi’un ‘alim.) Sikap seperti itu (lembut terhadap
muslim dan keras terhadap musuh)
merupakan sebuah rahmat dari Allah
bagi mereka yang mengamalkannya.
Hal ini jangan dibantah lagi.
Sesungguhnya ilmu Allah itu Maha luas dan Allah Maha mengerti segala-
galanya. Kesimpulan Supaya pembelajaran kita lebih
terarah, saya selalu berusaha
menyisipkan pada akhir pertemuan
kita beberapa kesimpulan. Yang
dimaksud kesimpulan bukan
ringkasan, tetapi buah yang bisa langsung dipetik dari pertemuan ini
untuk dimakan (diamalkan) dalam
rangka memperbaiki gizi iman dan
Islam kita. Di antara beberapa kesimpulan kajian
kita tentang surat Al-Maidah ayat
52-54 adalah: Jangan pernah bermimpi orang-
orang yang berbeda akidah
dengan Anda akan menjadi
pemimpin setia Anda. Di
permukaan boleh jadi mulut
mereka sangat manis, tetapi hati mereka tidak pernah
mencerminkan apa yang mereka
sampaikan. Mereka tidak pernah
senang pada Anda sampai Anda
masuk pada agama mereka.
Rahasia isi hati mereka dibongkar oleh Allah supaya Anda tidak
terkecoh. Kedekatan dengan orang-orang
Yahudi dan Nasrani adalah ciri-ciri
kemunafikan. Orang munafik
juga harus diwaspadai, jangan
sampai menjadi pemimpin bagi
kaum muslimin. Strategi mereka adalah menghancurkan Islam
dari dalam. Orang-orang yang murtad dari
agama Islam tidak akan
merugikan Allah sedikit pun.
Allah lebih senang kepada orang
beriman yang Allah cinta kepada
mereka dan mereka pun cinta kepada Allah. Jadi, cinta Allah
(mencintai ajaran-Nya, rasul-Nya
dan agama-Nya) adalah salah
satu ciri orang yang jauh dari
kemurtadan. Sikap lembut kepada saudara
seiman dan seagama harus
dipupuk di antara kaum
muslimin. Jauhilah pertentangan
di kalangan umat. Permasalahan
kecil jangan dibesar-besarkan tapi disikapi dengan arif dan
penuh kelembutan. Terhadap orang-orang kafir,
orang-orang munafik, atheis,
atau mereka yang membenci
Islam, sikap umat Islam sudah
jelas sebagaimana dituntun
dalam Al-Quran. Tetapi bersikap keras tidak berarti kasar atau
memusuhi. Hanya kalau Islam
dimusuhi dan dipojokkan,
barulah Islam bersikap keras dan
tegas terhadap mereka. Tetapi
sejauh tidak ada tanda-tanda permusuhan dari mereka, Islam
tidak keluar untuk menggangu
siapa pun. Kalau diperhatikan, kalimat “Ya
ayyuha allazina amanu” (wahai
orang-orang yang beriman)
sering digunakan dalam Al-
Quran, lalu diikuti dengan
bermacam-macam seruan kepada kebaikan (jihad). Ini
mengindikasikan pentingnya
keimanan dalam kehidupan umat
manusia. Hidup tidak akan berarti
tanpa adanya iman dan jihad.
Jihad seorang mukmin adalah mengajak, mengarahkan,
menuntun manusia kepada
kebaikan dan mencegah,
membela, menghindarkan
mereka dari kemungkaran.
No comments:
Post a Comment