Nonton iklan bentar ya...!!!

Sunday, 1 May 2011

Surga dan Neraka Membuat LupaPengalaman Hidup di Dunia

Allah menggambarkan kehidupan
dunia ini sebagai senda gurau dan
permainan belaka. Sementara
kehidupan akhirat sebagai
kehidupan yang sebenarnya.
Artinya, Allah mengkondisikan kita untuk memandang dunia dengan
santai tidak terlalu serius. Karena di
dunia ini tidak ada keadaan yang
benar-benar bisa dikatakan bahagia
atau sebaliknya sedih. Di dunia ini
tidak ada keberhasilan hakiki maupun kegagalan sejati. Segala
sesuatu di dunia ini bersifat fana alias
sementara. Kadang seseorang
bahagia kadang seseorang sedih.
Kadang ia berhasil kadang ia gagal.
Itulah dunia dengan segala tabiat sementaranya. Sebaliknya dengan kehidupan
dunia, kehidupan akhirat
merupakan kehidupan sejati. Tidak
ada orang berbahagia di akhirat
untuk jangka waktu singkat saja.
Dan tidak ada pula yang mengalami penderitaan sementara saja, kecuali
Allah menghendaki selain itu. “Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-
main. Dan sesungguhnya akhirat
itulah yang sebenarnya kehidupan,
kalau mereka mengetahui.” (QS Al- Ankabut ayat 64) Allah ta’aala menghendaki agar orang bertaqwa memandang
kehidupan akhirat dengan penuh
kesungguhan karena di sanalah
kehidupan sejati akan dijalani
manusia. Sedangkan terhadap dunia
Allah ta’aala menghendaki orang bertaqwa agar berlaku proporsional
saja dan tidak terlampau ngoyo
dalam meraih keberhasilannya.
Sebab kehidupan dunia ini Allah
ta’aala gambarkan sebagai tempat dimana orang sekedar bermain-main
dan bersenda-gurau. Namun dalam kehidupan kita
dewasa ini kebanyakan orang malah
sangat serius bila menyangkut
urusan kehidupan dunia. Mereka
siap mengerahkan tenaga, fikiran,
dana dan waktu all out untuk menggapai keberhasilan
duniawinya. Sedangkan bila
menyangkut urusan akhirat mereka
hanya mengerahkan tenaga dan
waktu sisa, fikiran sampingan serta
dana receh. Jika hal ini terjadi kepada kaum kafir alias tidak
beriman kita tentu bisa maklumi. Tapi
di dalam zaman penuh fitnah ini
tidak sedikit saudara muslim yang
kita saksikan bertingkah dan
berpacu merebut dunia laksana kaum kafir. Allah memang
menggambarkan bahwa kaum yang
tidak beriman sangat peduli dan
faham akan sisi material kehidupan
dunia ini. Namun mereka lalai dan
tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai kehidupan akhirat. “Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia;
sedang mereka tentang (kehidupan)
akhirat adalah lalai.” (QS ArRuum ayat 7) Sahabat Ali bin Abi Thalib
radhiyallahu ’anhu pernah berkata: ”Bilamana manusia menemui ajalnya, maka saat itulah dia bangun dari
tidurnya”. Sungguh tepat ungkapan beliau ini. Sebab kelak di akhirat
nanti manusia akan menyadari
betapa menipunya pengalaman
hidupnya sewaktu di dunia. Baik
sewaktu di dunia ia menikmati
kesenangan maupun menjalani penderitaan. Kesenangan dunia
sungguh menipu. Penderitaan
duniapun menipu. Saat manusia berada di alam akhirat
barulah ia akan menyadari betapa
sejatinya kehidupan di sana.
Kesenangannya hakiki dan
penderitaannya sejati. Surga
bukanlah khayalan dan sekedar dongeng orang-orang tua di masa
lalu. Begitu pula dengan neraka, ia
bukan suatu mitos atau sekedar
cerita-ceirta orang dahulu kala.
Surga dan neraka adalah perkara
hakiki, saudaraku. Sehingga Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan dengan
deskripsi yang sangat kontras dan
ekstrim mengenai betapa
berbedanya tabiat pengalaman
hidup di dunia yang menipu dengan
kehidupan sejati akhirat. Perhatikanlah baik-baik hadits di
bawah ini: “Pada hari kiamat didatangkan orang yang paling nikmat hidupnya
sewaktu di dunia dari penghuni
neraka. Lalu ia dicelupkan ke dalam
neraka sejenak. Kemudian ia ditanya:
”Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu kebaikan, pernahkah
kamu merasakan suatu
kenikmatan?” Maka ia menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb. ” Dan didatangkan orang yang paling
menderita sewaktu hidup di dunia
dari penghuni surga. Lalu ia
dicelupkan ke dalam surga sejenak.
Kemudian ditanya: ”Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu
kesulitan, pernahkah kamu
merasakan suatu kesengsaraan?” Maka ia menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb. Aku tidak pernah
merasakan kesulitan apapun dan
aku tidak pernah melihat
kesengsaraan apapun.” (HR Muslim 5018) Mengapa orang pertama ketika Allah
tanya menjawab bahwa ia tidak
pernah melihat suatu kebaikan serta
merasakan suatu kenikmatan,
padahal ia adalah orang yang paling
nikmat hidupnya sewaktu di dunia dibandingkan segenap manusia
lainnya? Jawabannya: karena Allah
telah paksa dia merasakan derita
sejati neraka –sejenak saja- cukup untuk membuat ingatannya akan
segala kenikmatan palsu yang
pernah ia alami sewaktu di dunia
terhapus begitu saja dari ingatannya.
Sebaliknya, mengapa orang kedua
ketika Allah tanya menjawab bahwa ia tidak pernah melihat suatu
kesulitan atau merasakan suatu
kesengsaraan, padahal ia orang
yang paling susah hidupnya
sewaktu di dunia dibandingkan
segenap manusia lainnya? Jawabannya: karena Allah telah
izinkan dia merasakan kesenangan
hakiki surga –sejenak saja- cukup untuk membuat ingatannya akan
segala penderitaan palsu yang
pernah ia alami sewaktu di dunia
terhapus begitu saja dari ingatannya.
Subhaanallah wa laa haula wa laa
quwwata illa billah...!!! Saudaraku, sungguh kehidupan
dunia ini sangat tidak pantas kita
jadikan ajang perebutan dan
perlombaan. Sebab menang di dunia
pada hakikatnya hanyalah menang
yang menipu. Demikian pula sebaliknya, kalah di dunia hanyalah
kalah yang menipu. Saat manusia
diperlihatkan surga dan neraka di
akhirat kelak, sadarlah ia betapa
naifnya perlombaan merebut
keberhasilan dunia ini dibandingkan dengan kenikmatan hakiki dan
abadi surga yang jauh labih patut ia
kejar dan usahakan semaksimal
mungkin. Sadarlah ia betapa
lugunya ia saat di dunia berusaha
mengelak dari segala derita dan kesusahan dunia jika dibandingkan
dengan derita sejati dan lestari
neraka yang jauh lebih pantas ia
berusaha mengelak dan menjauh
darinya. Pantas bila Allah gambarkan bahwa
saat sudah dihadapkan dengan azab
neraka orang-orang kafir bakal
berharap mereka dapat menebus diri
mereka dengan sebanyak apapun
yang diperlukan, andai mereka sanggup. Tentunya pada saat itu
mereka tidak sanggup dan tidak
berdaya. “Sesungguhnya orang-orang yang kafir sekiranya mereka mempunyai
apa yang di bumi ini seluruhnya dan
mempunyai yang sebanyak itu
(pula) untuk menebus diri mereka
dengan itu dari azab hari kiamat,
niscaya (tebusan itu) tidak akan diterima dari mereka, dan mereka
beroleh azab yang pedih.” (QS Al- Maaidah ayat 36) Ya Allah, janganlah Engkau jadikan
dunia puncak cita-cita kami dan
batas pengetahuan kami. Amin ya
Rabb.-

Amal Perbuatan Yang MemudahkanMukmin Menyeberangi JembatanNeraka

Sebagaimana sudah kita ketahui
setiap Ahli Tauhid sebelum berhak
mencapai pintu gerbang surga
diharuskan melewati ujian berat
yaitu menyeberangi jembatan yang
membentang di atas Neraka Jahannam. Nabi shollallahu ’alaih wa sallam melukiskan jembatan itu
sebagai lebih tipis dari sehelai
rambut dan lebih tajam dari sebilah
pedang. Ada mereka yang sukses
menyeberanginya, ada yang sukses
namun terluka kena sabetan duri- duri dan besi-besi kait yang
merobek sebagian anggota
tubuhnya sementara ada yang gagal
sehingga terjatuh dan terjerembab
dengan wajahnya terlebih dahulu
masuk ke dalam api menyala-nyala Neraka Jahannam. ْﻦِﻣ ُّﻕَﺩَﺃ ٌﺮْﺴِﺟ َﻢَّﻨَﻬَﺠِﻟَﻭ ِﻒْﻴَّﺴﻟﺍ ْﻦِﻣ ُّﺪَﺣَﺃَﻭ ِﺮْﻌَّﺸﻟﺍ ٌﻚَﺴَﺣَﻭ ُﺐﻴِﻟﺎَﻠَﻛ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻪَّﻠﻟﺍ َﺀﺎَﺷ ْﻦَﻣ َﻥﻭُﺬُﺧْﺄَﻳ ِﻑْﺮَّﻄﻟﺎَﻛ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﺱﺎَّﻨﻟﺍَﻭ ِﺢﻳِّﺮﻟﺎَﻛَﻭ ِﻕْﺮَﺒْﻟﺎَﻛَﻭ ِﺏﺎَﻛِّﺮﻟﺍَﻭ ِﻞْﻴَﺨْﻟﺍ ِﺪﻳِﻭﺎَﺟَﺄَﻛَﻭ ِّﺏَﺭ َﻥﻮُﻟﻮُﻘَﻳ ُﺔَﻜِﺋﺎَﻠَﻤْﻟﺍَﻭ ٌﻢَّﻠَﺴُﻣ ٍﺝﺎَﻨَﻓ ْﻢِّﻠَﺳ ِّﺏَﺭ ْﻢِّﻠَﺳ ٌﺭَّﻮَﻜُﻣَﻭ ٌﻢَّﻠَﺴُﻣ ٌﺵﻭُﺪْﺨَﻣَﻭ ِﻪِﻬْﺟَﻭ ﻰَﻠَﻋ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍ ﻲِﻓ “Dan Neraka Jahannam itu memiliki jembatan yang lebih tipis dari rambut
dan lebih tajam dari pedang. Di
atasnya ada besi-besi yang
berpengait dan duri-duri yang
mengambil siapa saja yang
dikehendaki Allah. Dan manusia di atas jembatan itu ada yang (melintas)
laksana kedipan mata, ada yang
laksana kilat dan ada yang laksana
angin, ada yang laksana kuda yang
berlari kencang dan ada yang
laksana onta berjalan. Dan para malaikat berkata: ”Rabbi sallim. Rabbi sallim.” ( ”Ya Allah, selamatkanlah. Selamatkanlah.”) Maka ada yang selamat, ada yang tercabik-cabik lalu
diselamatkan dan juga ada yang
digulung dalam neraka di atas
wajahnya.” (HR Ahmad 23649) Setiap orang yang mengaku beriman
sudah barang tentu berharap dirinya
masuk ke dalam golongan mereka
yang selamat menyeberanginya
sehingga berhak masuk Surga dan
dijauhkan dari azab api neraka. Namun pertanyaannya ialah
bagaimana hal itu bisa tercapai? Apa
syarat-syarat agar seorang Mukmin
berhak menikmati kesuksesan
tersebut? Sebenarnya dalam hadits
lain Nabi shollallahu ’alaih wa sallam telah mengisyaratkan sebagian
jawabannya. َﺱﺎَّﻨﻟﺍ ﻮُﻋْﺪَﻳ ﻰَﻟﺎَﻌَﺗ َﻪَّﻠﻟﺍ َّﻥِﺇ ْﻢِﻬِﺋﺎَﻤْﺳَﺄِﺑ ِﺔَﻣﺎَﻴِﻘْﻟﺍ َﻡْﻮَﻳ ِﻩِﺩﺎَﺒِﻋ ﻰَﻠَﻋ ُﻪْﻨِﻣ ﺍًﺮْﺘِﺳ ، ﺎَّﻣَﺃَﻭ ِﻁﺍَﺮِّﺼﻟﺍ َﺪْﻨِﻋ ، َّﺰَﻋ َﻪَّﻠﻟﺍ َّﻥِﺈَﻓ ٍﻦِﻣْﺆُﻣ َّﻞُﻛ ﻲِﻄْﻌُﻳ َّﻞَﺟَﻭ ﺍًﺭﻮُﻧ ، ﺍًﺭﻮُﻧ ٍﺔَﻨِﻣْﺆُﻣ َّﻞُﻛَﻭ ، ﺍًﺭﻮُﻧ ٍﻖِﻓﺎَﻨُﻣ َّﻞُﻛَﻭ ، ﺍَﺫِﺈَﻓ َﺐَﻠَﺳ ِﻁﺍَﺮِّﺼﻟﺍ ﻰَﻠَﻋ ﺍْﻭَﻮَﺘْﺳﺍ َﻦﻴِﻘِﻓﺎَﻨُﻤْﻟﺍ َﺭﻮُﻧ ُﻪَّﻠﻟﺍ ِﺕﺎَﻘِﻓﺎَﻨُﻤْﻟﺍَﻭ ، َﻝﺎَﻘَﻓ ْﺲِﺒَﺘْﻘَﻧ ﺎَﻧﻭُﺮُﻈْﻧﺍ َﻥﻮُﻘِﻓﺎَﻨُﻤْﻟﺍ َﻥﻮُﻨِﻣْﺆُﻤْﻟﺍ َﻝﺎَﻗَﻭ ْﻢُﻛِﺭﻮُﻧ ْﻦِﻣ ُﺮُﻛْﺬَﻳ ﻼَﻓ ﺎﻧَﺭﻮُﻧ ﺎَﻨَﻟ ْﻢِﻤْﺗَﺃ ﺎَﻨَّﺑَﺭ ﺍًﺪَﺣَﺃ ٌﺪَﺣَﺃ َﻚِﻟَﺫ َﺪْﻨِﻋ “Allah akan memanggil umat manusia di akhirat nanti dengan
nama-nama mereka ada tirai
penghalang dari-Nya. Adapun di
atas jembatan Allah memberikan
cahaya kepada setiap orang beriman
dan orang munafiq. Bila mereka telah berada di tengah jembatan,
Allah-pun segera merampas cahaya
orang-orang munafiq. Mereka
menyeru kepada orang-orang
beriman: ”Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari
cahaya kamu.” (QS Al-Hadid ayat 13) Dan berdoalah orang-orang
beriman: ”Ya Rabb kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya
kami.”(QS At-Tahrim ayat 8) Ketika itulah setiap orang tidak akan ingat
orang lain.” (HR Thabrani 11079) Di antara solusinya ialah seorang
mukmin mesti mengupayakan agar
dirinya kelak memiliki cukup cahaya
agar mampu menyeberangi
kegelapan dan panasnya neraka.
Sebab pada saat akan menyeberangi jembatan tersebut setiap orang
dibekali Allah cahaya agar mampu
melihat jalan yang sedang
ditelusurinya di atas jembatan
tersebut. Dan bila ia termasuk
mukmin sejati cahaya yang diterimanya itu akan setia menemani
dan menyinari dirinya sepanjang
penyeberangan itu hingga sampai
ke ujung menjelang pintu surga.
Namun jika ia termasuk orang yang
imannya bermasalah lantaran begitu banyak dosanya, apalagi kalau ia
termasuk orang munafik, maka di
tengah perjalanan menyeberangi
jembatan Allah tiba-tiba padamkan
cahaya yang menemaninya sehingga
ia dibiarkan dalam kegelapan dan akibatnya ia menjadi tersesat dan
terjatuh ke dalam api neraka. Begitu cahaya orang-orang munafik
itu mendadak dipadamkan Allah,
maka mereka akan berteriak panik
dan memohon kepada orang-orang
beriman sejati agar dibagi sebagian
cahaya yang setia menemani mukmin sejati itu. Sungguh
gambaran mengerikan yang dengan
jelas diuraikan Allah di dalam ayat-
ayat berikut ini: َﻪَّﻠﻟﺍ ُﺽِﺮْﻘُﻳ ﻱِﺬَّﻟﺍ ﺍَﺫ ْﻦَﻣ ُﻪَﻟ ُﻪَﻔِﻋﺎَﻀُﻴَﻓ ﺎًﻨَﺴَﺣ ﺎًﺿْﺮَﻗ ٌﻢﻳِﺮَﻛ ٌﺮْﺟَﺃ ُﻪَﻟَﻭ َﻦﻴِﻨِﻣْﺆُﻤْﻟﺍ ﻯَﺮَﺗ َﻡْﻮَﻳ ْﻢُﻫُﺭﻮُﻧ ﻰَﻌْﺴَﻳ ِﺕﺎَﻨِﻣْﺆُﻤْﻟﺍَﻭ ْﻢِﻬِﻧﺎَﻤْﻳَﺄِﺑَﻭ ْﻢِﻬﻳِﺪْﻳَﺃ َﻦْﻴَﺑ ﻱِﺮْﺠَﺗ ٌﺕﺎَّﻨَﺟ َﻡْﻮَﻴْﻟﺍ ُﻢُﻛﺍَﺮْﺸُﺑ َﻦﻳِﺪِﻟﺎَﺧ ُﺭﺎَﻬْﻧَﺄْﻟﺍ ﺎَﻬِﺘْﺤَﺗ ْﻦِﻣ ُﻢﻴِﻈَﻌْﻟﺍ ُﺯْﻮَﻔْﻟﺍ َﻮُﻫ َﻚِﻟَﺫ ﺎَﻬﻴِﻓ َﻥﻮُﻘِﻓﺎَﻨُﻤْﻟﺍ ُﻝﻮُﻘَﻳ َﻡْﻮَﻳ ﺍﻮُﻨَﻣَﺁ َﻦﻳِﺬَّﻠِﻟ ُﺕﺎَﻘِﻓﺎَﻨُﻤْﻟﺍَﻭ ْﻢُﻛِﺭﻮُﻧ ْﻦِﻣ ْﺲِﺒَﺘْﻘَﻧ ﺎَﻧﻭُﺮُﻈْﻧﺍ ْﻢُﻛَﺀﺍَﺭَﻭ ﺍﻮُﻌِﺟْﺭﺍ َﻞﻴِﻗ ﺍًﺭﻮُﻧ ﺍﻮُﺴِﻤَﺘْﻟﺎَﻓ ٌﺏﺎَﺑ ُﻪَﻟ ٍﺭﻮُﺴِﺑ ْﻢُﻬَﻨْﻴَﺑ َﺏِﺮُﻀَﻓ ُﻩُﺮِﻫﺎَﻇَﻭ ُﺔَﻤْﺣَّﺮﻟﺍ ِﻪﻴِﻓ ُﻪُﻨِﻃﺎَﺑ ِﻪِﻠَﺒِﻗ ْﻦِﻣ ْﻦُﻜَﻧ ْﻢَﻟَﺃ ْﻢُﻬَﻧﻭُﺩﺎَﻨُﻳ ُﺏﺍَﺬَﻌْﻟﺍ ْﻢُﻜَّﻨِﻜَﻟَﻭ ﻰَﻠَﺑ ﺍﻮُﻟﺎَﻗ ْﻢُﻜَﻌَﻣ ْﻢُﺘْﻨَﺘَﻓ ْﻢُﺘْﺒَﺗْﺭﺍَﻭ ْﻢُﺘْﺼَّﺑَﺮَﺗَﻭ ْﻢُﻜَﺴُﻔْﻧَﺃ ﻰَّﺘَﺣ ُّﻲِﻧﺎَﻣَﺄْﻟﺍ ُﻢُﻜْﺗَّﺮَﻏَﻭ ِﻪَّﻠﻟﺎِﺑ ْﻢُﻛَّﺮَﻏَﻭ ِﻪَّﻠﻟﺍ ُﺮْﻣَﺃ َﺀﺎَﺟ ُﺬَﺧْﺆُﻳ ﺎَﻟ َﻡْﻮَﻴْﻟﺎَﻓ ُﺭﻭُﺮَﻐْﻟﺍ ﺎَﻟَﻭ ٌﺔَﻳْﺪِﻓ ْﻢُﻜْﻨِﻣ ُﻢُﻛﺍَﻭْﺄَﻣ ﺍﻭُﺮَﻔَﻛ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ َﻦِﻣ َﺲْﺌِﺑَﻭ ْﻢُﻛﺎَﻟْﻮَﻣ َﻲِﻫ ُﺭﺎَّﻨﻟﺍ ُﺮﻴِﺼَﻤْﻟﺍ ”Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik,
maka Allah akan melipat-gandakan
(balasan) pinjaman itu untuknya,
dan dia akan memperoleh pahala
yang banyak, (yaitu) pada hari
ketika kamu melihat orang mu'min laki-laki dan perempuan, sedang
cahaya mereka bersinar di hadapan
dan di sebelah kanan mereka,
(dikatakan kepada mereka): "Pada
hari ini ada berita gembira untukmu,
(yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai yang
kamu kekal di dalamnya. Itulah
keberuntungan yang banyak. Pada
hari ketika orang-orang munafik
laki-laki dan perempuan berkata
kepada orang-orang yang beriman: "Tunggulah kami supaya kami dapat
mengambil sebahagian dari
cahayamu". Dikatakan (kepada
mereka): "Kembalilah kamu ke
belakang dan carilah sendiri cahaya
(untukmu)". Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai
pintu. Di sebelah dalamnya ada
rahmat dan di sebelah luarnya dari
situ ada siksa. Orang-orang munafik
itu memanggil mereka (orang-orang
mu'min) seraya berkata: "Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan
kamu?" Mereka menjawab: "Benar,
tetapi kamu mencelakakan dirimu
sendiri dan menunggu (kehancuran
kami) dan kamu ragu-ragu serta
ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah;
dan kamu telah ditipu terhadap Allah
oleh (syaitan) yang amat penipu.
Maka pada hari ini tidak diterima
tebusan dari kamu dan tidak pula
dari orang-orang kafir. Tempat kamu ialah neraka. Dialah tempat
berlindungmu. Dan dia adalah
sejahat-jahat tempat kembali.” (QS Al- Hadid ayat 11-15) Lalu apakah amal perbuatan yang
akan menyebabkan seorang
mukmin memiliki cukup cahaya
untuk sukses menyeberangi
jembatan itu? Ternyata, di antaranya
ialah kesungguhan seorang mukmin untuk bertaubat dari dosa-dosa
yang selama ini dia kerjakan. Inilah
yang disebut dengan aktifitas Taubatan Nasuhan (Taubat Yang Murni). Taubatan Nasuha inilah yang
akan menyebebkan seorang
mukmin memperoleh cahaya yang
disempurnakan untuk sukses
menyeberangi jambatan Neraka.
Bukan taubat musiman alias taubat yang tidak menyebabkan seseorang
benar-benar meninggalkan
perbuatan dosa yang dilakukannya.
Perhatikanlah ayat Allah berikut ini: ﻰَﻟِﺇ ﺍﻮُﺑﻮُﺗ ﺍﻮُﻨَﻣَﺁ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ﺎَﻬُّﻳَﺃ ﺎَﻳ ﻰَﺴَﻋ ﺎًﺣﻮُﺼَﻧ ًﺔَﺑْﻮَﺗ ِﻪَّﻠﻟﺍ ْﻢُﻜْﻨَﻋ َﺮِّﻔَﻜُﻳ ْﻥَﺃ ْﻢُﻜُّﺑَﺭ ٍﺕﺎَّﻨَﺟ ْﻢُﻜَﻠِﺧْﺪُﻳَﻭ ْﻢُﻜِﺗﺎَﺌِّﻴَﺳ َﻡْﻮَﻳ ُﺭﺎَﻬْﻧَﺄْﻟﺍ ﺎَﻬِﺘْﺤَﺗ ْﻦِﻣ ﻱِﺮْﺠَﺗ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍَﻭ َّﻲِﺒَّﻨﻟﺍ ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻱِﺰْﺨُﻳ ﺎَﻟ ﻰَﻌْﺴَﻳ ْﻢُﻫُﺭﻮُﻧ ُﻪَﻌَﻣ ﺍﻮُﻨَﻣَﺁ ْﻢِﻬِﻧﺎَﻤْﻳَﺄِﺑَﻭ ْﻢِﻬﻳِﺪْﻳَﺃ َﻦْﻴَﺑ ﺎَﻧَﺭﻮُﻧ ﺎَﻨَﻟ ْﻢِﻤْﺗَﺃ ﺎَﻨَّﺑَﺭ َﻥﻮُﻟﻮُﻘَﻳ ِّﻞُﻛ ﻰَﻠَﻋ َﻚَّﻧِﺇ ﺎَﻨَﻟ ْﺮِﻔْﻏﺍَﻭ ٌﺮﻳِﺪَﻗ ٍﺀْﻲَﺷ ”Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan Taubatan Nasuhan (taubat yang semurni-murninya), mudah-
mudahan Tuhan kamu akan
menghapus kesalahan-kesalahanmu
dan memasukkan kamu ke dalam
surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-
orang yang beriman bersama
dengan dia; sedang cahaya mereka
memancar di hadapan dan di
sebelah kanan mereka, sambil
mereka mengatakan: "Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami
cahaya kami dan ampunilah kami;
sesungguhnya Engkau Maha Kuasa
atas segala sesuatu". (QS At-Tahrim
ayat 8) Al-Hakim meriwayatkan dari Ibnu
Mas’ud, dari Nabi shollallahu ’alaih wa sallam, beliau bersabda: ”Shirath itu setajam pedang dan sangat
menggelincirkan.” Beliau melanjutkan: ”Lalu mereka melintas sesuai dengan cahaya yang mereka
miliki. Maka di antara mereka ada
yang melintas secepat meteor, ada
pula yang melintas secepat kedipan
mata, ada pula yang melintas secepat
angin, ada pula yang melintas seperti orang berlari, dan ada pula yang
berjalan dengan cepat. Mereka
melintas sesuai amal perbuatan
mereka, hingga tibalah saat orang
yang cahayanya ada di jari jempol
kedua kakinya melintas, satu tangannya jatuh, dan satu
tangannya lagi menggantung, satu
kakinya jatuh dan satu kakinya lagi
menggantung, kedua sisinya
terkena api neraka.” Kedua, seorang Mukmin akan
dijamin memiliki cukup cahaya saat
menyeberangi jembatan di atas
Neraka jika ia rajin berjalan ke masjid dalam kegelapan untuk menegakkan sholat wajibnya semata
ingin meraih keridhaan Allah. Nabi
bersabda: ِﻢَﻠُّﻈﻟﺍ ﻲِﻓ َﻦﻴِﺋﺎَّﺸَﻤْﻟﺍ ْﺮِّﺸَﺑ ِّﻡﺎَّﺘﻟﺍ ِﺭﻮُّﻨﻟﺎِﺑ ِﺪِﺟﺎَﺴَﻤْﻟﺍ ﻰَﻟِﺇ ِﺔَﻣﺎَﻴِﻘْﻟﺍ َﻡْﻮَﻳ “Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan menuju
masjid-masjid dalam kegelapan
dengan cahaya yang sempurna pada
hari Kiamat.” (HR Ibnu Majah 773) Nabi shollallahu ’alaih wa sallam seringkali ketika berjalan menuju ke
masjid berdoa dengan doa sebagai
berikut: ﺍًﺭﻮُﻧ ﻲِﺒْﻠَﻗ ﻲِﻓ ْﻞَﻌْﺟﺍ َّﻢُﻬَّﻠﻟﺍ ﻲِﻓَﻭ ﺍًﺭﻮُﻧ ﻱِﺮَﺼَﺑ ﻲِﻓَﻭ ﺍًﺭﻮُﻧ ﻲِﻌْﻤَﺳ ْﻦَﻋَﻭ ﺍًﺭﻮُﻧ ﻲِﻨﻴِﻤَﻳ ْﻦَﻋَﻭ ﺍًﺭﻮُﻧ ﻲِﻗْﻮَﻓَﻭ ﺍًﺭﻮُﻧ ﻱِﺭﺎَﺴَﻳ ِﺖْﺤَﺗَﻭ ﻲِﻔْﻠَﺧَﻭ ﺍًﺭﻮُﻧ ﻲِﻣﺎَﻣَﺃَﻭ ﺍًﺭﻮُﻧ ﺍًﺭﻮُﻧ ﻲِﻟ ْﻞَﻌْﺟﺍَﻭ ﺍًﺭﻮُﻧ “Ya Allah jadikanlah cahaya dalam hatiku, dalam penglihatanku, dalam
pendengaranku, di sebelah
kananku, di sebelah kiriku, di
sebelah atasku, di sebelah bawahku,
di depanku, di belakangku dan
jadikanlah aku bercahaya.” (HR Bukhary 5841) Ketiga, seorang Mukmin akan sukses
menyeberangi jembatan neraka bila
ia melindungi sesama mukmin dari
kejahatan orang Munafik. Dan
sebaliknya barangsiapa yang
mengucapkan perkataan buruk untuk mencemarkan seorang
Muslim, maka Allah akan
menghukumnya dalam bentuk ia
ditahan di atas jembatan neraka
hingga dosa ucapannya menjadi
bersih. ٍﻖِﻓﺎَﻨُﻣ ْﻦِﻣ ﺎًﻨِﻣْﺆُﻣ ﻰَﻤَﺣ ْﻦَﻣ ﺎًﻜَﻠَﻣ ُﻪَّﻠﻟﺍ َﺚَﻌَﺑ َﻝﺎَﻗ ُﻩﺍَﺭُﺃ ﻲِﻤْﺤَﻳ ِﺭﺎَﻧ ْﻦِﻣ ِﺔَﻣﺎَﻴِﻘْﻟﺍ َﻡْﻮَﻳ ُﻪَﻤْﺤَﻟ ﺎًﻤِﻠْﺴُﻣ ﻰَﻣَﺭ ْﻦَﻣَﻭ َﻢَّﻨَﻬَﺟ ُﺪﻳِﺮُﻳ ٍﺀْﻲَﺸِﺑ ﻰَﻠَﻋ ُﻪَّﻠﻟﺍ ُﻪَﺴَﺒَﺣ ِﻪِﺑ ُﻪَﻨْﻴَﺷ ﺎَّﻤِﻣ َﺝُﺮْﺨَﻳ ﻰَّﺘَﺣ َﻢَّﻨَﻬَﺟ ِﺮْﺴِﺟ َﻝﺎَﻗ “Barangsiapa melindungi seorang Mukmin dari kejahatan orang
Munafik, Allah akan mengutus
malaikat untuk melindungi daging
orang itu –pada hari Kiamat- dari neraka jahannam. Barangsiapa
menuduh seorang Muslim dengan
tujuan ingin mencemarkannya, maka
Allah akan menahannya di atas
jembatan neraka jahannam hingga
orang itu dibersihkan dari dosa perkataan buruknya.” (HR Abu Dawud 4239) Saudaraku, sungguh kita semua
sangat membutuhkan cahaya yang
mencukupi untuk menyeberangi
jembatan neraka dengan selamat.
Semoga Allah masukkan kita
bersama ke dalam golongan Mukmin sejati. Semoga Allah bersihkan hati
kita bersama dari penyakit
kemunafikan. Sebab kemunafikan
akan menyebabkan cahaya
seseorang tiba-tiba padam saat
menyeberangi jembatan neraka sehingga ia menjadi tergelincir lalu
jatuh ke dalam api neraka yang
menyala-nyala. Na’udzubillahi min dzalika...! َﻦِﻣ ﺎَﻨَﺑﻮُﻠُﻗ ْﺮِّﻬَﻃ َّﻢُﻬَّﻠﻟَﺍ ﺀﺎَﻳِّﺮﻟﺍ َﻦِﻣ ﺎَﻨَﻟﺎَﻤْﻋَﺍ َﻭ ﻕﺎَﻔِّﻨﻟﺍ ﺎَﻨَﻨُﻴْﻋَﺃ َﻭ ﺏِﺬَﻜْﻟﺍ َﻦِﻣ ﺎَﻨَﺘَﻨِﺴْﻟَﺃ َﻭ َﺔَﻨِﺋﺎَﺧ ُﻢَﻠْﻌَﺗ َﻚَّﻧِﺇ ﺔَﻧﺎَﻴِْﺨﻟﺍ َﻦِﻣ ﺭﻭُﺪُّﺼﻟﺍ ِﻒْﺨُﺗ ﺎَﻣ َﻭ ﻦُﻴْﻋَﺄْﻟﺍ Ya Allah, bersihkanlah hati kami dari
kemunafikan, dan ‘amal perbuatan kami dari riya dan lisan kami dari
dusta serta pandangan mata kami
dari khianat. Sesungguhnya Engkau
Maha Tahu khianat pandangan mata
dan apa yang disembunyikan hati