Nonton iklan bentar ya...!!!

Sunday, 1 May 2011

Surga dan Neraka Membuat LupaPengalaman Hidup di Dunia

Allah menggambarkan kehidupan
dunia ini sebagai senda gurau dan
permainan belaka. Sementara
kehidupan akhirat sebagai
kehidupan yang sebenarnya.
Artinya, Allah mengkondisikan kita untuk memandang dunia dengan
santai tidak terlalu serius. Karena di
dunia ini tidak ada keadaan yang
benar-benar bisa dikatakan bahagia
atau sebaliknya sedih. Di dunia ini
tidak ada keberhasilan hakiki maupun kegagalan sejati. Segala
sesuatu di dunia ini bersifat fana alias
sementara. Kadang seseorang
bahagia kadang seseorang sedih.
Kadang ia berhasil kadang ia gagal.
Itulah dunia dengan segala tabiat sementaranya. Sebaliknya dengan kehidupan
dunia, kehidupan akhirat
merupakan kehidupan sejati. Tidak
ada orang berbahagia di akhirat
untuk jangka waktu singkat saja.
Dan tidak ada pula yang mengalami penderitaan sementara saja, kecuali
Allah menghendaki selain itu. “Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-
main. Dan sesungguhnya akhirat
itulah yang sebenarnya kehidupan,
kalau mereka mengetahui.” (QS Al- Ankabut ayat 64) Allah ta’aala menghendaki agar orang bertaqwa memandang
kehidupan akhirat dengan penuh
kesungguhan karena di sanalah
kehidupan sejati akan dijalani
manusia. Sedangkan terhadap dunia
Allah ta’aala menghendaki orang bertaqwa agar berlaku proporsional
saja dan tidak terlampau ngoyo
dalam meraih keberhasilannya.
Sebab kehidupan dunia ini Allah
ta’aala gambarkan sebagai tempat dimana orang sekedar bermain-main
dan bersenda-gurau. Namun dalam kehidupan kita
dewasa ini kebanyakan orang malah
sangat serius bila menyangkut
urusan kehidupan dunia. Mereka
siap mengerahkan tenaga, fikiran,
dana dan waktu all out untuk menggapai keberhasilan
duniawinya. Sedangkan bila
menyangkut urusan akhirat mereka
hanya mengerahkan tenaga dan
waktu sisa, fikiran sampingan serta
dana receh. Jika hal ini terjadi kepada kaum kafir alias tidak
beriman kita tentu bisa maklumi. Tapi
di dalam zaman penuh fitnah ini
tidak sedikit saudara muslim yang
kita saksikan bertingkah dan
berpacu merebut dunia laksana kaum kafir. Allah memang
menggambarkan bahwa kaum yang
tidak beriman sangat peduli dan
faham akan sisi material kehidupan
dunia ini. Namun mereka lalai dan
tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai kehidupan akhirat. “Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia;
sedang mereka tentang (kehidupan)
akhirat adalah lalai.” (QS ArRuum ayat 7) Sahabat Ali bin Abi Thalib
radhiyallahu ’anhu pernah berkata: ”Bilamana manusia menemui ajalnya, maka saat itulah dia bangun dari
tidurnya”. Sungguh tepat ungkapan beliau ini. Sebab kelak di akhirat
nanti manusia akan menyadari
betapa menipunya pengalaman
hidupnya sewaktu di dunia. Baik
sewaktu di dunia ia menikmati
kesenangan maupun menjalani penderitaan. Kesenangan dunia
sungguh menipu. Penderitaan
duniapun menipu. Saat manusia berada di alam akhirat
barulah ia akan menyadari betapa
sejatinya kehidupan di sana.
Kesenangannya hakiki dan
penderitaannya sejati. Surga
bukanlah khayalan dan sekedar dongeng orang-orang tua di masa
lalu. Begitu pula dengan neraka, ia
bukan suatu mitos atau sekedar
cerita-ceirta orang dahulu kala.
Surga dan neraka adalah perkara
hakiki, saudaraku. Sehingga Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan dengan
deskripsi yang sangat kontras dan
ekstrim mengenai betapa
berbedanya tabiat pengalaman
hidup di dunia yang menipu dengan
kehidupan sejati akhirat. Perhatikanlah baik-baik hadits di
bawah ini: “Pada hari kiamat didatangkan orang yang paling nikmat hidupnya
sewaktu di dunia dari penghuni
neraka. Lalu ia dicelupkan ke dalam
neraka sejenak. Kemudian ia ditanya:
”Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu kebaikan, pernahkah
kamu merasakan suatu
kenikmatan?” Maka ia menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb. ” Dan didatangkan orang yang paling
menderita sewaktu hidup di dunia
dari penghuni surga. Lalu ia
dicelupkan ke dalam surga sejenak.
Kemudian ditanya: ”Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu
kesulitan, pernahkah kamu
merasakan suatu kesengsaraan?” Maka ia menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb. Aku tidak pernah
merasakan kesulitan apapun dan
aku tidak pernah melihat
kesengsaraan apapun.” (HR Muslim 5018) Mengapa orang pertama ketika Allah
tanya menjawab bahwa ia tidak
pernah melihat suatu kebaikan serta
merasakan suatu kenikmatan,
padahal ia adalah orang yang paling
nikmat hidupnya sewaktu di dunia dibandingkan segenap manusia
lainnya? Jawabannya: karena Allah
telah paksa dia merasakan derita
sejati neraka –sejenak saja- cukup untuk membuat ingatannya akan
segala kenikmatan palsu yang
pernah ia alami sewaktu di dunia
terhapus begitu saja dari ingatannya.
Sebaliknya, mengapa orang kedua
ketika Allah tanya menjawab bahwa ia tidak pernah melihat suatu
kesulitan atau merasakan suatu
kesengsaraan, padahal ia orang
yang paling susah hidupnya
sewaktu di dunia dibandingkan
segenap manusia lainnya? Jawabannya: karena Allah telah
izinkan dia merasakan kesenangan
hakiki surga –sejenak saja- cukup untuk membuat ingatannya akan
segala penderitaan palsu yang
pernah ia alami sewaktu di dunia
terhapus begitu saja dari ingatannya.
Subhaanallah wa laa haula wa laa
quwwata illa billah...!!! Saudaraku, sungguh kehidupan
dunia ini sangat tidak pantas kita
jadikan ajang perebutan dan
perlombaan. Sebab menang di dunia
pada hakikatnya hanyalah menang
yang menipu. Demikian pula sebaliknya, kalah di dunia hanyalah
kalah yang menipu. Saat manusia
diperlihatkan surga dan neraka di
akhirat kelak, sadarlah ia betapa
naifnya perlombaan merebut
keberhasilan dunia ini dibandingkan dengan kenikmatan hakiki dan
abadi surga yang jauh labih patut ia
kejar dan usahakan semaksimal
mungkin. Sadarlah ia betapa
lugunya ia saat di dunia berusaha
mengelak dari segala derita dan kesusahan dunia jika dibandingkan
dengan derita sejati dan lestari
neraka yang jauh lebih pantas ia
berusaha mengelak dan menjauh
darinya. Pantas bila Allah gambarkan bahwa
saat sudah dihadapkan dengan azab
neraka orang-orang kafir bakal
berharap mereka dapat menebus diri
mereka dengan sebanyak apapun
yang diperlukan, andai mereka sanggup. Tentunya pada saat itu
mereka tidak sanggup dan tidak
berdaya. “Sesungguhnya orang-orang yang kafir sekiranya mereka mempunyai
apa yang di bumi ini seluruhnya dan
mempunyai yang sebanyak itu
(pula) untuk menebus diri mereka
dengan itu dari azab hari kiamat,
niscaya (tebusan itu) tidak akan diterima dari mereka, dan mereka
beroleh azab yang pedih.” (QS Al- Maaidah ayat 36) Ya Allah, janganlah Engkau jadikan
dunia puncak cita-cita kami dan
batas pengetahuan kami. Amin ya
Rabb.-

No comments: