Lukmanul Hakim merupakan lelaki
sholeh yang banyak menyampaikan
nasehat bijak kepada putranya. Ia
bukan seorang Nabi atau Rasul Allah
ta’aala. Sedemikian mulianya beliau sehingga namanya diabadikan
menjadi nama salah satu surah di
dalam Al-Qur’an. Di antara nasehatnya yang tidak termaktub di
dalam Al-Qur’an ialah ucapannya kepada putranya sebagai berikut: َﺔَﻋﺎَﻘَﺑ ِﺭْﺪَﻘِﺑ َﻙﺎَﻴْﻧُﺪِﻟ ْﻞَﻤْﻋِﺇ ِﺭْﺪَﻘِﺑ َﻚَﺗَﺮِﺧﺂِﻟ ْﻞَﻤْﻋﺍَﻭ ﺎَﻬﻴِﻓ ﺎَﻬﻴِﻓ َﺔَﻋﺎَﻘَﺑ “Berbaktilah untuk duniamu sesuai jatah waktu engkau tinggal di
dalamnya. Dan berbaktilah untuk
akhiratmu sesuai jatah waktu
engkau tinggal di dalamnya.” Subhanallah…! Sebuah nasihat yang sungguh mencerminkan kedalaman
perenungan Lukmanul Hakim akan
hakekat perbandingan kehidupan di
dunia dengan akhirat. Ia sangat
memahami betapa jauh lebih
bermaknanya kehidupan di akhirat daripada kehidupan di dunia. Dan
betapa fananya dunia ini
dibandingkan kekalnya alam akhirat
kelak..! Coba kita renungkan. Berapa lama
jatah waktu hidup kita di dunia?
Paling-paling hanya 60-an atau 70-
an tahun. Kalau bisa lebih daripada
itu tentu sudah sangat istimewa.
Seorang yang mencapai usia 100 tahun sungguh sudah sangat luar
biasa..! Sehingga Rasulullah
shollallahu ’alaih wa sallam mengisyaratkan sebagai berikut: َﻝﺎَﻗ َﻝﺎَﻗ َﺓَﺮْﻳَﺮُﻫ ﻲِﺑَﺃ ْﻦَﻋ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ ِﻪَّﻠﻟﺍ ُﻝﻮُﺳَﺭ َﻦْﻴَﺑ ﺎَﻣ ﻲِﺘَّﻣُﺃ ُﺭﺎَﻤْﻋَﺃ َﻢَّﻠَﺳَﻭ َﻦﻴِﻌْﺒَّﺴﻟﺍ ﻰَﻟِﺇ َﻦﻴِّﺘِّﺴﻟﺍ َﻚِﻟَﺫ ُﺯﻮُﺠَﻳ ْﻦَﻣ ْﻢُﻬُّﻠَﻗَﺃَﻭ “Umur ummatku antara enampuluh hingga tujuhpuluh tahun, dan sedikit
di antara mereka yang mencapai
(tujuhpuluh tahun) itu.” (HR Tirmidzi 3473) Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam wafat pada usia 63 tahun
hijriyah. Demikian pula dengan
kedua sahabat utamanya Abu Bakar
Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab.
Keduanya wafat pada usia 63 tahun
hijriyah. Ini semata taqdir Allah ta’aala, bukan suatu kebetulan, yang tentunya mengandung rahasia dan
hikmah ilahi. Dan berapa lama jatah hidup
seseorang di akhirat? Menurut Al-
Qur’an manusia bakal hidup kekal selamanya di akhirat. Dalam Al-
Qur’an disebut dengan istilah: ﺍًﺪَﺑَﺃ ﺎَﻬﻴِﻓ َﻦﻳِﺪِﻟﺎَﺧ “Kekal selamanya di dalamnya.” Bahkan di dalam hadits kita jumpai
keterangan mengenai hal ini dengan
ungkapan yang lebih
membangkitkan bulu roma. Nabi
shollallahu ’alaih wa sallam menjelaskan bahwa ketika nanti
seluruh penghuni surga telah
dimasukkan ke dalam surga
sementara penghuni neraka telah
masuk neraka semuanya, maka
Allah ta’aala akan tampilkan kematian dalam wujud seekor kambing yang ditempatkan di antara surga dan neraka. Selanjutnya
Allah ta’aala perintahkan malaikat untuk menyembelih ”kematian” sambil ditonton oleh segenap ahli
neraka dan ahli surga. Sesudah itu
Allah ta’aala akan berfirman kepada ahli surga: “Hai penghuni surga kekallah tidak ada lagi kematian …” Selanjutnya Allah ta’aala berfirman kepada para ahli neraka: ”Hai penghuni neraka kekallah tidak ada
lagi kematian...” ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ ِﻪَّﻠﻟﺍ ُﻝﻮُﺳَﺭ َﻝﺎَﻗ ِﺕْﻮَﻤْﻟﺎِﺑ ُﺀﺎَﺠُﻳ َﻢَّﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ٌﺶْﺒَﻛ ُﻪَّﻧَﺄَﻛ ِﺔَﻣﺎَﻴِﻘْﻟﺍ َﻡْﻮَﻳ ُﺢَﻠْﻣَﺃ Bersabda Rasulullah shollallahu
’alaih wa sallam: “Kematian didatangkan pada hari kiamat
berupa seekor kambing hitam...” (HR Muslim 5087) ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ ِﻪَّﻠﻟﺍ ُﻝﻮُﺳَﺭ َﻝﺎَﻗ ُﻞْﻫَﺃ َﺭﺎَﺻ ﺍَﺫِﺇ َﻢَّﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍ ُﻞْﻫَﺃَﻭ ِﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ﻲِﻓ ِﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ِﺕْﻮَﻤْﻟﺎِﺑ َﺀﻲِﺟ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍ ﻲِﻓ ِﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ َﻦْﻴَﺑ َﻒَﻗﻮُﻳ ﻰَّﺘَﺣ ٍﺩﺎَﻨُﻣ ﻱِﺩﺎَﻨُﻳ َّﻢُﺛ ُﺢَﺑْﺬُﻳ َّﻢُﺛ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍَﻭ َﺕْﻮَﻣ ﺎَﻟ ٌﺩﻮُﻠُﺧ ِﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ َﻞْﻫَﺃ ﺎَﻳ َﺕْﻮَﻣ ﺎَﻟ ٌﺩﻮُﻠُﺧ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍ َﻞْﻫَﺃ ﺎَﻳ ﻰَﻟِﺇ ﺎًﺣَﺮَﻓ ِﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ُﻞْﻫَﺃ َﺩﺍَﺩْﺯﺎَﻓ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍ ُﻞْﻫَﺃ َﺩﺍَﺩْﺯﺍَﻭ ْﻢِﻬِﺣَﺮَﻓ ْﻢِﻬِﻧْﺰُﺣ ﻰَﻟِﺇ ﺎًﻧْﺰُﺣ ) ﺪﻤﺣﺃ ( “Bila penghuni surga sudah masuk surga dan penghuni neraka masuk
neraka, datanglah kematian berdiri
di antara surga dan neraka,
kemudian disembelih. Lalu terdengar
seruan “Hai penghuni surga kekallah tidak ada lagi kematian… Hai penghuni neraka kekallah tidak ada
lagi kematian”, maka bertambahlah kegembiraan penghuni surga dan
bertambahlah kesedihan penghuni
neraka.” (HR Ahmad 5721) Saudaraku, bila Allah ta ’aala taqdirkan kita hidup di akhirat dalam
kesenangan abadi di dalam surga
tentulah ini suatu kenikmatan yang
tiada tara dan bandingan.
Sebaliknya, barangsiapa yang
ditaqdirkan Allah ta ’aala hidup di akhirat di dalam penderitaan abadi
siksaan neraka tentulah ini suatu
kerugian yang sungguh nyata dan
mengerikan...! Na’udzubillahi min dzaalika...! Pantas bilamana Nabi shollallahu
’alaih wa sallam menggambarkan betapa tiada berartinya kesenangan
dunia yang penuh kepalsuan jika
dibandingkan dengan kesenangan
surga yang hakiki, bukan khayalan
atau virtual atau sekedar dongeng
orang-orang terdahulu. Begitu pula tiada berartinya kesulitan di dunia
yang penuh tipuan jika
dibandingkan dengan kesulitan dan
penderitaan sejati neraka yang
berkepanjangan tiada ujung akhir,
bukan khayalan atau virtual atau sekedar dongeng orang-orang
terdahulu.... Na’udzubillahi min dzaalika...! ْﻦِﻣ ﺎَﻴْﻧُّﺪﻟﺍ ِﻞْﻫَﺃ ِﻢَﻌْﻧَﺄِﺑ ﻰَﺗْﺆُﻳ ِﺔَﻣﺎَﻴِﻘْﻟﺍ َﻡْﻮَﻳ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍ ِﻞْﻫَﺃ َّﻢُﺛ ًﺔَﻐْﺒَﺻ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍ ﻲِﻓ ُﻎَﺒْﺼُﻴَﻓ َﺖْﻳَﺃَﺭ ْﻞَﻫ َﻡَﺩﺁ َﻦْﺑﺍ ﺎَﻳ ُﻝﺎَﻘُﻳ ٌﻢﻴِﻌَﻧ َﻚِﺑ َّﺮَﻣ ْﻞَﻫ ُّﻂَﻗ ﺍًﺮْﻴَﺧ ِّﺏَﺭ ﺎَﻳ ِﻪَّﻠﻟﺍَﻭ ﺎَﻟ ُﻝﻮُﻘَﻴَﻓ ُّﻂَﻗ ﺎًﺳْﺆُﺑ ِﺱﺎَّﻨﻟﺍ ِّﺪَﺷَﺄِﺑ ﻰَﺗْﺆُﻳَﻭ ِﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ِﻞْﻫَﺃ ْﻦِﻣ ﺎَﻴْﻧُّﺪﻟﺍ ﻲِﻓ ِﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ﻲِﻓ ًﺔَﻐْﺒَﺻ ُﻎَﺒْﺼُﻴَﻓ ْﻞَﻫ َﻡَﺩﺁ َﻦْﺑﺍ ﺎَﻳ ُﻪَﻟ ُﻝﺎَﻘُﻴَﻓ َﻚِﺑ َّﺮَﻣ ْﻞَﻫ ُّﻂَﻗ ﺎًﺳْﺆُﺑ َﺖْﻳَﺃَﺭ ﺎَﻳ ِﻪَّﻠﻟﺍَﻭ ﺎَﻟ ُﻝﻮُﻘَﻴَﻓ ُّﻂَﻗ ٌﺓَّﺪِﺷ ﺎَﻟَﻭ ُّﻂَﻗ ٌﺱْﺆُﺑ ﻲِﺑ َّﺮَﻣ ﺎَﻣ ِّﺏَﺭ ُّﻂَﻗ ًﺓَّﺪِﺷ ُﺖْﻳَﺃَﺭ "Pada hari berbangkit didatangkan
orang yang paling ni'mat hidupnya
sewaktu di dunia dari ahli neraka.
Maka ia dicelupkan ke dalam neraka
sejenak. Kemudian ditanya:"Hai anak
Adam, apakah kamu pernah melihat kesenangan? Apakah kamu pernah
merasakan kenikmatan?" Ia
menjawab: "Tidak, demi Allah wahai
Rabb.” Lalu didatangkanlah orang yang paling sengsara hidupnya
sewaktu di dunia dari ahli surga.
Maka ia dicelupkan ke dalam surga
sejenak. Kemudian ditanya:"Hai anak
Adam, apakah kamu pernah melihat
kesengsaraan? Apakah kamu pernah merasakan penderitaan?" Ia
menjawab: "Tidak, demi Allah wahai
Rabb. Aku tdk pernah mengalami
kesengsaraan dan tidak pula melihat
penderitaan" (HR Muslim 5018) Maka saudaraku, pantaskah kita
mempertaruhkan kehidupan kita
yang hakiki dan abadi di akhirat
nanti demi meraih kesenangan dunia
yang fana dan sesungguhnya penuh
dengan tipuan yang sangat memperdayakan....? Saudaraku,
jadilah orang yang ”cerdas” versi Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam. Bukan orang yang cerdas
berdasarkan pandangan para
pencinta dunia yang sejatinya sangat
bodoh dan tidak sabar...! ُﻪَﺴْﻔَﻧ َﻥﺍَﺩ ْﻦَﻣ ُﺲِّﻴَﻜْﻟﺍ ِﺕْﻮَﻤْﻟﺍ َﺪْﻌَﺑ ﺎَﻤِﻟ َﻞِﻤَﻋَﻭ “Orang yang paling cerdas ialah barangsiapa yang menghitung-
hitung/evaluasi/introspeksi (‘amal- perbuatan) dirinya dan ber’amal untuk kehidupan setelah
kematian.” (At-Tirmidzi 8/499)
“Bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS at-Taubah /9: 105).
Nonton iklan bentar ya...!!!
Monday, 2 May 2011
Mewaspadai Kemunculan FitnahDajjal (1)
Semenjak runtuhnya kekhalifahan
terakhir, ummat Islam menjadi
laksana anak-anak ayam kehilangan
induk. Masing-masing negeri kaum
muslimin mendirikan karakter
kebangsaannya sendiri-sendiri seraya meninggalkan dan
menanggalkan ikatan aqidah serta
akhlak Islam sebagai identitas utama
bangsa. Akhirnya tidak terelakkan
bahwa ummat Islam yang jumlahnya
di seantero dunia mencapai bilangan satu setengah miliar lebih, tidak
memiliki kewibawaan karena
mereka terpecah belah tidak bersatu
sebagai suatu blok kekuataan yang
tunggal dan mandiri. Nabi
Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam sudah mensinyalir bahwa
akan muncul babak keempat
perjalanan ummat Islam, yakni
kepemimpinan para Mulkan Jabriyyan (Raja-raja yang memaksakan kehendak). Inilah
babak yang sedang dilalui ummat
Islam dewasa ini. (lihat tulisan
Menuju Kehidupan Sejati berjudul
Boleh Jadi Kiamat Sudah Dekat
tanggal 6 Jul 08) Jangankan kaum muslimin
memimpin dunia, bahkan mereka
menjadi ummat yang diarahkan
(baca: dieksploitasi) oleh ummat
lainnya. Inilah babak paling kelam
dalam sejarah Islam. Allah subhaanahu wa ta’aala gilir kepemimpinan dunia dari kaum
mu’minin kepada kaum kafirin. Inilah zaman kita sekarang. We are
living in the darkest ages of the
Islamic history. Dunia menjadi morat-
marit sarat fitnah. Nilai-nilai jahiliah
modern mendominasi kehidupan.
Para penguasa mengatur masyarakat bukan dengan
bimbingan wahyu Ilahi, melainkan
hawa nafsu pribadi dan kelompok.
Pada babak inilah tegaknya Sistem
Dajjal. Berbagai lini kehidupan
ummat manusia diatur dengan Dajjalic values (nilai-nilai Dajjal).
Segenap urusan dunia dikelola
dengan nilai-nilai materialisme-
liberalisme-sekularisme, baik politik,
sosial, ekonomi, budaya, medis,
pendidikan, hukum, pertahanan- keamanan, militer bahkan
keagamaan. Masyarakat kian
dijauhkan dari pola hidup
berdasarkan manhaj Kenabian. Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda mensinyalir bahwa tidak
ada fitnah yang lebih dahsyat
semenjak Allah ciptakan manusia
pertama hingga datangnya hari
Kiamat selain fitnah Dajjal. ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ ِﻪَّﻠﻟﺍ ُﻝﻮُﺳَﺭ َﻝﺎَﻗ ُﻪَّﻠﻟﺍ َﻂَﺒْﻫَﺃ ﺎَﻣ َﻢَّﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ َﻡَﺩﺁ َﻖَﻠَﺧ ُﺬْﻨُﻣ ِﺽْﺭَﻷﺍ ﻰَﻟِﺇ ًﺔَﻨْﺘِﻓ ُﺔَﻋﺎَّﺴﻟﺍ َﻡﻮُﻘَﺗ ْﻥَﺃ ﻰَﻟِﺇ ِﻝﺎَّﺟَّﺪﻟﺍ ِﺔَﻨْﺘِﻓ ْﻦِﻣ َﻢَﻈْﻋَﺃ ) ﻲﻧﺍﺮﺒﻄﻟﺍ ( “Allah tidak menurunkan ke muka bumi -sejak penciptaan Adam as
hingga hari Kiamat- fitnah yang lebih
dahsyat dari fitnah Dajjal.” (HR Thabrani 1672) Ummat Islam yang menjalani babak
keempat dewasa ini harus
mempersiapkan diri mengantisipasi
kemunculan fitnah paling dahsyat
yaitu fitnah Dajjal. Hidup di babak
keempat, yakni babak kepemimpinan para Mulkan
Jabriyyan (para penguasa yang
memaksakan kehendak),
merupakan hidup yang penuh
tantangan. Pada babak ini Allah
memberikan giliran kepemimpinan ummat manusia kepada fihak kuffar.
Allah menguji kesabaran kaum
muslimin menghadapi
kepemimpinan para penguasa yang
memaksakan kehendak seraya
mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya. Sistem hidup yang mereka
tawarkan merupakan sistem yang
jauh dari nilai-nilai keimanan bahkan
didominasi oleh nilai-nilai kekufuran. Inilah zaman yang sarat dengan
fitnah. Keterlibatan seorang muslim
dalam aspek kehidupan modern
manapun sangat berpotensi
mendatangkan dosa bagi dirinya.
Rangkaian fitnah yang sedemikian hebat akan berpuncak pada
munculnya puncak fitnah yakni
fitnah Dajjal. Barangsiapa yang
sanggup menyelamatkan dirinya
dari rangkaian fitnah sebelum
munculnya fitnah Dajjal akan sangat berpeluang selamat pula pada saat
munculnya fitnah Dajjal. Demikianlah
peringatan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam: ُﻝﺎَّﺟَّﺪﻟﺍ َﺮِﻛُﺫ َﻝﺎَﻗ َﺔَﻔْﻳَﺬُﺣ ْﻦَﻋ ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ ِﻪَّﻠﻟﺍ ِﻝﻮُﺳَﺭ َﺪْﻨِﻋ ُﺔَﻨْﺘِﻔَﻟ ﺎَﻧَﺄَﻟ َﻝﺎَﻘَﻓ َﻢَّﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ْﻦِﻣ ﻱِﺪْﻨِﻋ ُﻑَﻮْﺧَﺃ ْﻢُﻜِﻀْﻌَﺑ ٌﺪَﺣَﺃ َﻮُﺠْﻨَﻳ ْﻦَﻟَﻭ ِﻝﺎَّﺟَّﺪﻟﺍ ِﺔَﻨْﺘِﻓ ﺎَﻣَﻭ ﺎَﻬْﻨِﻣ ﺎَﺠَﻧ ﺎَّﻟِﺇ ﺎَﻬَﻠْﺒَﻗ ﺎَّﻤِﻣ ﺎَﻴْﻧُّﺪﻟﺍ ْﺖَﻧﺎَﻛ ُﺬْﻨُﻣ ٌﺔَﻨْﺘِﻓ ْﺖَﻌِﻨُﺻ ِﺔَﻨْﺘِﻔِﻟ ﺎَّﻟِﺇ ٌﺓَﺮﻴِﺒَﻛ ﺎَﻟَﻭ ٌﺓَﺮﻴِﻐَﺻ ِﻝﺎَّﺟَّﺪﻟﺍ ) ﺪﻤﺣﺃ ( Suatu ketika ihwal Dajjal dibicarakan
di hadapan Rasulullah shollallahu
’alaih wa sallam. Kemudian beliau bersabda: ”Sungguh fitnah yang terjadi di antara kalian lebih aku
takuti dari fitnah Dajjal, dan tiada
seseorang yang dapat selamat dari
rangkaian fitnah sebelum fitnah
Dajjal melainkan akan selamat pula
darinya (Dajjal). Dan tiada fitnah yang dibuat sejak adanya dunia ini –baik kecil ataupun besar- kecuali dalam
rangka menyongsong fitnah
Dajjal.” (HR Ahmad V/389) Demikian pula sebaliknya,
barangsiapa ketika rangkaian fitnah
di berbagai dimensi kehidupan
sedang menggejala kemudian ia
terjebak ke dalamnya, maka
dikhawatirkan pada saat puncak fitnah muncul ia akan terjebak pula
untuk menjadi pengikut bahkan
hamba Dajjal. Wa na’udzubillahi min dzaalika.-
terakhir, ummat Islam menjadi
laksana anak-anak ayam kehilangan
induk. Masing-masing negeri kaum
muslimin mendirikan karakter
kebangsaannya sendiri-sendiri seraya meninggalkan dan
menanggalkan ikatan aqidah serta
akhlak Islam sebagai identitas utama
bangsa. Akhirnya tidak terelakkan
bahwa ummat Islam yang jumlahnya
di seantero dunia mencapai bilangan satu setengah miliar lebih, tidak
memiliki kewibawaan karena
mereka terpecah belah tidak bersatu
sebagai suatu blok kekuataan yang
tunggal dan mandiri. Nabi
Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam sudah mensinyalir bahwa
akan muncul babak keempat
perjalanan ummat Islam, yakni
kepemimpinan para Mulkan Jabriyyan (Raja-raja yang memaksakan kehendak). Inilah
babak yang sedang dilalui ummat
Islam dewasa ini. (lihat tulisan
Menuju Kehidupan Sejati berjudul
Boleh Jadi Kiamat Sudah Dekat
tanggal 6 Jul 08) Jangankan kaum muslimin
memimpin dunia, bahkan mereka
menjadi ummat yang diarahkan
(baca: dieksploitasi) oleh ummat
lainnya. Inilah babak paling kelam
dalam sejarah Islam. Allah subhaanahu wa ta’aala gilir kepemimpinan dunia dari kaum
mu’minin kepada kaum kafirin. Inilah zaman kita sekarang. We are
living in the darkest ages of the
Islamic history. Dunia menjadi morat-
marit sarat fitnah. Nilai-nilai jahiliah
modern mendominasi kehidupan.
Para penguasa mengatur masyarakat bukan dengan
bimbingan wahyu Ilahi, melainkan
hawa nafsu pribadi dan kelompok.
Pada babak inilah tegaknya Sistem
Dajjal. Berbagai lini kehidupan
ummat manusia diatur dengan Dajjalic values (nilai-nilai Dajjal).
Segenap urusan dunia dikelola
dengan nilai-nilai materialisme-
liberalisme-sekularisme, baik politik,
sosial, ekonomi, budaya, medis,
pendidikan, hukum, pertahanan- keamanan, militer bahkan
keagamaan. Masyarakat kian
dijauhkan dari pola hidup
berdasarkan manhaj Kenabian. Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda mensinyalir bahwa tidak
ada fitnah yang lebih dahsyat
semenjak Allah ciptakan manusia
pertama hingga datangnya hari
Kiamat selain fitnah Dajjal. ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ ِﻪَّﻠﻟﺍ ُﻝﻮُﺳَﺭ َﻝﺎَﻗ ُﻪَّﻠﻟﺍ َﻂَﺒْﻫَﺃ ﺎَﻣ َﻢَّﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ َﻡَﺩﺁ َﻖَﻠَﺧ ُﺬْﻨُﻣ ِﺽْﺭَﻷﺍ ﻰَﻟِﺇ ًﺔَﻨْﺘِﻓ ُﺔَﻋﺎَّﺴﻟﺍ َﻡﻮُﻘَﺗ ْﻥَﺃ ﻰَﻟِﺇ ِﻝﺎَّﺟَّﺪﻟﺍ ِﺔَﻨْﺘِﻓ ْﻦِﻣ َﻢَﻈْﻋَﺃ ) ﻲﻧﺍﺮﺒﻄﻟﺍ ( “Allah tidak menurunkan ke muka bumi -sejak penciptaan Adam as
hingga hari Kiamat- fitnah yang lebih
dahsyat dari fitnah Dajjal.” (HR Thabrani 1672) Ummat Islam yang menjalani babak
keempat dewasa ini harus
mempersiapkan diri mengantisipasi
kemunculan fitnah paling dahsyat
yaitu fitnah Dajjal. Hidup di babak
keempat, yakni babak kepemimpinan para Mulkan
Jabriyyan (para penguasa yang
memaksakan kehendak),
merupakan hidup yang penuh
tantangan. Pada babak ini Allah
memberikan giliran kepemimpinan ummat manusia kepada fihak kuffar.
Allah menguji kesabaran kaum
muslimin menghadapi
kepemimpinan para penguasa yang
memaksakan kehendak seraya
mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya. Sistem hidup yang mereka
tawarkan merupakan sistem yang
jauh dari nilai-nilai keimanan bahkan
didominasi oleh nilai-nilai kekufuran. Inilah zaman yang sarat dengan
fitnah. Keterlibatan seorang muslim
dalam aspek kehidupan modern
manapun sangat berpotensi
mendatangkan dosa bagi dirinya.
Rangkaian fitnah yang sedemikian hebat akan berpuncak pada
munculnya puncak fitnah yakni
fitnah Dajjal. Barangsiapa yang
sanggup menyelamatkan dirinya
dari rangkaian fitnah sebelum
munculnya fitnah Dajjal akan sangat berpeluang selamat pula pada saat
munculnya fitnah Dajjal. Demikianlah
peringatan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam: ُﻝﺎَّﺟَّﺪﻟﺍ َﺮِﻛُﺫ َﻝﺎَﻗ َﺔَﻔْﻳَﺬُﺣ ْﻦَﻋ ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ ِﻪَّﻠﻟﺍ ِﻝﻮُﺳَﺭ َﺪْﻨِﻋ ُﺔَﻨْﺘِﻔَﻟ ﺎَﻧَﺄَﻟ َﻝﺎَﻘَﻓ َﻢَّﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ْﻦِﻣ ﻱِﺪْﻨِﻋ ُﻑَﻮْﺧَﺃ ْﻢُﻜِﻀْﻌَﺑ ٌﺪَﺣَﺃ َﻮُﺠْﻨَﻳ ْﻦَﻟَﻭ ِﻝﺎَّﺟَّﺪﻟﺍ ِﺔَﻨْﺘِﻓ ﺎَﻣَﻭ ﺎَﻬْﻨِﻣ ﺎَﺠَﻧ ﺎَّﻟِﺇ ﺎَﻬَﻠْﺒَﻗ ﺎَّﻤِﻣ ﺎَﻴْﻧُّﺪﻟﺍ ْﺖَﻧﺎَﻛ ُﺬْﻨُﻣ ٌﺔَﻨْﺘِﻓ ْﺖَﻌِﻨُﺻ ِﺔَﻨْﺘِﻔِﻟ ﺎَّﻟِﺇ ٌﺓَﺮﻴِﺒَﻛ ﺎَﻟَﻭ ٌﺓَﺮﻴِﻐَﺻ ِﻝﺎَّﺟَّﺪﻟﺍ ) ﺪﻤﺣﺃ ( Suatu ketika ihwal Dajjal dibicarakan
di hadapan Rasulullah shollallahu
’alaih wa sallam. Kemudian beliau bersabda: ”Sungguh fitnah yang terjadi di antara kalian lebih aku
takuti dari fitnah Dajjal, dan tiada
seseorang yang dapat selamat dari
rangkaian fitnah sebelum fitnah
Dajjal melainkan akan selamat pula
darinya (Dajjal). Dan tiada fitnah yang dibuat sejak adanya dunia ini –baik kecil ataupun besar- kecuali dalam
rangka menyongsong fitnah
Dajjal.” (HR Ahmad V/389) Demikian pula sebaliknya,
barangsiapa ketika rangkaian fitnah
di berbagai dimensi kehidupan
sedang menggejala kemudian ia
terjebak ke dalamnya, maka
dikhawatirkan pada saat puncak fitnah muncul ia akan terjebak pula
untuk menjadi pengikut bahkan
hamba Dajjal. Wa na’udzubillahi min dzaalika.-
Subscribe to:
Posts (Atom)