Nonton iklan bentar ya...!!!

Monday 2 May 2011

Kambing "Kematian" Disembelih DiAntara Surga Dan Neraka

Lukmanul Hakim merupakan lelaki
sholeh yang banyak menyampaikan
nasehat bijak kepada putranya. Ia
bukan seorang Nabi atau Rasul Allah
ta’aala. Sedemikian mulianya beliau sehingga namanya diabadikan
menjadi nama salah satu surah di
dalam Al-Qur’an. Di antara nasehatnya yang tidak termaktub di
dalam Al-Qur’an ialah ucapannya kepada putranya sebagai berikut: َﺔَﻋﺎَﻘَﺑ ِﺭْﺪَﻘِﺑ َﻙﺎَﻴْﻧُﺪِﻟ ْﻞَﻤْﻋِﺇ ِﺭْﺪَﻘِﺑ َﻚَﺗَﺮِﺧﺂِﻟ ْﻞَﻤْﻋﺍَﻭ ﺎَﻬﻴِﻓ ﺎَﻬﻴِﻓ َﺔَﻋﺎَﻘَﺑ “Berbaktilah untuk duniamu sesuai jatah waktu engkau tinggal di
dalamnya. Dan berbaktilah untuk
akhiratmu sesuai jatah waktu
engkau tinggal di dalamnya.” Subhanallah…! Sebuah nasihat yang sungguh mencerminkan kedalaman
perenungan Lukmanul Hakim akan
hakekat perbandingan kehidupan di
dunia dengan akhirat. Ia sangat
memahami betapa jauh lebih
bermaknanya kehidupan di akhirat daripada kehidupan di dunia. Dan
betapa fananya dunia ini
dibandingkan kekalnya alam akhirat
kelak..! Coba kita renungkan. Berapa lama
jatah waktu hidup kita di dunia?
Paling-paling hanya 60-an atau 70-
an tahun. Kalau bisa lebih daripada
itu tentu sudah sangat istimewa.
Seorang yang mencapai usia 100 tahun sungguh sudah sangat luar
biasa..! Sehingga Rasulullah
shollallahu ’alaih wa sallam mengisyaratkan sebagai berikut: َﻝﺎَﻗ َﻝﺎَﻗ َﺓَﺮْﻳَﺮُﻫ ﻲِﺑَﺃ ْﻦَﻋ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ ِﻪَّﻠﻟﺍ ُﻝﻮُﺳَﺭ َﻦْﻴَﺑ ﺎَﻣ ﻲِﺘَّﻣُﺃ ُﺭﺎَﻤْﻋَﺃ َﻢَّﻠَﺳَﻭ َﻦﻴِﻌْﺒَّﺴﻟﺍ ﻰَﻟِﺇ َﻦﻴِّﺘِّﺴﻟﺍ َﻚِﻟَﺫ ُﺯﻮُﺠَﻳ ْﻦَﻣ ْﻢُﻬُّﻠَﻗَﺃَﻭ “Umur ummatku antara enampuluh hingga tujuhpuluh tahun, dan sedikit
di antara mereka yang mencapai
(tujuhpuluh tahun) itu.” (HR Tirmidzi 3473) Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam wafat pada usia 63 tahun
hijriyah. Demikian pula dengan
kedua sahabat utamanya Abu Bakar
Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab.
Keduanya wafat pada usia 63 tahun
hijriyah. Ini semata taqdir Allah ta’aala, bukan suatu kebetulan, yang tentunya mengandung rahasia dan
hikmah ilahi. Dan berapa lama jatah hidup
seseorang di akhirat? Menurut Al-
Qur’an manusia bakal hidup kekal selamanya di akhirat. Dalam Al-
Qur’an disebut dengan istilah: ﺍًﺪَﺑَﺃ ﺎَﻬﻴِﻓ َﻦﻳِﺪِﻟﺎَﺧ “Kekal selamanya di dalamnya.” Bahkan di dalam hadits kita jumpai
keterangan mengenai hal ini dengan
ungkapan yang lebih
membangkitkan bulu roma. Nabi
shollallahu ’alaih wa sallam menjelaskan bahwa ketika nanti
seluruh penghuni surga telah
dimasukkan ke dalam surga
sementara penghuni neraka telah
masuk neraka semuanya, maka
Allah ta’aala akan tampilkan kematian dalam wujud seekor kambing yang ditempatkan di antara surga dan neraka. Selanjutnya
Allah ta’aala perintahkan malaikat untuk menyembelih ”kematian” sambil ditonton oleh segenap ahli
neraka dan ahli surga. Sesudah itu
Allah ta’aala akan berfirman kepada ahli surga: “Hai penghuni surga kekallah tidak ada lagi kematian …” Selanjutnya Allah ta’aala berfirman kepada para ahli neraka: ”Hai penghuni neraka kekallah tidak ada
lagi kematian...” ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ ِﻪَّﻠﻟﺍ ُﻝﻮُﺳَﺭ َﻝﺎَﻗ ِﺕْﻮَﻤْﻟﺎِﺑ ُﺀﺎَﺠُﻳ َﻢَّﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ٌﺶْﺒَﻛ ُﻪَّﻧَﺄَﻛ ِﺔَﻣﺎَﻴِﻘْﻟﺍ َﻡْﻮَﻳ ُﺢَﻠْﻣَﺃ Bersabda Rasulullah shollallahu
’alaih wa sallam: “Kematian didatangkan pada hari kiamat
berupa seekor kambing hitam...” (HR Muslim 5087) ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ ِﻪَّﻠﻟﺍ ُﻝﻮُﺳَﺭ َﻝﺎَﻗ ُﻞْﻫَﺃ َﺭﺎَﺻ ﺍَﺫِﺇ َﻢَّﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍ ُﻞْﻫَﺃَﻭ ِﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ﻲِﻓ ِﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ِﺕْﻮَﻤْﻟﺎِﺑ َﺀﻲِﺟ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍ ﻲِﻓ ِﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ َﻦْﻴَﺑ َﻒَﻗﻮُﻳ ﻰَّﺘَﺣ ٍﺩﺎَﻨُﻣ ﻱِﺩﺎَﻨُﻳ َّﻢُﺛ ُﺢَﺑْﺬُﻳ َّﻢُﺛ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍَﻭ َﺕْﻮَﻣ ﺎَﻟ ٌﺩﻮُﻠُﺧ ِﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ َﻞْﻫَﺃ ﺎَﻳ َﺕْﻮَﻣ ﺎَﻟ ٌﺩﻮُﻠُﺧ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍ َﻞْﻫَﺃ ﺎَﻳ ﻰَﻟِﺇ ﺎًﺣَﺮَﻓ ِﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ُﻞْﻫَﺃ َﺩﺍَﺩْﺯﺎَﻓ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍ ُﻞْﻫَﺃ َﺩﺍَﺩْﺯﺍَﻭ ْﻢِﻬِﺣَﺮَﻓ ْﻢِﻬِﻧْﺰُﺣ ﻰَﻟِﺇ ﺎًﻧْﺰُﺣ ) ﺪﻤﺣﺃ ( “Bila penghuni surga sudah masuk surga dan penghuni neraka masuk
neraka, datanglah kematian berdiri
di antara surga dan neraka,
kemudian disembelih. Lalu terdengar
seruan “Hai penghuni surga kekallah tidak ada lagi kematian… Hai penghuni neraka kekallah tidak ada
lagi kematian”, maka bertambahlah kegembiraan penghuni surga dan
bertambahlah kesedihan penghuni
neraka.” (HR Ahmad 5721) Saudaraku, bila Allah ta ’aala taqdirkan kita hidup di akhirat dalam
kesenangan abadi di dalam surga
tentulah ini suatu kenikmatan yang
tiada tara dan bandingan.
Sebaliknya, barangsiapa yang
ditaqdirkan Allah ta ’aala hidup di akhirat di dalam penderitaan abadi
siksaan neraka tentulah ini suatu
kerugian yang sungguh nyata dan
mengerikan...! Na’udzubillahi min dzaalika...! Pantas bilamana Nabi shollallahu
’alaih wa sallam menggambarkan betapa tiada berartinya kesenangan
dunia yang penuh kepalsuan jika
dibandingkan dengan kesenangan
surga yang hakiki, bukan khayalan
atau virtual atau sekedar dongeng
orang-orang terdahulu. Begitu pula tiada berartinya kesulitan di dunia
yang penuh tipuan jika
dibandingkan dengan kesulitan dan
penderitaan sejati neraka yang
berkepanjangan tiada ujung akhir,
bukan khayalan atau virtual atau sekedar dongeng orang-orang
terdahulu.... Na’udzubillahi min dzaalika...! ْﻦِﻣ ﺎَﻴْﻧُّﺪﻟﺍ ِﻞْﻫَﺃ ِﻢَﻌْﻧَﺄِﺑ ﻰَﺗْﺆُﻳ ِﺔَﻣﺎَﻴِﻘْﻟﺍ َﻡْﻮَﻳ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍ ِﻞْﻫَﺃ َّﻢُﺛ ًﺔَﻐْﺒَﺻ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍ ﻲِﻓ ُﻎَﺒْﺼُﻴَﻓ َﺖْﻳَﺃَﺭ ْﻞَﻫ َﻡَﺩﺁ َﻦْﺑﺍ ﺎَﻳ ُﻝﺎَﻘُﻳ ٌﻢﻴِﻌَﻧ َﻚِﺑ َّﺮَﻣ ْﻞَﻫ ُّﻂَﻗ ﺍًﺮْﻴَﺧ ِّﺏَﺭ ﺎَﻳ ِﻪَّﻠﻟﺍَﻭ ﺎَﻟ ُﻝﻮُﻘَﻴَﻓ ُّﻂَﻗ ﺎًﺳْﺆُﺑ ِﺱﺎَّﻨﻟﺍ ِّﺪَﺷَﺄِﺑ ﻰَﺗْﺆُﻳَﻭ ِﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ِﻞْﻫَﺃ ْﻦِﻣ ﺎَﻴْﻧُّﺪﻟﺍ ﻲِﻓ ِﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ﻲِﻓ ًﺔَﻐْﺒَﺻ ُﻎَﺒْﺼُﻴَﻓ ْﻞَﻫ َﻡَﺩﺁ َﻦْﺑﺍ ﺎَﻳ ُﻪَﻟ ُﻝﺎَﻘُﻴَﻓ َﻚِﺑ َّﺮَﻣ ْﻞَﻫ ُّﻂَﻗ ﺎًﺳْﺆُﺑ َﺖْﻳَﺃَﺭ ﺎَﻳ ِﻪَّﻠﻟﺍَﻭ ﺎَﻟ ُﻝﻮُﻘَﻴَﻓ ُّﻂَﻗ ٌﺓَّﺪِﺷ ﺎَﻟَﻭ ُّﻂَﻗ ٌﺱْﺆُﺑ ﻲِﺑ َّﺮَﻣ ﺎَﻣ ِّﺏَﺭ ُّﻂَﻗ ًﺓَّﺪِﺷ ُﺖْﻳَﺃَﺭ "Pada hari berbangkit didatangkan
orang yang paling ni'mat hidupnya
sewaktu di dunia dari ahli neraka.
Maka ia dicelupkan ke dalam neraka
sejenak. Kemudian ditanya:"Hai anak
Adam, apakah kamu pernah melihat kesenangan? Apakah kamu pernah
merasakan kenikmatan?" Ia
menjawab: "Tidak, demi Allah wahai
Rabb.” Lalu didatangkanlah orang yang paling sengsara hidupnya
sewaktu di dunia dari ahli surga.
Maka ia dicelupkan ke dalam surga
sejenak. Kemudian ditanya:"Hai anak
Adam, apakah kamu pernah melihat
kesengsaraan? Apakah kamu pernah merasakan penderitaan?" Ia
menjawab: "Tidak, demi Allah wahai
Rabb. Aku tdk pernah mengalami
kesengsaraan dan tidak pula melihat
penderitaan" (HR Muslim 5018) Maka saudaraku, pantaskah kita
mempertaruhkan kehidupan kita
yang hakiki dan abadi di akhirat
nanti demi meraih kesenangan dunia
yang fana dan sesungguhnya penuh
dengan tipuan yang sangat memperdayakan....? Saudaraku,
jadilah orang yang ”cerdas” versi Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam. Bukan orang yang cerdas
berdasarkan pandangan para
pencinta dunia yang sejatinya sangat
bodoh dan tidak sabar...! ُﻪَﺴْﻔَﻧ َﻥﺍَﺩ ْﻦَﻣ ُﺲِّﻴَﻜْﻟﺍ ِﺕْﻮَﻤْﻟﺍ َﺪْﻌَﺑ ﺎَﻤِﻟ َﻞِﻤَﻋَﻭ “Orang yang paling cerdas ialah barangsiapa yang menghitung-
hitung/evaluasi/introspeksi (‘amal- perbuatan) dirinya dan ber’amal untuk kehidupan setelah
kematian.” (At-Tirmidzi 8/499)

No comments: