Bismillahirrohmanirrohim, Assalamu’alaikum sobat semua, semoga Allah memberikan rahmat
dan kasih sayangNya pada kita
semua, aamiin. Bersegeralah menjadi ayah hai kalian
para sobat ikhwan! Bukan apa-apa
sih, tapi apakah kita yang laki-laki
tidak rindu akan sebutan ayah?
“Ayah..ayah..ayo kita main ”, “Ayah..ayah..temenin dede belajar”, “Ayah..aku sayang ayah sama bunda ”, hm…terus terang itu kata-kata indah yang ingin kudengar dari anakku kelak . . . . Sobat…yuk kita renungkan ini … Ayah, adalah anugerah yang hanya lelaki beriman
yang mampu memahami dan
memaknai kata itu… Ayah, adalah kebanggaan pada setiap diri lelaki,
ketika nama itu melekat di depan
namanya… Ayah, keringat dan pelunya, senilai dengan darah para syuhada… Ayah, adalah kata rindu bagi lelaki sholeh, yang mensegerakan
pernikahannya,
dan meninggalkan kesendiriannya,
dalam dunia lajang yang bisu… Ayah, adalah kata yang mengajari tentang Makna Pertanggung jawaban
yang hakiki
setelah kata Iman… Ayah, adalah kata yang membuat gentar musuh-musuh Islam,
karena dari kata ini, Para Pemuda
Muslim, terlindungi Fitrah dan Naluri
seksualnya… Ayah, adalah Anugerah Allah, yang Ibnu Taimiyah dan Sayyid Quthb pun,
tak sempat merasakan anugrah ini… Maka tak ada lagi alasan berlama-lama
bagimu dalam kesendirian
menemani setan di pojok hitam yang
bisu Gimana?. Umar Ibn Khatab pernah
berkata, ada dua penyebab lelaki
enggan menikah dan menjadi ayah,
dia seorang penzina, atau orang yang
memiliki penyakit lemah syahwat! (semoga bukan karena itu ya ). “Jika Kata AYAH tak mampu engkau wujudkan dalam amal, sementara
umurmu tak mampu di ajak mundur,
maka dirimu sesungguhnya satu
diantaranya”. Ayah…! Kata ini telah di teriakkan oleh anak-
anak kita
di lauhul mahfuzh…!! Maka Imam Syafi’i ketika di tanya sejak kapan mendidik anak.
beliau menjawab
sejak aku belum menikah, dengan
mencarikan Ibu yang baik lagi
sholeha, sebagai tempat lahirnya
anak-anakku … Ayah…! empat huruf yang hanya Lelaki
beriman yang rindu dan sanggup
serta mau melaksankannya, hingga
kata Ayah, melekat di depan
namanya… diucapkan dengan patah-patah… oleh lisan kecil anak kita … Ayah…! adalah sebagian tiket kita menuju
surga Allah
Telah sempurna separuh agama bagi
orang yang menikah… maka separuh lagi ia isi dalam
ketaatan
dengan menjadi Suami yang Sholeh
dan Ayah yang Baik… Ayah…! dengarlah desiran angin
yang mampir ditelingamu… tidakkah engkau rindu …?!! Semoga tulisan ini menginspirasi kita
untuk segera menjadi ayah, dan
tentunya…nikah dulu dong…terus jadi ayah, right? keep spirit…do the best... bismillah…
“Bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS at-Taubah /9: 105).
Nonton iklan bentar ya...!!!
Monday, 2 May 2011
Penyesalan Ahli Neraka KarenaMasalah Ketaatan
Kitab Suci Al-Qur ’an seringkali menggambarkan berbagai bentuk
penyesalan para penghuni Neraka.
Salah satu di antara bentuk
penyesalan itu berkaitan dengan
urusan ”ketaatan”. Kelak para penghuni Neraka pada saat tengah
mengalami penyiksaan yang begitu
menyengsarakan berkeluh kesah
penuh penyesalan mengapa mereka
dahulu sewaktu di dunia tidak
mentaati Allah dan RasulNya. Kemudian mereka menyesal karena
telah menyerahkan kepatuhan
kepada para pembesar, pemimpin,
Presiden, Imam, Amir, Qiyadah dan
atasan mereka yang ternyata telah
menyesatkan mereka dari jalan yang lurus. Akhirnya, karena nasi telah
menjadi bubur, mereka hanya bisa
mengharapkan agar para mantan
pimpinan mereka itu diazab oleh
Allah dua kali lipat daripada azab
yang mereka terima. Bahkan penghuni Neraka akhirnya
mengharapkan agar para mantan
pimpinan mereka itu dikutuk
dengan kutukan yang sebesar-
besarnya. Semoga Allah melindungi
kita dari penyesalan demikian. Na’udzubillahi min dzaalika..! ﻲِﻓ ْﻢُﻬُﻫﻮُﺟُﻭ ُﺐَّﻠَﻘُﺗ َﻡْﻮَﻳ ﺎَﻨْﻌَﻃَﺃ ﺎَﻨَﺘْﻴَﻟ ﺎَﻳ َﻥﻮُﻟﻮُﻘَﻳ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍ ﺎَﻟﻮُﺳَّﺮﻟﺍ ﺎَﻨْﻌَﻃَﺃَﻭ َﻪَّﻠﻟﺍ ﺎَﻨَﺗَﺩﺎَﺳ ﺎَﻨْﻌَﻃَﺃ ﺎَّﻧِﺇ ﺎَﻨَّﺑَﺭ ﺍﻮُﻟﺎَﻗَﻭ ﺎَﻠﻴِﺒَّﺴﻟﺍ ﺎَﻧﻮُّﻠَﺿَﺄَﻓ ﺎَﻧَﺀﺍَﺮَﺒُﻛَﻭ َﻦِﻣ ِﻦْﻴَﻔْﻌِﺿ ْﻢِﻬِﺗَﺁ ﺎَﻨَّﺑَﺭ ﺍًﺮﻴِﺒَﻛ ﺎًﻨْﻌَﻟ ْﻢُﻬْﻨَﻌْﻟﺍَﻭ ِﺏﺍَﺬَﻌْﻟﺍ ”Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka,
mereka berkata: "Alangkah baiknya,
andaikata kami ta`at kepada Allah
dan ta`at (pula) kepada Rasul". Dan
mereka berkata: "Ya Tuhan kami,
sesungguhnya kami telah menta`ati pemimpin-pemimpin dan pembesar-
pembesar kami, lalu mereka
menyesatkan kami dari jalan (yang
benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah
kepada mereka azab dua kali lipat
dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar".(QS AlAhzab
ayat 66-68) Gambaran di atas merupakan suatu
gambaran yang sungguh
mengenaskan. Bagaimana
kumpulan manusia yang sewaktu di
dunia begitu menghormati dan
mempercayai para pembesar dan pemimpin mereka, tiba-tiba setelah
sama-sama dimasukkan Allah ke
dalam derita Neraka mereka baru
sadar ternyata telah ditipu oleh para
pemimpin tersebut sehingga
berbalik menjadi pembenci dan pengutuk para mantan pembesar
dan pemimpin tersebut. Mereka
terlambat menyadari jika telah
dikelabui dan disesatkan dari jalan
yang benar. Mereka terlambat
menyadari bahwa sesungguhnya para pemimpin dan pembesar itu
tidak pernah benar-benar mengajak
dan mengarahkan mereka ke jalan
yang mendatangkan keridhaan dan
rahmat Allah. Itulah sebabnya tatkala Allah
menyuruh orang-orang beriman
mentaati Allah dan RasulNya serta
”ulil amri minkum” (para pemimpin di antara orang-orang beriman) saat itu
juga Allah menjelaskan kriteria ”ulil amri minkum” yang sejati. Yaitu mereka yang di dalam
kepemimpinannya bilamana
menghadapi perselisihan pendapat
maka Allah (Al-Qur ’an) dan RasulNya (As-Sunnah/Al-Hadits) menjadi
rujukan mereka dalam
menyelesaikan dan memutuskan
segenap perkara. ﺍﻮُﻌﻴِﻃَﺃ ﺍﻮُﻨَﻣَﺁ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ﺎَﻬُّﻳَﺃ ﺎَﻳ َﻝﻮُﺳَّﺮﻟﺍ ﺍﻮُﻌﻴِﻃَﺃَﻭ َﻪَّﻠﻟﺍ ْﻢُﻜْﻨِﻣ ِﺮْﻣَﺄْﻟﺍ ﻲِﻟﻭُﺃَﻭ ٍﺀْﻲَﺷ ﻲِﻓ ْﻢُﺘْﻋَﺯﺎَﻨَﺗ ْﻥِﺈَﻓ ِﻝﻮُﺳَّﺮﻟﺍَﻭ ِﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَﻟِﺇ ُﻩﻭُّﺩُﺮَﻓ ِﻪَّﻠﻟﺎِﺑ َﻥﻮُﻨِﻣْﺆُﺗ ْﻢُﺘْﻨُﻛ ْﻥِﺇ ٌﺮْﻴَﺧ َﻚِﻟَﺫ ِﺮِﺧَﺂْﻟﺍ ِﻡْﻮَﻴْﻟﺍَﻭ ﺎًﻠﻳِﻭْﺄَﺗ ُﻦَﺴْﺣَﺃَﻭ ”Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu)
dan lebih baik akibatnya.” (QS An- Nisaa ayat 59) Benar, Islam sangat menganjurkan
kita semua supaya taat kepada
pemimpin, namun pemimpin yang
seperti apa? Apakah patut kita
mentaati para pembesar dan
pemimpin bilamana mereka tidak pernah menjadikan AlQur ’an dan As- Sunnah sebagai rujukan untuk
menyelesaikan berbagai problema
yang muncul? Mereka lebih percaya
kepada hukum dan aturan bikinan
manusia, bikinan para legislator,
daripada meyakini dan mengamalkan ketentuan-ketentuan
Allah dan RasulNya. Pantaslah
bilamana masyarakat yang sempat
menghormati dan mempercayai para
pembesar dan pemimpin seperti ini
sewaktu di dunia kelak akan menyesal ketika sudah masuk
Neraka. Bahkan mereka akan
berbalik menyerang dan memohon
kepada Allah agar para ulil amri
gadungan tersebut diazab dan
dikutuk...! Tetapi kesadaran dan penyesalan di
saat itu sudah tidak bermanfaat sama
sekali untuk memperbaiki keadaan.
Sehingga Allah menggambarkan
bahwa pada saat mereka semuanya
telah divonis menjadi penghuni Neraka lalu para pengikut dan
pemimpin berselisih di hadapan
Allah sewaktu di Padang Mahsyar.
Para pengikut menuntut
pertanggungjawaban dari para
pembesar, namun para pembesar itupun cuci tangan dan tidak mau
disalahkan. Para pemimpin saat itu
baru mengakui bahwa mereka
sendiri tidak mendapat petunjuk
dalam hidupnya sewaktu di dunia,
sehingga wajar bila merekapun tidak sanggup memberi petunjuk
sebenarnya kepada rakyat yang
mereka pimpin. Mereka mengatakan
bahwa apakah mau berkeluh kesah
ataupun bersabar sama saja bagi
mereka. Hal itu tidak akan mengubah keadaan mereka barang
sedikitpun. Baik pemimpin maupun
rakyat sama-sama dimasukkan ke
dalam derita Neraka. َﻝﺎَﻘَﻓ ﺎًﻌﻴِﻤَﺟ ِﻪَّﻠِﻟ ﺍﻭُﺯَﺮَﺑَﻭ ﺍﻭُﺮَﺒْﻜَﺘْﺳﺍ َﻦﻳِﺬَّﻠِﻟ ُﺀﺎَﻔَﻌُّﻀﻟﺍ ْﻢُﺘْﻧَﺃ ْﻞَﻬَﻓ ﺎًﻌَﺒَﺗ ْﻢُﻜَﻟ ﺎَّﻨُﻛ ﺎَّﻧِﺇ ِﻪَّﻠﻟﺍ ِﺏﺍَﺬَﻋ ْﻦِﻣ ﺎَّﻨَﻋ َﻥﻮُﻨْﻐُﻣ ٍﺀْﻲَﺷ ْﻦِﻣ ْﻢُﻛﺎَﻨْﻳَﺪَﻬَﻟ ُﻪَّﻠﻟﺍ ﺎَﻧﺍَﺪَﻫ ْﻮَﻟ ﺍﻮُﻟﺎَﻗ ْﻡَﺃ ﺎَﻨْﻋِﺰَﺟَﺃ ﺎَﻨْﻴَﻠَﻋ ٌﺀﺍَﻮَﺳ ٍﺺﻴِﺤَﻣ ْﻦِﻣ ﺎَﻨَﻟ ﺎَﻣ ﺎَﻧْﺮَﺒَﺻ ”Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul
menghadap ke hadirat Allah, lalu
berkatalah orang-orang yang lemah
kepada orang-orang yang
sombong: "Sesungguhnya kami
dahulu adalah pengikut- pengikutmu, maka dapatkah kamu
menghindarkan daripada kami azab
Allah (walaupun) sedikit saja?
Mereka menjawab: "Seandainya
Allah memberi petunjuk kepada
kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi
kita, apakah kita mengeluh ataukah
bersabar. Sekali-kali kita tidak
mempunyai tempat untuk melarikan
diri". (QS Ibrahim ayat 21) Allah menggambarkan bahwa
kumpulan pengikut taqlid dan
pemimpin sesat ini adalah kumpulan
orang-orang zalim. Para pemimpin
sesat akan berlepas diri dari para
pengikut taqlidnya. Sedangkan para pengikut taqlid bakal menyesal dan
berandai-andai mereka dapat
dihidupkan kembal ke dunia
sehingga mereka pasti berlepas diri,
tidak mau loyal dan taat kepada para
pemimpin sesat tersebut. Tetapi semuanya sudah terlambat. ْﺫِﺇ ﺍﻮُﻤَﻠَﻇ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ﻯَﺮَﻳ ْﻮَﻟَﻭ ِﻪَّﻠِﻟ َﺓَّﻮُﻘْﻟﺍ َّﻥَﺃ َﺏﺍَﺬَﻌْﻟﺍ َﻥْﻭَﺮَﻳ ُﺪﻳِﺪَﺷ َﻪَّﻠﻟﺍ َّﻥَﺃَﻭ ﺎًﻌﻴِﻤَﺟ ِﺏﺍَﺬَﻌْﻟﺍ َﻦِﻣ ﺍﻮُﻌِﺒُّﺗﺍ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ َﺃَّﺮَﺒَﺗ ْﺫِﺇ َﺏﺍَﺬَﻌْﻟﺍ ﺍُﻭَﺃَﺭَﻭ ﺍﻮُﻌَﺒَّﺗﺍ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ُﺏﺎَﺒْﺳَﺄْﻟﺍ ُﻢِﻬِﺑ ْﺖَﻌَّﻄَﻘَﺗَﻭ ﺎَﻨَﻟ َّﻥَﺃ ْﻮَﻟ ﺍﻮُﻌَﺒَّﺗﺍ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ َﻝﺎَﻗَﻭ ﺎَﻤَﻛ ْﻢُﻬْﻨِﻣ َﺃَّﺮَﺒَﺘَﻨَﻓ ًﺓَّﺮَﻛ ﺎَّﻨِﻣ ﺍﻭُﺀَّﺮَﺒَﺗ ْﻢُﻬَﻟﺎَﻤْﻋَﺃ ُﻪَّﻠﻟﺍ ُﻢِﻬﻳِﺮُﻳ َﻚِﻟَﺬَﻛ ْﻢُﻫ ﺎَﻣَﻭ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ٍﺕﺍَﺮَﺴَﺣ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍ َﻦِﻣ َﻦﻴِﺟِﺭﺎَﺨِﺑ ”Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui
ketika mereka melihat siksa (pada
hari kiamat), bahwa kekuatan itu
kepunyaan Allah semuanya dan
bahwa Allah amat berat siksaan-Nya
(niscaya mereka menyesal). (Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu
berlepas diri dari orang-orang yang
mengikutinya, dan mereka melihat
siksa; dan (ketika) segala hubungan
antara mereka terputus sama sekali.
Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: "Seandainya kami dapat
kembali (ke dunia), pasti kami akan
berlepas diri dari mereka,
sebagaimana mereka berlepas diri
dari kami." Demikianlah Allah
memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan
bagi mereka; dan sekali-kali mereka
tidak akan ke luar dari api
neraka.” (QS Al-Baqarah ayat 165-167)
penyesalan para penghuni Neraka.
Salah satu di antara bentuk
penyesalan itu berkaitan dengan
urusan ”ketaatan”. Kelak para penghuni Neraka pada saat tengah
mengalami penyiksaan yang begitu
menyengsarakan berkeluh kesah
penuh penyesalan mengapa mereka
dahulu sewaktu di dunia tidak
mentaati Allah dan RasulNya. Kemudian mereka menyesal karena
telah menyerahkan kepatuhan
kepada para pembesar, pemimpin,
Presiden, Imam, Amir, Qiyadah dan
atasan mereka yang ternyata telah
menyesatkan mereka dari jalan yang lurus. Akhirnya, karena nasi telah
menjadi bubur, mereka hanya bisa
mengharapkan agar para mantan
pimpinan mereka itu diazab oleh
Allah dua kali lipat daripada azab
yang mereka terima. Bahkan penghuni Neraka akhirnya
mengharapkan agar para mantan
pimpinan mereka itu dikutuk
dengan kutukan yang sebesar-
besarnya. Semoga Allah melindungi
kita dari penyesalan demikian. Na’udzubillahi min dzaalika..! ﻲِﻓ ْﻢُﻬُﻫﻮُﺟُﻭ ُﺐَّﻠَﻘُﺗ َﻡْﻮَﻳ ﺎَﻨْﻌَﻃَﺃ ﺎَﻨَﺘْﻴَﻟ ﺎَﻳ َﻥﻮُﻟﻮُﻘَﻳ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍ ﺎَﻟﻮُﺳَّﺮﻟﺍ ﺎَﻨْﻌَﻃَﺃَﻭ َﻪَّﻠﻟﺍ ﺎَﻨَﺗَﺩﺎَﺳ ﺎَﻨْﻌَﻃَﺃ ﺎَّﻧِﺇ ﺎَﻨَّﺑَﺭ ﺍﻮُﻟﺎَﻗَﻭ ﺎَﻠﻴِﺒَّﺴﻟﺍ ﺎَﻧﻮُّﻠَﺿَﺄَﻓ ﺎَﻧَﺀﺍَﺮَﺒُﻛَﻭ َﻦِﻣ ِﻦْﻴَﻔْﻌِﺿ ْﻢِﻬِﺗَﺁ ﺎَﻨَّﺑَﺭ ﺍًﺮﻴِﺒَﻛ ﺎًﻨْﻌَﻟ ْﻢُﻬْﻨَﻌْﻟﺍَﻭ ِﺏﺍَﺬَﻌْﻟﺍ ”Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka,
mereka berkata: "Alangkah baiknya,
andaikata kami ta`at kepada Allah
dan ta`at (pula) kepada Rasul". Dan
mereka berkata: "Ya Tuhan kami,
sesungguhnya kami telah menta`ati pemimpin-pemimpin dan pembesar-
pembesar kami, lalu mereka
menyesatkan kami dari jalan (yang
benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah
kepada mereka azab dua kali lipat
dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar".(QS AlAhzab
ayat 66-68) Gambaran di atas merupakan suatu
gambaran yang sungguh
mengenaskan. Bagaimana
kumpulan manusia yang sewaktu di
dunia begitu menghormati dan
mempercayai para pembesar dan pemimpin mereka, tiba-tiba setelah
sama-sama dimasukkan Allah ke
dalam derita Neraka mereka baru
sadar ternyata telah ditipu oleh para
pemimpin tersebut sehingga
berbalik menjadi pembenci dan pengutuk para mantan pembesar
dan pemimpin tersebut. Mereka
terlambat menyadari jika telah
dikelabui dan disesatkan dari jalan
yang benar. Mereka terlambat
menyadari bahwa sesungguhnya para pemimpin dan pembesar itu
tidak pernah benar-benar mengajak
dan mengarahkan mereka ke jalan
yang mendatangkan keridhaan dan
rahmat Allah. Itulah sebabnya tatkala Allah
menyuruh orang-orang beriman
mentaati Allah dan RasulNya serta
”ulil amri minkum” (para pemimpin di antara orang-orang beriman) saat itu
juga Allah menjelaskan kriteria ”ulil amri minkum” yang sejati. Yaitu mereka yang di dalam
kepemimpinannya bilamana
menghadapi perselisihan pendapat
maka Allah (Al-Qur ’an) dan RasulNya (As-Sunnah/Al-Hadits) menjadi
rujukan mereka dalam
menyelesaikan dan memutuskan
segenap perkara. ﺍﻮُﻌﻴِﻃَﺃ ﺍﻮُﻨَﻣَﺁ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ﺎَﻬُّﻳَﺃ ﺎَﻳ َﻝﻮُﺳَّﺮﻟﺍ ﺍﻮُﻌﻴِﻃَﺃَﻭ َﻪَّﻠﻟﺍ ْﻢُﻜْﻨِﻣ ِﺮْﻣَﺄْﻟﺍ ﻲِﻟﻭُﺃَﻭ ٍﺀْﻲَﺷ ﻲِﻓ ْﻢُﺘْﻋَﺯﺎَﻨَﺗ ْﻥِﺈَﻓ ِﻝﻮُﺳَّﺮﻟﺍَﻭ ِﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَﻟِﺇ ُﻩﻭُّﺩُﺮَﻓ ِﻪَّﻠﻟﺎِﺑ َﻥﻮُﻨِﻣْﺆُﺗ ْﻢُﺘْﻨُﻛ ْﻥِﺇ ٌﺮْﻴَﺧ َﻚِﻟَﺫ ِﺮِﺧَﺂْﻟﺍ ِﻡْﻮَﻴْﻟﺍَﻭ ﺎًﻠﻳِﻭْﺄَﺗ ُﻦَﺴْﺣَﺃَﻭ ”Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu)
dan lebih baik akibatnya.” (QS An- Nisaa ayat 59) Benar, Islam sangat menganjurkan
kita semua supaya taat kepada
pemimpin, namun pemimpin yang
seperti apa? Apakah patut kita
mentaati para pembesar dan
pemimpin bilamana mereka tidak pernah menjadikan AlQur ’an dan As- Sunnah sebagai rujukan untuk
menyelesaikan berbagai problema
yang muncul? Mereka lebih percaya
kepada hukum dan aturan bikinan
manusia, bikinan para legislator,
daripada meyakini dan mengamalkan ketentuan-ketentuan
Allah dan RasulNya. Pantaslah
bilamana masyarakat yang sempat
menghormati dan mempercayai para
pembesar dan pemimpin seperti ini
sewaktu di dunia kelak akan menyesal ketika sudah masuk
Neraka. Bahkan mereka akan
berbalik menyerang dan memohon
kepada Allah agar para ulil amri
gadungan tersebut diazab dan
dikutuk...! Tetapi kesadaran dan penyesalan di
saat itu sudah tidak bermanfaat sama
sekali untuk memperbaiki keadaan.
Sehingga Allah menggambarkan
bahwa pada saat mereka semuanya
telah divonis menjadi penghuni Neraka lalu para pengikut dan
pemimpin berselisih di hadapan
Allah sewaktu di Padang Mahsyar.
Para pengikut menuntut
pertanggungjawaban dari para
pembesar, namun para pembesar itupun cuci tangan dan tidak mau
disalahkan. Para pemimpin saat itu
baru mengakui bahwa mereka
sendiri tidak mendapat petunjuk
dalam hidupnya sewaktu di dunia,
sehingga wajar bila merekapun tidak sanggup memberi petunjuk
sebenarnya kepada rakyat yang
mereka pimpin. Mereka mengatakan
bahwa apakah mau berkeluh kesah
ataupun bersabar sama saja bagi
mereka. Hal itu tidak akan mengubah keadaan mereka barang
sedikitpun. Baik pemimpin maupun
rakyat sama-sama dimasukkan ke
dalam derita Neraka. َﻝﺎَﻘَﻓ ﺎًﻌﻴِﻤَﺟ ِﻪَّﻠِﻟ ﺍﻭُﺯَﺮَﺑَﻭ ﺍﻭُﺮَﺒْﻜَﺘْﺳﺍ َﻦﻳِﺬَّﻠِﻟ ُﺀﺎَﻔَﻌُّﻀﻟﺍ ْﻢُﺘْﻧَﺃ ْﻞَﻬَﻓ ﺎًﻌَﺒَﺗ ْﻢُﻜَﻟ ﺎَّﻨُﻛ ﺎَّﻧِﺇ ِﻪَّﻠﻟﺍ ِﺏﺍَﺬَﻋ ْﻦِﻣ ﺎَّﻨَﻋ َﻥﻮُﻨْﻐُﻣ ٍﺀْﻲَﺷ ْﻦِﻣ ْﻢُﻛﺎَﻨْﻳَﺪَﻬَﻟ ُﻪَّﻠﻟﺍ ﺎَﻧﺍَﺪَﻫ ْﻮَﻟ ﺍﻮُﻟﺎَﻗ ْﻡَﺃ ﺎَﻨْﻋِﺰَﺟَﺃ ﺎَﻨْﻴَﻠَﻋ ٌﺀﺍَﻮَﺳ ٍﺺﻴِﺤَﻣ ْﻦِﻣ ﺎَﻨَﻟ ﺎَﻣ ﺎَﻧْﺮَﺒَﺻ ”Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul
menghadap ke hadirat Allah, lalu
berkatalah orang-orang yang lemah
kepada orang-orang yang
sombong: "Sesungguhnya kami
dahulu adalah pengikut- pengikutmu, maka dapatkah kamu
menghindarkan daripada kami azab
Allah (walaupun) sedikit saja?
Mereka menjawab: "Seandainya
Allah memberi petunjuk kepada
kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi
kita, apakah kita mengeluh ataukah
bersabar. Sekali-kali kita tidak
mempunyai tempat untuk melarikan
diri". (QS Ibrahim ayat 21) Allah menggambarkan bahwa
kumpulan pengikut taqlid dan
pemimpin sesat ini adalah kumpulan
orang-orang zalim. Para pemimpin
sesat akan berlepas diri dari para
pengikut taqlidnya. Sedangkan para pengikut taqlid bakal menyesal dan
berandai-andai mereka dapat
dihidupkan kembal ke dunia
sehingga mereka pasti berlepas diri,
tidak mau loyal dan taat kepada para
pemimpin sesat tersebut. Tetapi semuanya sudah terlambat. ْﺫِﺇ ﺍﻮُﻤَﻠَﻇ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ﻯَﺮَﻳ ْﻮَﻟَﻭ ِﻪَّﻠِﻟ َﺓَّﻮُﻘْﻟﺍ َّﻥَﺃ َﺏﺍَﺬَﻌْﻟﺍ َﻥْﻭَﺮَﻳ ُﺪﻳِﺪَﺷ َﻪَّﻠﻟﺍ َّﻥَﺃَﻭ ﺎًﻌﻴِﻤَﺟ ِﺏﺍَﺬَﻌْﻟﺍ َﻦِﻣ ﺍﻮُﻌِﺒُّﺗﺍ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ َﺃَّﺮَﺒَﺗ ْﺫِﺇ َﺏﺍَﺬَﻌْﻟﺍ ﺍُﻭَﺃَﺭَﻭ ﺍﻮُﻌَﺒَّﺗﺍ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ُﺏﺎَﺒْﺳَﺄْﻟﺍ ُﻢِﻬِﺑ ْﺖَﻌَّﻄَﻘَﺗَﻭ ﺎَﻨَﻟ َّﻥَﺃ ْﻮَﻟ ﺍﻮُﻌَﺒَّﺗﺍ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ َﻝﺎَﻗَﻭ ﺎَﻤَﻛ ْﻢُﻬْﻨِﻣ َﺃَّﺮَﺒَﺘَﻨَﻓ ًﺓَّﺮَﻛ ﺎَّﻨِﻣ ﺍﻭُﺀَّﺮَﺒَﺗ ْﻢُﻬَﻟﺎَﻤْﻋَﺃ ُﻪَّﻠﻟﺍ ُﻢِﻬﻳِﺮُﻳ َﻚِﻟَﺬَﻛ ْﻢُﻫ ﺎَﻣَﻭ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ٍﺕﺍَﺮَﺴَﺣ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍ َﻦِﻣ َﻦﻴِﺟِﺭﺎَﺨِﺑ ”Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui
ketika mereka melihat siksa (pada
hari kiamat), bahwa kekuatan itu
kepunyaan Allah semuanya dan
bahwa Allah amat berat siksaan-Nya
(niscaya mereka menyesal). (Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu
berlepas diri dari orang-orang yang
mengikutinya, dan mereka melihat
siksa; dan (ketika) segala hubungan
antara mereka terputus sama sekali.
Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: "Seandainya kami dapat
kembali (ke dunia), pasti kami akan
berlepas diri dari mereka,
sebagaimana mereka berlepas diri
dari kami." Demikianlah Allah
memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan
bagi mereka; dan sekali-kali mereka
tidak akan ke luar dari api
neraka.” (QS Al-Baqarah ayat 165-167)
Subscribe to:
Posts (Atom)