Nonton iklan bentar ya...!!!

Tuesday, 3 May 2011

JENIS-JENIS NARKOBA

Opioid atau opiat berasal dari kata opium, jus dari bunga opium, Papaver somniverum, yang mengandung kira- kira 20 alkaloid opium, termasuk morfin. Nama Opioid juga digunakan untuk opiat, yaitu suatu preparat atau derivat dari opium dan narkotik sintetik yang kerjanya menyerupai opiat tetapi tidak didapatkan dari opium. opiat alami lain atau opiat yang disintesis dari opiat alami adalah heroin (diacethylmorphine), kodein (3-methoxymorphine), dan hydromorphone (Dilaudid).
EFEK SAMPING YANG DITIMBULKAN : Mengalami pelambatan dan kekacauan pada saat berbicara, kerusakan penglihatan pada malam hari, mengalami kerusakan pada liver dan ginjal, peningkatan resiko terkena virus HIV dan hepatitis dan penyakit infeksi lainnya melalui jarum suntik dan penurunan hasrat dalam hubungan sex, kebingungan dalam identitas seksual, kematian karena overdosis. GEJALA INTOKSITASI (KERACUNAN) OPIOID : Konstraksi pupil ( atau dilatasi pupil karena anoksia akibat overdosis berat ) dan satu ( atau lebih ) tanda berikut, yang berkembang selama , atau segera setelah pemakaian opioid, yaitu mengantuk atau koma bicara cadel ,gangguan atensi atau daya ingat. Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis misalnya: euforia awal diikuti oleh apatis, disforia, agitasi atau retardasi psikomotor, gangguan pertimbangaan, atau gangguan fungsi
sosial atau pekerjaan ) yang berkembang selama, atau segera setelah pemakaian opioid. GEJALA PUTUS OBAT : Gejala putus obat dimulai dalam enam sampai delapan jam setelah dosis terakhir. Biasanya setelah suatu periode satu sampai dua minggu pemakaian kontinu atau pemberian antagonis narkotik. Sindroma putus obat mencapai puncak intensitasnya selama hari kedua atau ketiga dan menghilang selama 7 sampai 10 hari setelahnya. Tetapi beberapa gejala mungkin menetap selama enam bulan atau lebih lama. GEJALA PUTUS OBAT DARI KETERGANTUNGAN OPIOID ADALAH : kram otot parah dan nyeri tulang, diare berat, kram perut, rinorea lakrimasipiloereksi, menguap, demam, dilatasi pupil, hipertensi takikardia disregulasi temperatur, termasuk pipotermia dan hipertermia. Seseorang dengan ketergantungan opioid jarang meninggal akibat putus opioid, kecuali orang tersebut memiliki penyakit fisik dasar yang parah, seperti penyakit jantung. Gejala residual seperti insomnia, bradikardia, disregulasi temperatur, dan kecanduan opiat mungkin menetap selama sebulan setelah putus
zat. Pada tiap waktu selama sindroma abstinensi, suatu suntikan tunggal morfin atau heroin menghilangkan semua gejala. Gejala penyerta putus opioid adalah kegelisahan, iritabilitas, depresi, tremor, kelemahan, mual, dan muntah. Turunan OPIOID (OPIAD) yang sering disalahgunakan adalah : Getah
tanaman
Papaver
Somniferum
didapat
dengan menyadap (menggores) buah yang hendak masak. Getah yang keluar berwarna putih dan dinamai "Lates". Getah ini dibiarkan mengering pada permukaan buah sehingga berwarna coklat kehitaman dan sesudah diolah akan menjadi suatu adonan yang menyerupai aspal lunak. Inilah yang dinamakan candu mentah atau candu kasar. Candu kasar mengandung bermacam-macam zat-zat aktif yang sering disalahgunakan. Candu masak warnanya coklat tua atau coklat kehitaman. Diperjual belikan dalam kemasan kotak kaleng dengan berbagai macam cap, antara lain ular, tengkorak,burung elang, bola dunia, cap 999, cap anjing, dsb. Pemakaiannya dengan cara dihisap. Morfin Morfin
adalah
hasil
olahan dari opium/
candu mentah. Morfin merupaakan alkaloida utama dari opium ( C17H19NO3 ) . Morfin rasanya pahit, berbentuk tepung halus berwarna putih atau dalam bentuk cairan berwarna. Pemakaiannya dengan cara dihisap dan disuntikkan. Heroin (Putaw) Heroin
mempunyai
kekuatan
yang dua kali lebih kuat dari morfin dan merupakan
jenis opiat yang paling sering disalahgunakan orang di Indonesia pada akhir - akhir ini . Heroin, yang secara farmakologis mirip dengan morfin menyebabkan orang menjadi mengantuk dan perubahan mood yang tidak menentu. Walaupun pembuatan, penjualan dan pemilikan heroin adalah ilegal, tetapi diusahakan heroin
tetap tersedia bagi pasien dengan penyakit kanker terminal karena efek analgesik dan euforik-nya yang baik. Codein Codein
termasuk
garam / turunan
dari
opium / candu. Efek
codein
lebih lemah daripada heroin, dan potensinya untuk menimbulkan ketergantungaan
rendah. Biasanya dijual dalam bentuk pil atau cairan jernih. Cara pemakaiannya ditelan dan disuntikkan. Damerol Nama lain dari
Demerol
adalah
pethidina.
Pemakaiannya
dapat ditelan atau dengan suntikan. Demerol dijual dalam bentuk pil dan cairan tidak berwarna. Methadone Saat ini Methadone
banyak
digunakanorang
dalam
pengobatan
ketergantungan opioid.
Antagonis
opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis opioid dan ketergantungan opioid. Sejumlah besar narkotik sintetik (opioid) telah dibuat, termasuk meperidine (Demerol), methadone (Dolphine), pentazocine (Talwin), dan propocyphene (Darvon).
Saat ini Methadone banyak digunakan orang dalam pengobatan ketergantungan opioid. Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis opioid dan ketergantungan opioid. Kelas obat tersebut adalah nalaxone (Narcan), naltrxone (Trexan), nalorphine, levalorphane, dan apomorphine. Sejumlah senyawa dengan aktivitas campuran agonis dan antagonis telah disintesis, dan senyawa tersebut adalah pentazocine, butorphanol (Stadol), dan buprenorphine (Buprenex). Beberapa penelitian telah menemukan bahwa buprenorphine adalah suatu pengobatan yang efektif untuk ketergantungan opioid. Nama popoler
jenis opioid : putauw, etep, PT, putih.

Penderita HIV/AIDS Tahun 2010Capai 130.000 Orang

Bandarlampung (ANTARA News) -
Jumlah penderita HIV/AIDS di seluruh
kabupaten/kota di Indonesia pada
2010 diperkirakan mencapai 93 ribu
sampai 130 ribu orang. Menurut "National Trainer Care,
Support and Treatment IMAI-HIV/
AIDS", dr Ronald Jonathan MSc, pada
seminar dua hari "Global Diseases 2nd
Continuing Professional Development"
di Bandarlampung, Sabtu dan Minggu, angka itu diperoleh berdasarkan
perkiraan pengaduan penderita
terinfeksi HIV/AIDS ke sejumlah rumah
sakit, yang berjumlah tidak lebih dari
sepersepuluh korban terinfeksi
keseluruhan. "Perkiraan saya, jumlah kasus
terinfeksi HIV/AIDS hingga 2010 akan
mencapai antara 93 ribu hingga 130
ribu kasus, dan prinsip fenomena
gunung es yang berlaku mengatakan,
jumlah penderita HIV/AIDS yang tampak hanyalah 5-10 persen dari
jumlah keseluruhan," katanya. Sementara itu, dia menambahkan,
jumlah penderita HIV/AIDS di seluruh
Indonesia sejak 1980-an hingga
September 2009 yang terdata oleh
Departemen Kesehatan mencapai
18.442 penderita, dengan perbandingan jumlah penderita laki-
laki dan perempuan sebesar tiga
berbanding satu. "Sudah ada pergeseran pola
penyebaran, kini penyeberan terbesar
terjadi lewat hubungan seks, bukan
lagi penggunaan jarum suntik,"
ujarnya. Dia menerangkan, hampir 50 persen
dari penyebaran virus HIV/AIDS terjadi
melalui hubungan seksual,dan melalui
jarum suntik (pada pengguna
narkoba) mencapai 40,7 persen
berdasarkan riset terhadap jumlah total penderita. Sementara itu, penyebaran virus HIV/
AIDS pada gay, waria dan transgender
hanya mencapai 3-4 persen dari
jumlah total penderita. Rentan usia tertinggi penderita HIV/
AIDS hingga saat ini masih tetap
berada pada usia produktif yaitu
20-39 tahun. Khusus untuk Provinsi Lampung,
jumlah penderita HIV/AIDS di provinsi
itu mencapai 188 penderita, dengan
42 orang penderita yang meninggal. "Untuk jumlah penderita HIV/AIDS,
Lampung berada pada posisi 17 dari
33 provinsi, artinya jumlah penderita
di provinsi itu masih cukup banyak,"
kata dia. Dia mengingatkan, penyadaran dan
pendampingan terhadap penderita
HIV/AIDS perlu terus ditingkatkan,
agar jumlah mereka dapat
diminimalkan. "Minimal kita dapat memberikan
konseling dan bimbingan terhadap
mereka tentang pentingnya
kesadaran untuk mau berobat secara
teratur, dan menyebarkan hal itu
kepada penderita lainnya," kata dia. Khusus untuk konseling, dia
mengingatkan kepada pendamping
agar membicarakan langsung hal-hal
tersebut dengan penderita, bukan
dengan keluarganya. "Saya ingatkan ada pola konseling
yang salah, yaitu mengajak bicara
keluarga penderita, karena nanti
urusannya akan lebih repot, lebih baik
anda langsung berbicara dengan
penderita," katanya.(*)