Friday, 24 June 2011

wujud malaikat izrail...malakial maut pencabut nyawa

Wujud Izrail Malaikat Izrail diciptakan oleh Allah
SWT dalam keadaan yang serupa
dengan malaikat Mikail baik wajahnya, ukurannya, kekuatannya, lisannya
dan sayapnya. Semuanya tidak
kurang dan tidak lebih. Dikatakan dia berwajah empat, satu
wajah di muka, satu wajah di kepala,
satu dipunggung dan satu lagi di
telapak kakinya. Dia mengambil
nyawa para nabi dari wajah
kepalanya, nyawa orang mukmin dengan wajah mukanya, nyawa
orang kafir dengan wajah punggung
dan nyawa seluruh jin dengan wajah
tapak kakinya. Dari kepala hingga kedua telapak
kakinya berbulu Za'faran dan di setiap bulu ada satu juta muka di setiap satu juta muka mempunyai satu juta mata dan satu juta mulut dan tangan. Ia memiliki 4.000 sayap dan 70.000
kaki, salah satu kakinya di langit
ketujuh dan satu lagi di jembatan
yang memisahkan Surga dan Neraka. Setiap mulut ada satu juta lidah, setiap
lidah boleh berbicara satu juta bahasa.
Jika seluruh air di lautan dan sungai di dunia disiramkan di atas kepalanya,
niscaya tidak setitikpun akan jatuh
melimpah. Kematian Disebutkan, ketika Allah SWT mencipta
Al-Maut (kematian) dan menyerahkan kepada malaikat Izrail, maka berkata
malaikat Izrail: "Wahai Tuhanku,
apakah Al-Maut itu?". Maka Allah SWT menyingkap rahasia
Al-Maut itu dan memerintah seluruh
malaikat menyaksikannya. Setelah
seluruh malaikat menyaksikannya Al-
Maut itu, maka tersungkurlah
semuanya dalam keadaan pingsan selama seribu tahun. Setelah para malaikat sadar kembali,
bertanyalah mereka: "Ya Tuhan kami,
adakah makhluk yang lebih besar dari
ini?" Kemudian Allah SWT berfirman:
"Akulah yang menciptakannya dan
Aku-lah yang lebih Agung dari padanya. Seluruh makhluk akan
merasakan Al-Maut itu". Kemudian Allah SWT memerintahkan Izrail mengambil Al-Maut Allah telah
menyerahkan kepadanya. Walau
bagaimanapun, Malaikat Izrail
khawatir jika tidak terdaya untuk
mengambilnya sedangkan Al-Maut
lebih agung daripadanya. Kemudian Allah SWT memberikannya kekuatan,
sehinggalah Al-Maut itu menetap di
tangannya. Disebutkan pula, setelah seluruh
makhluk hidup sudah dicabut
nyawanya pada hari kiamat kelak dan
yang tersisa tinggal malaikat Izrail lalu
Allah SWT menyuruhnya untuk
mencabut nyawanya sendiri, demi melihat dahsyatnya sakarataul maut
yang sedang terjadi terhadap dirinya,
beliau mengatakan "Ya Allah
seandainya saya tahu ternyata pedih
sekali sakaratul maut ini, tidak akan
tega saya mencabut nyawa seorang mukmin". Malaikat Izrail diberi kemampuan yang
luar biasa oleh Allah hingga barat dan timur dapat dijangkau dengan mudah olehnya seperti seseorang yang
sedang menghadap sebuah meja
makan yang dipenuhi dengan
pelbagai makanan yang siap untuk
dimakan. Ia juga sanggup membolak-
balikkan dunia sebagaimana kemampuan seseorang sanggup
membolak-balikkan uang. Sewaktu malaikat Izrail menjalankan
tugasnya mencabut nyawa makhluk-
makhluk dunia, ia akan turun ke
dunia bersama-sama dengan dua
kumpulan malaikat yaitu Malaikat Rahmat dan Malaikat 'Azab.[1] Sedangkan untuk mengetahui dimana
seseorang akan menemui ajalnya itu
adalah tugas dari Malaikat Arham. Walau bagaimanapun, Izrail bersama Jibril, Israfil dan Mikail pernah ditugaskan ketika Allah menciptakan Nabi Adam. Israil juga adalah antara Malaikat yang sering turun ke bumi
untuk bertemu dengan para nabi
antaranya ialah Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Idris a.s. Sakaratul Maut dan Kematian
Mukmin Sesungguhnya seorang hamba
mukmin apabila hendak
meninggalkan dunia menuju akhirat,
turun kepadanya para malaikat dari
langit yang berwajah putih seakan
wajah mereka ibarat matahari. Mereka membawa kafan dan parfum dari surga. Mereka duduk di samping
calon mayat sejauh mata memandang. Diriwayatkan bahwa para malaikat ini
mulai mencabut nyawa dari kaki
sampai ke lututnya, kemudian
diteruskan oleh para malaikat lainnya
sampai ke perut, kemudian diteruskan
lagi oleh para malaikat lainnya sampai ke kerongkongan, kemudian
datanglah Malaikat maut Alaihis Salam
dan duduklah di samping kepala
calon mayat seraya berkata: "Wahai
jiwa yang baik, wahai jiwa yang
tenang, keluarlah menuju ampunan dan ridha dari Allah". Maka keluarlah rohnya dengan lembut seperti air yang menetes dari
bibir tempat air. Malaikat maut-pun
mengambilnya, setelah Malaikat
mengambil ruh itu maka segera di
masukkan dalam kafan yang dari
surga tersebut dan diberi parfum yang dari surga itu. Lalu keluarlah dari ruh
itu bau yang sangat wangi seperti bau
parfum yang paling wangi di muka
bumi ini. Ketika telah keluar ruhnya maka para
Malaikat di antara langit dan bumi mensalatinya, demikian pula semua Malaikat yang di langit. Dan dibukakan
untuknya pintu-pintu langit, semua
penjaga pintu tersebut berdoa kepada
Allah agar ruh tersebut lewat melalui
pintunya. Para Malaikat membawa ruh itu naik
ke langit, dan tiap-tiap melalui
rombongan Malaikat mereka selalu
bertanya: "Ruh siapa yang wangi
ini???" Para Malaikat yang
membawanya menjawab: "Ini ruhnya Fulan bin Fulan", sambil menyebutkan
panggilan-panggilan terbaiknya
selama di dunia. Malaikat yang membawanya
menyebutkan kebaikan-kebaikannya
selama di dunia, Kebaikan-
kebaikannya dalam hubungan
dengan Allah dan dengan sesama
manusia bahkan dengan alam semesta. Tatkala telah sampai di langit
dunia para Malaikat meminta
dibukakan pintunya. Malaikat penjaga pintu langit
membuka pintu itu, kemudian semua
Malaikat yang ada ikut mengiringi ruh
itu sampai ke langit berikutnya hingga
berakhir di langit ke tujuh. Lalu Allah
berfirman: "Tulislah catatan amal hamba-Ku di Illiyyiin! Tahukah kamu
apakah Illiyyiin itu? (Yaitu) kitab yang
bertulis (untuk mencatat amal orang
yang baik)" (QS. Al-Muthaffifiin:
19-20). Ditulislah catatan amalnya di Illiyyiin.
Kemudian dikatakan: "Kembalikanlah
ia ke bumi, karena Aku telah berjanji kepada mereka bahwa Aku
menciptakan mereka darinya (tanah) dan mengembalikan mereka
kepadanya serta membangkitkan
mereka darinya pula pada kali yang
lain". Roh itu-pun dikembalikan ke
bumi dan ke jasadnya. Sakaratul Maut dan Kematian Kafir
atau Fajir Sesungguhnya seorang hamba yang kafir atau fajir (banyak dosa), apabila hendak meninggalkan dunia menuju akhirat, turun kepadanya para Malaikat dari langit yang sangat keras
lagi berwajah hitam sambil membawa
kain yang kasar dari neraka. Para
malaikat itu duduk disamping calon
mayit sejauh mata memandang. Diriwayatkan bahwa para malaikat ini
mulai mencabut nyawa dari kaki
sampai ke lututnya, kemudian
diteruskan oleh para malaikat lainnya
sampai ke perut, kemudian diteruskan
lagi oleh para malaikat lainnya sampai ke kerongkongan, kemudian datang
Malaikat maut Alaihis Salam dan
duduk di samping kepalanya seraya
berkata: "Wahai jiwa yang busuk
keluarlah menuju murka dan
kebencian dari Allah". Roh itupun terkejut...Lalu Malaikat mencabutnya
seperti mencabut alat pemanggang
yang banyak cabangnya dari kain
yang basah sehingga terputuslah
urat-urat dan ototnya. Malaikat itupun mengambil rohnya
dan langsung memasukkannya
kedalam kain kasar (yang dari neraka
itu). Keluar dari ruh itu bau yang
sangat busuk seperti bau paling
busuk yang pernah ada di muka bumi ini. Para Malaikat lalu membawa roh itu naik, tiadalah melalui rombongan
Malaikat melainkan mereka selalu
bertanya: "Roh siapa yang busuk
ini?"...Para Malaikat yang
membawanya menjawab: "Ini rohnya
Fulan bin Fulan", dengan menyebut panggilan-panggilan buruknya ketika
di dunia...Malaikat yang membawanya
menyebutkan keburukan-
keburukanya selama di
dunia...Keburukan-keburukannya
dalam hubungan dengan Allah dan dengan sesama manusia bahkan
dengan alam semesta. Semua malaikat di antara langit dan
bumi melaknatinya (mengutuknya),
juga semua malaikat yang di langit.
Ditutup untuknya pintu-pintu langit.
Masing-masing penjaga pintu berdoa
kepada Allah agar ruh itu tidak lewat melalui pintunya. Tatkala telah sampai di langit dunia
mereka meminta agar dibuka
pintunya dan ternyata tidak
dibukakan. Kemudian Rasulullah shallallaahu alaihi wa ala alihi wa
sallam membacakan: "Sekali-kali tidak
akan dibukakan bagi mereka pintu-
pintu langit dan tidak (pula) mereka
masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum." (QS.Al-A?raaf: 40). Lantas Allah berfirman: "Tulislah
catatan amalnya di sijjiin, dibumi yang
paling bawah", Kemudian dikatakan:
"Kembalikan hambaKu ke bumi
karena Aku telah berjanji bahwa Aku
menciptakan mereka darinya (tanah) dan mengembalikan mereka
kepadanya serta mengeluarkan
mereka darinya pula pada kali yang
lain". Lalu rohnya dilempar dari langit sehingga terjatuh ke bumi, kemudian Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam membacakan ayat:
"Dan barangsiapa menyekutukan
Allah, maka seolah-olah ia jatuh dari
langit lalu disambar oleh burung, atau
diterbangkan angin ke tempat yang
jauh." (QS. Al-Hajj: 31). Perintah mencabut nyawa dari
'Arsy Menurut kisah Kabil Akbar, Malaikat
Maut tidak mengetahui kapan tiap-tiap makhluk yang akan mati. Dikatakan olehnya Allah telah menciptakan
sebuah pohon (Sidrat al-Muntaha) di bawah 'Arsy yang mana jumlah daunnya sama banyak dengan
bilangan makhluk yang Allah
ciptakan. Jika satu makhluk itu telah
diputuskan ajalnya, maka umurnya
tinggal 40 hari dari hari yang
diputuskan. Maka jatuhlah daun itu kepada Malaikat Maut, tahulah bahwa
dia telah diperintahkan untuk
mencabut nyawa orang yang tertulis
pada daun tersebut. sampai ada daun dari pohon yang terletak di bawah 'Arsy gugur. Kemudian akan jatuh dua titisan dari
arah 'Arsy pada daun tersebut, titisan
hijau ataupun putih. Hijau
menandakan bakal si mayat akan mendapat kecelakaan sementara
putih mengambarkan dia akan
mendapat kebahagiaan. Untuk mengetahui tempat makhluk
mati, Allah telah menciptakan Malaikat Arham yang akan diperintahkan untuk memasuki sperma yang berada dalam rahim ibu dengan debu bumi yang akan diketahui di mana ia akan
mati dan di situlah kelak ia pasti akan
menemui ajalnya. Kisah Israiliyat tentang Malaikat Maut Pertanyaan para malaikat langit
kepada Malaikat maut Disebutkan bahwa suatu ketika Allah
SWT. memerintahkan malaikat maut
untuk mencabut nyawa seorang
pemuda kafir. Setelah mencabut nyawanya dan
dibawa ke langit, beliau melewati
serombongan malaikat dan mereka
bertanya "Ya malaikat maut, kamu
diberi tugas oleh Allah untuk
mencabut nyawa mahluknya, apakah kamu tidak pernah sesekali merasa
kasihan saat mencabut nyawa ?". Malaikat maut pun menjawab: "Iya
sebenarnya aku pernah merasa iba,
saat itu aku ditugaskan untuk
mencabut nyawa seorang ibu yang
baru melahirkan putranya di tengah
hutan sendirian, aku merasa iba terhadap ibu karena harus berpisah dengan bayi tersebut dan
meninggalkannya sendirian di tengah
hutan dan aku merasa iba terhadap
nasib bayi tersebut karena sendirian
di tengah hutan". Para malaikat pun kembali bertanya:
"Apakah kamu tau siapa roh yang
baru saja kamu cabut ini ? dia adalah
bayi dari ibu yang kamu ceritakan
tadi". Mendengar hal ini, malaikat maut pun
sujud kepada Allah SWT. dan berkata:
"Ya Allah, hamba memohon ampun
kepadaMu dan memohon terhindar
dari makar-Mu. Karena sesungguhnya
hanya Engkaulah yang maha berkehendak apakah seseorang
hamba akan Engkau jadikan ahli surga atau ahli neraka."

keutamaan membaca surah al ikhlas..

Surah Al-Ikhlas (Arab:ﺹﻼﺧﻹﺍ, "Memurnikan Keesaan Allah") adalah surah ke-112 dalam al-Qur'an. Surah ini tergolong surah Makkiyah, terdiri atas 4 ayat dan pokok isinya adalah
menegaskan keesaan Allah sembari menolak segala bentuk penyekutuan
terhadap-Nya. Kalimat inti dari surah
ini, "Allahu ahad, Allahus
shamad" (Allah Maha Esa, Allah tempat
bergantung), sering muncul dalam
uang dinar emas pada zaman Kekhalifahan dahulu. Sehingga,
kadang kala kalimat ini dianggap
sebagai slogan negara Khilafah
Islamiyah, bersama dengan dua
kalimat Syahadat. Asbabun Nuzul Ada beberapa hadits yang menjelaskan Asbabun Nuzul surah ini yang mana seluruhnya mengacu pada
inti yang sama yaitu jawaban atas
permintaan penggambaran sifat-sifat Allah dimana Allah itu Esa (Al-Ikhlas [112]:1), segala sesuatu tergantung pada-Nya (Al-Ikhlas [112]:2), tidak beranak dan diperanakkan ( Al- Ikhlas [112]:3), dan tidak ada yang setara dengan Dia (Al-Ikhlas [112]:4). Dilihat dari peristiwa paling pertama, Abdullah bin Mas'ud meriwayatkan bahwa sekelompok Bani Quraisy pernah meminta Nabi Muhammad
untuk menjelaskan leluhur Allah dan
kemudian turun surah ini. Riwayat lain
bersumber dari Ubay bin Ka'ab dan Jarir bin Abdillah yang menyebutkan
bahwa kaum Musyrikin berkata
kepada Nabi Muhammad, "Jelaskan kepada kami sifat-sifat Tuhanmu."
Kemudian turun surah ini untuk menjelaskan permintaan itu.[3] Dalam hadits ini, hadits yang bersumber dari
Jarir bin Abdullah dijadikan dalil
bahwa surah ini Makkiyah. Selain itu dari Ibnu Abbas dan Sa'id bin Jubair menyebutkan bahwa kaum Yahudi yang diantaranya Kab bin Ashraf dan
Huyayy bin Akhtab datang menemui
Nabi dan bertanya hal yang sama
dengan hadits pertama, kemudian turun surah ini.[4] Dalam hadits ini Sa'id bin Jubair menegaskan bahwa
surah ini termasuk Madaniyah. Dan juga riwayatQatadah menyebutkan Nabi Muhammad didatangi kaum
Ahzab (Persekutuan antara kaum Bani Quraisy, Yahudi Madinah, Bani Ghatafan dari Thaif dan Munafiqin Madinah dan beberapa suku sekitar Makkah) yang juga menyanyakan gambaran Allah dan diikuti dengan
turunnya surah ini. Karena adanya berbagai sumber yang
berbeda, status surah ini Makkiyah
atau Madaniyah masih dipertanyakan
dan seolah-olah sumber-sumbernya
tampak kotradiksi satu-sama lain.
Menurut Abul A'la Maududi , dari hadits-hadits yang meriwayatkannya,
dilihat dari peristiwa yang paling awal
terjadi, surah ini termasuk Makkiyah. Peristiwa yang pertama terjadi yaitu
pada periode awal Islam di Mekkah yaitu ketika Bani Quraisy menanyakan leluhur Allah. Kemudian peristiwa
berikutnya terjadi di Madinah dimana
orang Nasrani atau orang Arab lain
menanyakan gambaran Allah dan
kemudian turun surah ini. Menurut
Madudi, sumber-sumber yang berlainan tersebut menujukkan
bahwa surah itu diturunkan berulang-
ulang. Jika di suatu tempat ada Nabi
Muhammad dan ada yang
mengajukan pertanyaan yang sama
dengan peristiwa sebelumnya, maka ayat atau surah yang sama akan
diwahyukan kembali untuk
menjawab pertanyaan tersebut. Selain
itu, bukti bahwa surah ini Makkiyah
adalah ketika Bilal bin Rabah disiksa majikannya Umayyah bin Khalaf
setelah memeluk Islam. Saat disiksa ia
menyeru, "Allahu Ahad, Allahu
Ahad!!" (Allah Yang Maha Esa, Allah
Yang Maha Esa!!). Peristiwa ini terjadi
di Mekkah dalam periode awal Islam sehingga menunjukkan bahwa surah
ini pernah diturunkan sebelumnya dan Bilal terinspirasi ayat surah ini.[5] Pendapat lain yaitu menurut as- Suyuthi. Menurutnya kata "al- Musyrikin" dalam hadits yang
bersumber dari Ubay bin Ka'ab tertuju
pada Musyrikin dari kaum Ahzab,
sehingga mengindikasikan bahwa
surah ini Madaniyyah sesuai dengan
hadits Ibnu Abbas. Dan dengan begitu menurutnya tidak ada pertentangan
antara dua hadits tersebut jika surah
ini Madaniyah. Keterangan ini
diperkuat juga oleh riwayat Abus
Syaikh di dalam Kitab al-Adhamah dari
Aban yang bersumber dari Anas yang meriwayatkan bahwa Yahudi Khaibar datang menemui Nabi dan berkata,
"Hai Abal Qasim! Allah menjadikan
malaikat dari cahaya hijab, Adam dari tanah hitam, Iblis dari api yang
menjulang, langit dari asap, dan bumi
dari buih air. Cobalah terangkan
kepada kami tentang Tuhanmu." Nabi
tidak menjawab dan kemudian Jibril
membawa wahyu surah ini untuk menjawab permintaan Yahudi Khaibar.[6] Keutamaan Dalam kisah-kisah Islam Dalam beberapa hadits dikatakan
bahwa Nabi Muhammad pernah bersabda bahwa pahala membaca
sekali surah Al-Ikhlas sama dengan
membaca sepertiga Al-Qur'an sehingga membaca 3 kali surah ini
sama dengan mengkhatam Al-Qur'an.
Kisah terkait hadits itu terekam dalam
beberapa kisah. Seperti kisah ketika
Nabi bertanya kepada sahabatnya
untuk mengkhatam Al-Qur'an dalam semalam. Umar menganggap mustahil hal itu, namun begitu Ali menyanggupinya. Umar kemudian
menganggap Ali belum mengerti
maksud Nabi karena masih muda. Ali
kemudian membaca surah Al-Ikhlas
sebanyak 3 kali dan Nabi Muhammad
membetulkan itu. Dalam hadits-hadits terkait hal ini, keutamaan surah Al-
Ikhlas sangat memiliki peran dalam
Al-Qur'an sehingga sekali
membacanya sama dengan membaca
sepertiga Al-Qur'an. Riwayat Anas bin Malik juga merekam kisah berkaitan surah Al-Ikhlas yaitu
dimana 70.000 malaikat diutus kepada seorang sahabat di Madinah yang meninggal hingga meredupkan
cahaya matahari. 70.000 malaikat itu
diutus hanya karena ia sering
membaca surah ini. Dan karena
banyaknya malaikat yang diutus,
Anas bin Malik yang saat itu bersama Nabi Muhammad di Tabuk merasakan
cahaya matahari redup tidak seperti
biasannya dimana kemudian malaikat Jibril datang memberitakan kejadian yang sedang terjadi di Madinah. Keutamaan lain Dalam riwayat Ibnu Abbas disebutkan Nabi Muhammad ketika melakukan Isra' ke langit, melihat Arsy di atas 360.000 sendi dimana jarak antar
sendi 300.000 tahun perjalanan. Pada
tiap sendi terdapat padang Sahara sebanyak 12.000 dan luas tiap satu
padang sahara itu adalah dari timur ke
barat. Pada setiap padang Sahara itu
juga terdapat 80.000 malaikat dimana
setiap malaikat membaca surah Al-
Ikhlas dan setelah membaca itu mereka berdoa agar pahala mereka
diberikan kepada orang yang
membaca al-Ikhlas, laki-laki maupun
perempuan. Selain itu Nabi Muhammad juga
pernah berkata bahwa Qul Huwallahu
Ahad (ayat 1) tertulis pada sayap Jibril,
Allahus Shamad (ayat 2) pada sayap Mikail, Lam Yalid Walam Yuulad (ayat 3) pada sayap Izrail, dan Walam Yaqullahu Khufuwan Ahad (ayat 4)
pada sayap Israfil. Dan yang membaca al-Ikhlas memperoleh pahala
membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al- Qur'an. Lalu berkaitan sahabat, Nabi
pernah berkata bahwa Qul Huwallahu
Ahad (ayat 1) tertulis pada dahi Abu Bakar, Allahus Shamad (ayat 2) pada dahi Umar, Lam Yalid Walam Yuulad
(ayat 3) pada dahi Utsman, dan Walam Yaqullahu Khufuwan Ahad (ayat 4) pada dahi Ali.[7] Sedangkan hadits lain menyebutkan
bahwa ketika orang membaca al-
Ikhlas ketika sakit hingga ia
meninggal, ia tidak membusuk dalam
kubur dan akan dibawa malaikat
dengan sayapnya melintasi Siratul Mustaqim menuju surga.[8]