Penemuan planet,
bintang, dan benda
angkasa lainnya
beserta fenomena
dan proses
pemebentukannya telah menguak misteri angkasa.
Sekarang, dengan adanya
penemuan tersebut, misteri terbesar
apakah yang belum bisa terkuak? Geoff Marcy, astronom University of
California, Berkeley mengatakan,
"Ada satu misteri besar yang
mungkin orang tak mau lagi
membicarakannya. Ini pertanyaan
klasik. Berapa banyak planet serupa bumi?" Para astronom dan masyarakat
menurutnya telah mengetahui
definisi serupa bumi. Meski karakter
planet serupa bumi masih misterius,
tapi planet tersebut biasanya
didefinisikan sebagai planet yang bisa mendukung kehidupan. Definisi tersebut memungkinkan
astronom untuk mencetuskan ide.
"Anda mungkin menginginkan
adanya air dalam wujud cair, juga
temperatur yang stabil selama jutaan
atau miliaran tahun sehingga evolusi bisa terjadi," katanya. "Selain itu, Anda mungkin
menginginkan adanya bulan yang
bisa menstabilkan poros putar. Anda
juga menginginkan ada Jupiter
untuk membersihkan serpihan-
serpihan angkasa serta lautan yang bisa berfungsi sebagai pelarut bahan
kimia," lanjutnya. Namun, meski dengan adanya ide-
ide itu, memperkirakan jumlah planet
serupa bumi atau mengetahui
seberapa umum keberadaan mereka
di angkasa masih sulit. "Seberapa
umum planet mirip bumi, kita tidak mengetahuinya," tegas Marcy. Sejauh ini, kepastian yang ada
hanyalah bahwa memang terdapat
planet-plenet yang serupa Bumi.
“Bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS at-Taubah /9: 105).
Nonton iklan bentar ya...!!!
Monday, 25 July 2011
Ditemukan Planet Baru di Tata Surya
Sekelompok
astronom yakin
bahwa mereka telah
menemukan planet
baru dalam tata
surya. Planet tersebut diduga berukuran empat kali lebih
besar daripada Jupiter dan berada
pada jarak yang sangat jauh dari
Matahari. Keberadaan planet tersebut masih
perlu dibuktikan. Namun, beberapa
kalangan percaya bahwa bukti-bukti
telah terkumpul lewat hasil observasi
teleskop NASA, WISE. Data terkait
temuan planet tersebut akan dipublikasikan tahun ini. Daniel Whitmire dari Universitas
Lousiana Lafayette, AS, percaya
bahwa data-data bisa membuktikan
keberadaan planet itu dalam dua
tahun. "Jika benar, saya dan rekan
saya, John Matese, akan jungkir balik. Dan, itu tidak mudah pada usia
kami," katanya. Untuk sementara, planet itu dinamai
Tyche. Nama itu diambil dari nama
dewi Yunani yang menentukan nasib
suatu kota. Tyche diduga
merupakan planet gas raksasa, jenis
planet yang sama seperti Jupiter. Tyche diduga terdapat di bagian luar
Awan Oort, sebuah kawasan
"terpencil" di tata surya. Jarak planet
ini dengan Matahari mencapai
15.000 kali dari jarak Matahari-Bumi
atau 375 kali jarak Matahari-Pluto. Whitmire percaya, penyusun utama
Tyche adalah Hidrogen dan Helium.
Ia juga mengungkapkan bahwa
atmosfer planet ini mirip atmosfer
Jupiter. "Anda juga bisa berharap
planet ini memiliki beberapa satelit," katanya. Umumnya, planet yang berada di
wilayah Awan Oort memiliki suhu
hampir nol mutlak (-273 derajat
celsius). Namun, Tyche diperkirakan
memiliki suhu -73 derajat celsius, 4-5
kali lebih hangat dari Pluto. Jika terbukti kebenaran
keberadaannya, Tyche akan menjadi
planet kesembilan sekaligus
terbesar. International Astronomical
Union (IAU) akan menjadi pihak
yang menyetujui atau menolak keberadaan planet ini. Whitmire dan Matese menduga
keberadaan planet berdasarkan
adanya kejanggalan pada sudut
kedatangan komet yang banyak
terdapat di Awan Oort. Sebesar 20
persen jumlah tertentu yang muncul sejak tahun 1898 memiliki sudut
datang yang lebih besar dari
seharusnya. Kemungkinan keberadaan Tyche
diungkapkan Whitmire dalam
wawancaranya dengan The
Independent, Minggu (13/2/2011).
Hasil penelitian Whitmire itu
didasarkan pada adanya kejanggalan sudut datang komet
yang dipublikasikan di jurnal Icarus
bulan ini.
astronom yakin
bahwa mereka telah
menemukan planet
baru dalam tata
surya. Planet tersebut diduga berukuran empat kali lebih
besar daripada Jupiter dan berada
pada jarak yang sangat jauh dari
Matahari. Keberadaan planet tersebut masih
perlu dibuktikan. Namun, beberapa
kalangan percaya bahwa bukti-bukti
telah terkumpul lewat hasil observasi
teleskop NASA, WISE. Data terkait
temuan planet tersebut akan dipublikasikan tahun ini. Daniel Whitmire dari Universitas
Lousiana Lafayette, AS, percaya
bahwa data-data bisa membuktikan
keberadaan planet itu dalam dua
tahun. "Jika benar, saya dan rekan
saya, John Matese, akan jungkir balik. Dan, itu tidak mudah pada usia
kami," katanya. Untuk sementara, planet itu dinamai
Tyche. Nama itu diambil dari nama
dewi Yunani yang menentukan nasib
suatu kota. Tyche diduga
merupakan planet gas raksasa, jenis
planet yang sama seperti Jupiter. Tyche diduga terdapat di bagian luar
Awan Oort, sebuah kawasan
"terpencil" di tata surya. Jarak planet
ini dengan Matahari mencapai
15.000 kali dari jarak Matahari-Bumi
atau 375 kali jarak Matahari-Pluto. Whitmire percaya, penyusun utama
Tyche adalah Hidrogen dan Helium.
Ia juga mengungkapkan bahwa
atmosfer planet ini mirip atmosfer
Jupiter. "Anda juga bisa berharap
planet ini memiliki beberapa satelit," katanya. Umumnya, planet yang berada di
wilayah Awan Oort memiliki suhu
hampir nol mutlak (-273 derajat
celsius). Namun, Tyche diperkirakan
memiliki suhu -73 derajat celsius, 4-5
kali lebih hangat dari Pluto. Jika terbukti kebenaran
keberadaannya, Tyche akan menjadi
planet kesembilan sekaligus
terbesar. International Astronomical
Union (IAU) akan menjadi pihak
yang menyetujui atau menolak keberadaan planet ini. Whitmire dan Matese menduga
keberadaan planet berdasarkan
adanya kejanggalan pada sudut
kedatangan komet yang banyak
terdapat di Awan Oort. Sebesar 20
persen jumlah tertentu yang muncul sejak tahun 1898 memiliki sudut
datang yang lebih besar dari
seharusnya. Kemungkinan keberadaan Tyche
diungkapkan Whitmire dalam
wawancaranya dengan The
Independent, Minggu (13/2/2011).
Hasil penelitian Whitmire itu
didasarkan pada adanya kejanggalan sudut datang komet
yang dipublikasikan di jurnal Icarus
bulan ini.
Subscribe to:
Posts (Atom)