Masalah ekonomi umat Islam rata-rata pada saat sekarang belum menggembirakan, meskipun terdapat banyak negara Islam yang dianugerahkan sumber daya alam yaitu minyak dan gas bumi yang berlimpah-ruah, terutama di Timur Tengah, belum ada satu negara Islam pun yang layak digolongkan dalam kategori negara maju. Hanya ada lima negara Islam, dengan jumlah penduduk tidak lebih dari 6 juta jiwa yang saat ini dikategorikan sebagai negara yang berpendapatan tinggi akan tetapi masih jauh dari kategori negara maju. Sedangkan lebih dari 20 negara Islam dengan jumlah penduduk melebihi 600 juta jiwa, tergolong dalam kategori negara berpendapatan rendah dan terbelenggu dalam kemiskinan. Ini mengindikasikan bahwa cuma setengah persen dari total 1200 juta umat Islam saja yang bisa dikatakan kaya sementara lebih dari 50 persen umat Islam berada dalam garis kemiskinan. Kemudian pertanyaan, adakah fenomena ini sejalan dengan ajaran Islam? atau apakah Islam itu sendiri menginginkan umatnya hidup dalam keadaan zuhud? Kalau kita kembali membuka lembaran sejarah Islam masa lalu, sungguh kita akan tercengang betapa Islam telah mampu merubah nasib umatnya yang dahulunya mundur, naik pada peringkat teratas hingga menjadi sebuah masyarakat yang sangat tinggi tamaddunnya. Masyarakat Islamlah yang telah mencapai puncak kemajuan di berbagai bidang, terutama dalam memperluas dan mendalami berbagai disiplin ilmu, misalnya sains, matematika, astronomi, kedokteran, sastra, filsafat, mantik, ilmu politik, kemiliteran, pembangunan ekonomi dan sebagainya. Masyarakat Islam jugalah yang telah berjaya dalam mengarungi samudera dan menjelajahi bumi bukan sekedar memperluas wilayah dan daerah jajahan saja akan tetapi lebih dari itu menyebarkan Islam dan ilmu pengetahuan di bumi Allah dimana saja mereka berpijak. Akan tetapi apa yang telah terjadi pada umat Islam saat sekarang, terutama setelah dijajah selama berkurun waktu yang mengakibatkan
pudar keunggulannya. Masyarakat Islam menjadi loyo, letih dan lesu, bagaikan seekor burung yang sayapnya patah yang tidak mampu lagi untuk bangkit dan mengepakkan sayapnya, tidak mampu untuk mengembangkan apa yang pernah diraihnya. Sekarang faktor apa yang paling dominan menyebabkan kemunduran umat Islam pada saat sekarang ini? Apakah hanya faktor penjajahan saja – seperti disebut di atas - atau ada faktor lain? Mungkinkah karena umat Islam hanya lebih mementingkan kehidupan akhirat saja dan sudah melupakan kehidupan duniawinya? Apakah umat Islam sudah melalaikan ajaran Islamnya sendiri yang notabene sebagai agama atau cara hidup yang sempurna? Untuk menjawabnya mari kita berpijak dari firman Allah SWT "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akherat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniwi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan" (QS. Al-Qashash: 77). Untuk menjelaskan ayat di atas saya akan mencoba menguraikannya ke dalam 3 kategori utama sesuai dengan makna kandungan ayat, yaitu: 1. Kehidupan Akhirat Adalah Tujuan Allah SWT berfirman, "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akherat". Di sini terlihat dengan jelas bahwa yang harus kita kejar adalah kebahagiaan hidup akhirat. Mengapa? Karena di sanalah kehidupan abadi. Tidak ada mati lagi setelah itu. Karenanya dalam ayat yang lain Allah berfirman: "Dan sesungguhnya akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya" (QS. Al-Ankabut: 64). Lalu, apa arti kita hidup di dunia?... Dunia tempat kita mempersiapkan diri untuk akhirat. Sebagai tempat persiapan, dunia pasti akan kita tinggalkan. Ibarat terminal, kita transit di dalamnya sejenak, sampai waktu yang ditentukan, setelah itu kita tinggalkan dan melanjutkan perjalanan lagi. Bila demikian tabiat dunia, mengapa kita terlalu banyak menyita hidup untuk keperluan dunia? Diakui atau tidak, dari 24 jam jatah usia kita dalam sehari, bisa dikatakan hanya beberapa persen saja yang kita gunakan untuk persiapan akhirat. Selebihnya bisa dipastikan terkuras habis oleh kegiatan yang berputar-putar dalam urusan dunia. Coba kita ingat nikmat Allah yang tak terhingga, setiap saat mengalir dalam tubuh kita. Tapi mengapa kita lalaikan itu semua. Detakan jantung tidak pernah berhenti. Kedipan mata yang tak terhitung berapa kali dalam sehari, selalu kita nikmati. Tapi kita sengaja atau tidak selalu melupakan hal itu. Kita sering mudah berterima kasih kepada seorang yang berjasa kepada kita, sementara kepada Allah yang senantiasa memanja kita dengan nikmat-nikmatNya, kita sering kali memalingkan ingatan. Akibatnya kita pasti akan lupa akhirat. Dari sini dunia akan selalu menghabiskan waktu kita. Orang-orang bijak mengatakan bahwa dunia ini hanyalah keperluan, ibarat WC dan kamar mandi dalam sebuah rumah, ia dibangun semata sebagai keperluan. Karenanya siapapun dari penghuni rumah itu akan mendatangi WC atau kamar mandi jika perlu, setelah itu ditinggalkan. Maka sungguh sangat aneh bila ada seorang yang diam di WC sepanjang hari, dan menjadikannya sebagai tujuan utama dari dibangunnya rumah itu. Begitu juga sebenarnya sangat tidak wajar bila manusia sibuk mengurus dunia sepanjang hari dan menjadikannya sebagai tujuan hidup. Sementara akhirat dikesampingkan. Kemudian bagaimana mensinkronkan atau menjaga keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat? Mari kita ikuti kategori ke dua sebagai sambungan penjelasan ayat di atas. 2. Berusaha Memperbaiki Kehidupan Dunia Allah SWT berfirman: ”Dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu". Ayat di atas dengan jelas bahwasannya Allah memerintahkan umat Islam untuk selalu berusaha menggapai kebahagiaan akhirat, tetapi jangan melupakan kehidupan di dunia ini. Meskipun kebahagiaan dan kenikmatan dunia bersifat sementara tetapi tetaplah penting dan agar tidak dilupakan, sebab dunia adalah ladangnya akhirat. Masa depan — termasuk kebahagiaan di akhirat — kita, sangat bergantung pada apa yang diusahakan sekarang di dunia ini. Allah telah menciptakan dunia dan seisinya adalah untuk manusia, sebagai sarana menuju akhirat. Allah juga telah menjadikan dunia sebagai tempat ujian bagi manusia, untuk mengetahui siapa yang paling baik amalnya, siapa yang paling baik hati dan niatnya. Allah mengingatkan perlunya manusia untuk mengelola dan menggarap dunia ini dengan sebaik- baiknya, untuk kepentingan kehidupan manusia dan keturunannya. Pada saat yang sama Allah juga menegaskan perlunya selalu berbuat baik kepada orang lain dan tidak berbuat kerusakan di muka bumi. Allah mengingatkan: ”Tidakkah kalian perhatikan bahwa Allah telah menurunkan untuk kalian apa-apa yang ada di langit dan di bumi dan menyempurnakan untuk kalian nikmat-Nya lahir dan batin” (QS. Luqman: 20). Untuk mengelola dan menggarap dunia dengan sebaik-baiknya, maka manusia memerlukan berbagai persiapan, sarana maupun prasarana yang memadai. Karena itu maka manusia perlu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, setidaknya keterampilan yang mencukupi dan profesionalisme yang akan memudahkan dalam proses pengelolaan tersebut. Meskipun demikian, karena adanya sunatullah, hukum sebab dan akibat, tidak semua manusia pada posisi dan kecenderungan yang sama. Karena itu
manusia apa pun; pangkat, kedudukan dan status sosial ekonominya tidak boleh menganggap
remeh profesi apa pun, yang telah diusahakan manusia. Allah sendiri sungguh tidak memandang penampakan duniawiah atau lahiriah manusia. Sebaliknya Allah menghargai
usaha apa pun, sekecil apa pun atau sehina apa pun menurut pandangan manusia, sepanjang dilakukan secara profesional, baik, tidak merusak dan dilakukan semata-mata karena Allah. Allah hanya memandang kemauan, kesungguhan dan tekad seorang hamba dalam mengusahakan urusan dunianya secara benar. Allah SWT menegaskan bahwa:”Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah kedudukan suatu kaum, sehingga kaum itu mengubah kondisi, kedudukan yang ada pada diri mereka sendiri (melalui kerja keras
dan kesungguhannya ” (QS. Ar-Ro’d: 11). Allah juga mengingatkan manusia karena watak yang seringkali serakah, egois /sifat ananiyah dan keakuannya, agar dalam mengelola dunia jangan sampai merugikan orang lain yang hanya akan menimbulkan permusuhan dan pertumpahan darah (perang) antar sesamanya. Manusia seringkali karena keserakahannya berambisi untuk memiliki kekayaan dan harta benda, kekuasaan, pangkat dan kehormatan dengan tidak memperhatikan atau mengabaikan hak-hak Allah, rasul- Nya dan hak-hak manusia lain. Karena
itu Allah mengingatkan bahwa selamanya manusia akan terhina dan merugi, jika tidak memperbaiki hubungannya dengan Allah (hablun minallah) dan dengan sesamanya- manusia (hablun minannaas). Inilah landasan yang penting bagi terciptanya harmonisme kehidupan masyarakat. Ia juga merupakan landasan penting dan prasyarat masyarakat yang bermartabat dan berperadaban menuju terciptanya masyarakat madani yang damai, adil, dan makmur. 3. Menjaga Lingkungan Sebagai sarana hidup, Allah SWT melarang manusia membuat kerusakan di muka bumi. Mereka boleh mengelola alam, tetapi untuk melestarikan dan bukan merusaknya. Firman Allah dari sambungan ayat di atas: "Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan". Allah SWT menyindir kita tentang sedikitnya orang yang peduli pada kelestarian lingkungan di muka bumi, firmanNya; "Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil " (QS. Huud ayat 116). Dalam kaidah Ushul Fikih dikatakan, Ad-dlararu yuzalu: segala bentuk kemudharatan itu mesti dihilangkan. Nabi SAW bersabda : "La dlarara wala dlirara", artinya ialah tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun membahayakan orang lain. Dari sini dapat dibuat peraturan teknis untuk mencegah kerusakan lingkungan yang pada akhirnya membahayakan kehidupan manusia itu sendiri. Pelanggaran terhadap hal itu, di samping berdosa juga harus dikenai hukuman ta'zir; mulai dari denda, cambuk, penjara, bahkan hukuman mati tergantung tingkat bahaya yang ditimbulkannya. Karena itu, bila kita ingin terhindar dari berbagai bencana harus ada revolusi total tentang pandangan manusia terhadap alam sekitarnya. Cara pandang kapitalistik dan individualistik yang ada selama ini harus diubah. Ini karena menganggap alam sekitarnya sebagai faktor produksi telah membuat orang rakus, serakah, dan sekaligus oportunis. Pandangan hidup untuk berkompetisi berdasarkan pada teori Survival on the fittes membuat manusia merusak harmoni kehidupan. Ketidak percayaan pada nikmat Allah yang tiada terhitung membuat manusia membunuh sesama makhluk Allah demi memuaskan kebutuhannya.
“Bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS at-Taubah /9: 105).
Monday, 15 August 2011
Sebab Sebab MasukNeraka Saqor
Jika kita bicara surga dan neraka adalah bicara tentang dua hal yang kontradiktif, yang pertama penuh dengan cerita indah, megah dan mewah sedang yang lain penuh dengan cerita menakutkan, menyeramkan dan membuat bulu kuduk merinding. Sungguhpun demikian, sesungguhnya surga dan neraka adalah "ma laa ainun ra'a,t wa laa udzunun sami'at, wa laa qalbun khatharat" (sesuatu yang belum pernah disaksikan mata, terdengar oleh telinga atau terlintas dalam hati) jadi bagaimana indahnya surga tidak bisa kita bayangkan, yang jelas sangat
indah sekali dan juga bagaimana seramnya neraka tidak bisa kita bayangkan tapi yang jelas siksaanNya sangat dahsyat sekali. Adapun yang Allah gambarkan dalam Al-Qur'an tentang keindahan surga dan seramnya neraka adalah berupa perumpamaan-perumpamaan yang bisa dijangkau manusia, tapi surga dan neraka yang sesungguhnya adalah seperti yang telah disinggung diatas "ma laa ainun ra'a,t wa laa udzunun sami'at, wa laa qalbun khatharat". Dalam artikel singkat ini saya akan coba menjelaskan penyebab masuknya ke neraka Saqr seperti yang terdapat dalam surat Al- Mudatsir ayat 36-56 Sebab Turun (Asbab An-Nuzul )nya Surat Al-Mudatsir Sebab turunnya surat Al-Mudatsir adalah sebagaimana riwayat yang terdapat dalam kitab ﺩﺍﺯ ﺮﻴﺴﻤﻟﺍ ﺝ : 8 ﺹ : 403 , diceritakan bahwa Al-Walid bin Mughirah salah seorang pemuka Quraisy datang kepada Nabi SAW mendengarkan ayat Al-Qur'an, setelah mendengarkan ayat tersebut ia merasa tertarik dan belum pernah dengar sya'ir seindah itu. Berita ketertarikannya itu terdengar oleh Abu Jahal, kemudian Abu Jahal memerintahkan ia untuk tidak menyampaikan ketertarikannya itu kepada kafir Quraisy yang lain, sampai akhirnya keduanya bersepakat untuk memberikan pernyataan bahwa Al- Qur'an adalah merupakan sihir yang dipelajari oleh orang-orang terdahulu. Sikap Abu Jahal yang melarang Al- Walid bin Mughirah untuk menceritakan ketertarikannya terhadap Al-Qur'an kepada orang kafir Quraisy lain tentunya tidak lepas dari kekhawatirannya akan pengaruh cerita Al-Walid, karena jika penyair selevel Al-Walid sudah mengakui keindahan Al-Qur'an tentu akan berdampak besar bagi kafir Qurais lainnya, jangan-jangan mereka akan segera mengakui kerasulan Muhammad. Sehingga keduanya bersepakat untuk memberikan pernyataan yang tidak akan membuat kagum kafir Quraisy terhadap Al- Qur'an, yaitu dengan mengatakan bahwa Al-Qur'an adalah : "Lalu ia berkata (Al-Qur'an) ini tidak lain adalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang terdahulu". Penghuni Neraka Saqar Neraka Saqr adalah neraka yang tidak membiarkan orang yang diazab didalamnya menarik nafas untuk beristirahat dari azab, bahkan setelah diazab dengan azab yang pedih ia dikembalikan kepada bentuknya semula untuk diazab lagi, neraka saqr adalah neraka yang membakar kulit manusia : "Tahukah kamu apa (neraka) saqar itu? Saqar itu tidak meninggalkan dan membiarkan. (neraka saqar) adalah pembakar kulit manusia, diatasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga)". Lalu untuk siapakah neraka Saqar itu dipersiapkan? Allah SWT menjelaskan ketika penduduk surga bertanya apa yang menyebabkan mereka menjadi penghuni neraka Saqr, sebagaimana firmanNya: "Apa yang memasukkan kamu ke (neraka) saqar?" Maka para penghuni Saqar itu menjawab : "Mereka menjawab: "kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang bathil bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari pembalasan, hingga datang kepada
kami kematian". Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafa'at dari orang-orang yang memberikan
syafa'at". Dari sini bisa kita simpulkan bahwa sebab-sebab masuk neraka Saqr itu adalah : Meninggalkan Shalat Dalam Al-Qur'an seringkali disebutkan pentingnya ibadah shalat dan ancaman bagi orang yang melalaikan shalat. Seperti kita ketahui ibadah shalat adalah salah satu rukun Islam, ulama menyatakan bahwa seseorang yang mengingkari ibadah ini adalah kafir. Apa sih istimewanya ibadah shalat?, dalam salah satu hadistnya Rasulullah SAW bersabda; "Tidaklah Aku diutus ke dunia ini kecuali untuk menyempurnakan akhlak", lalu dalam hadist lain disebutkan "Amal ibadah yang paling pertama diperiksa di hari kiamat nanti adalah shalat". Sekilas dua hadist ini bertolak belakang disatu sisi. Tujuan Rasulullah diutus ke dunia ini untuk memperbaiki akhlak namun disisi lain amal ibadah seorang hamba yang pertama kali diperiksa adalah shalat, jika tujuan diutusnya Rasulullah untuk memperbaiki akhlak mestinya yang pertamaka kali diperiksa dari seorang hamba di hari kiamat adalah akhlaknya bukan shalatnya, tapi kenapa yang diperiksa justru ibadah shalat?. Dari sini kita bisa memahami bahwa ibadah shalat jika dilakukan dengan benar maka akan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap akhlak seseorang, oleh karena itu wajar jika amal ibadah yang
pertama diperiksa hari kiamat nanti adalah shalat, karena jika shalat seseorang baik maka akan baik pula akhlaknya, shalat yang baik adalah shalat yang bisa menjauhkan seseorang dari perbuatann keji dan munkar seperti yang Allah jelaskan dalam surat Al-Ankabuut ayat 45 :"......Sesungguhnya shalat mencegah perbauatan keji dan munkar....." Tidak Peduli Terhadap Orang Miskin Salah satu hikmah yang bisa diambil dari ibadah puasa adalah melatih kepekaan sosial kita. Dengan melaksanakan ibadah puasa, kita dapat merasakan sesuatu yang dirasakan orang miskin selama ini, sehingga dengan melaksanakan ibadah puasa ini diharapkan hati kita lebih bisa terketuk lagi terhadap penderitaan orang lain dan lebih care terhadap nasib sesama muslim, dalam Al-Qur'an banyak disebutkan ancaman bagi orang yang tidak peduli
terhadap nasib orang miskin, dalam surat ini dijelaskan bahwa cuek terhadap orang miskin bisa menyebabkan masuk kedalam neraka
Saqr, dan ini mestinya juga menjadi perhatian para petinggi negara kita dikala bangsa ini dilanda keterpurukan, kemiskinan makin bertambah seharusnya mereka tidak boleh egois memikirkan tunjangan ini itu, tetapi mestinya lebih mengkonsentarsikan diri bagaimana seharusnya memperbaiki nasib mereka, yang jelas nasib mereka tidak akan mudah berubah kearah yang lebih baik dengan hanya memberikan mereka dana konpensasi BBM sebesar 300 ribu rupiah per 3 bulan. Peduli terhadap orang miskin bukan berarti dengan memberikan sejumlah uang kepada mereka kemudian masalah dianggap selesai tapi lebih dari itu bagaimana kita membentuk mereka menjadi tenaga-tenaga yang produktif sehingga mampu untuk hidup mandiri dan keluar dari kemiskinan juga bermanfaat bagi orang banyak, dengan demikian Insya-Allah setiap tahun jumlah orang miskin akan semakin berkurang. Berkumpul Dengan Ahlul Bathil Berapa banyak orang yang terpuruk karena teman, oleh karena itu memilih teman menjadi hal yang penting, nabi Yusuf dan nabi Ibrahim pernah berdo'a untuk bisa bergabung dengan orang-orang sholeh baik di dunia maupun di akhirat seperti yang terdapat dalam Al-Qur'an surat Yusuf ayat 101 dan surat Assyu'ara ayat 83. Dalam ayat yang sedang kita bahas ini,
salah satu penyebab masuknya seseorang ke neraka Saqr adalah berbicara bathil dengan kelompok orang yang membicarakannya. Di zaman sekarang banyak sekali dan dengan mudah kita temukan tempat- tempat untuk melakukan hal tersebut, sebut saja cafe plus, diskotik dan lain- lainnya yang berkaitan dengan dugem (dunia gemerlap). Mengingkari Hari Kiamat Kapankah dunia akan berakhir? Atau kah dunia itu tidak akan pernah berakhir? Dari sejak dulu selalu ada sekelompok orang yang tidak percaya akan adanya hari kiamat. Pada zaman terdahulu orang-orang kafir yang tidak mau mengikuti ajaran para Rasul yang diturunkan oleh Allah SWT menganggap bahwa kiamat tidak akan pernah ada dan demikian juga halnya dengan kehidupan setelah mati, menurut mereka jika mereka mati maka itulah akhir kehidupan dan tidak akan ada kebangkitan lagi. Pengingkaran mereka terhadap hari kebangkitan jelas sekali digambarkan dalam Al-Qur'an surat Yasin ayat 78 :"ia berkata : Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?" Di zaman sekarang juga masih banyak orang yang tidak percaya akan hari kiamat dan kehidupan setelah mati, baru-baru ini majalah Gatra memberitakan bahwa seorang ilmuwan A.S. yang bernama Raymond Kurzweil mengatakan bahwa keinginan manusia untuk dapat hidup abadi itu hanya tinggal 25 tahun lagi tepatnya tahun 2030. Kurzweil yakin dengan bantuan teknologi, manusia bisa menolak kematian!. Menurut Kurzweil, lompatan bioteknologi dan kedokteran bakal mampu menghentikan proses penuaan pada manusia, itu terjadi pada 2030. Kurzweil menjelaskan, ada tiga jembatan proses yang harus dilalui untuk menuju keabadian. Pertama, berterima kasihlah pada nanoteknologi yang mampu menciptakan nanorobot yang ukurannya bisa sekecil sel darah merah, yang dapat memperbaiki berbagai kerusakan tubuh.Jembatan kedua adalah revolusi bioteknologi yang membawa manusia mengatasi keterbatasan tubuh biologisnya. Berbagai penyakit bisa diatasi, proses penuaan dapat dihambat, dan fungsi tubuh jadi lebih optimal. Namun, sebelum kedua jembatan tadi tercipta, sambil menunggu, manusia harus melewati jembatan pendahuluan . Yakni bertahan hidup dengan teknologi "primitif": diet dan olahraga.Jika ketiga jembatan itu terbentuk, dampaknya sangat besar pada kehidupan manusia. Dalam Singularity, Kurzweil bercerita, jantung manusia di masa depan dapat beristirahat. Sebab tugasnya sudah digantikan oleh nanorobot yang mengalirkan darah ke seluruh tubuh.Bahkan, pada 2050, Kurzweil percaya, akhirnya teknologi mengizinkan otak manusia untuk meninggalkan tubuh "berairnya" pindah ke tubuh robot. Disitulah kemudian tercipta sebuah "keabadian". Pendek kata, Kurzweil menganggap manusia bakal mampu meraih keabadian dalam genggaman, menghindari sang Malaikat Maut! Sebagai orang yang beriman tentu kita meyakini bahwa segala sesuatu yang ada di muka bumi akan hancur dan tidak ada yang abadi seperti yang Allah tegaskan dalam surat Al-Qashas ayat 88:".....Tiap-tiap sesuatu pasti binasa kecuali Allah. Bagi-Nya lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan." Dan yang perlu diingat lagi adalah betapapun tingginya ilmu manusia jika dibandingkan dengan ilmu Allah bagaikan setetes air di tengah lautan, terlalu banyak hal yang tidak diketahui karena keterbatasan akal kita, kecerdasan tanpa keimanan hanya akan melahirkan manusia- manusia sombong yang lupa akan kebesaran Allah, padahal sesungguhnya semua yang kita miliki adalah berkat anugerah Nya.
indah sekali dan juga bagaimana seramnya neraka tidak bisa kita bayangkan tapi yang jelas siksaanNya sangat dahsyat sekali. Adapun yang Allah gambarkan dalam Al-Qur'an tentang keindahan surga dan seramnya neraka adalah berupa perumpamaan-perumpamaan yang bisa dijangkau manusia, tapi surga dan neraka yang sesungguhnya adalah seperti yang telah disinggung diatas "ma laa ainun ra'a,t wa laa udzunun sami'at, wa laa qalbun khatharat". Dalam artikel singkat ini saya akan coba menjelaskan penyebab masuknya ke neraka Saqr seperti yang terdapat dalam surat Al- Mudatsir ayat 36-56 Sebab Turun (Asbab An-Nuzul )nya Surat Al-Mudatsir Sebab turunnya surat Al-Mudatsir adalah sebagaimana riwayat yang terdapat dalam kitab ﺩﺍﺯ ﺮﻴﺴﻤﻟﺍ ﺝ : 8 ﺹ : 403 , diceritakan bahwa Al-Walid bin Mughirah salah seorang pemuka Quraisy datang kepada Nabi SAW mendengarkan ayat Al-Qur'an, setelah mendengarkan ayat tersebut ia merasa tertarik dan belum pernah dengar sya'ir seindah itu. Berita ketertarikannya itu terdengar oleh Abu Jahal, kemudian Abu Jahal memerintahkan ia untuk tidak menyampaikan ketertarikannya itu kepada kafir Quraisy yang lain, sampai akhirnya keduanya bersepakat untuk memberikan pernyataan bahwa Al- Qur'an adalah merupakan sihir yang dipelajari oleh orang-orang terdahulu. Sikap Abu Jahal yang melarang Al- Walid bin Mughirah untuk menceritakan ketertarikannya terhadap Al-Qur'an kepada orang kafir Quraisy lain tentunya tidak lepas dari kekhawatirannya akan pengaruh cerita Al-Walid, karena jika penyair selevel Al-Walid sudah mengakui keindahan Al-Qur'an tentu akan berdampak besar bagi kafir Qurais lainnya, jangan-jangan mereka akan segera mengakui kerasulan Muhammad. Sehingga keduanya bersepakat untuk memberikan pernyataan yang tidak akan membuat kagum kafir Quraisy terhadap Al- Qur'an, yaitu dengan mengatakan bahwa Al-Qur'an adalah : "Lalu ia berkata (Al-Qur'an) ini tidak lain adalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang terdahulu". Penghuni Neraka Saqar Neraka Saqr adalah neraka yang tidak membiarkan orang yang diazab didalamnya menarik nafas untuk beristirahat dari azab, bahkan setelah diazab dengan azab yang pedih ia dikembalikan kepada bentuknya semula untuk diazab lagi, neraka saqr adalah neraka yang membakar kulit manusia : "Tahukah kamu apa (neraka) saqar itu? Saqar itu tidak meninggalkan dan membiarkan. (neraka saqar) adalah pembakar kulit manusia, diatasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga)". Lalu untuk siapakah neraka Saqar itu dipersiapkan? Allah SWT menjelaskan ketika penduduk surga bertanya apa yang menyebabkan mereka menjadi penghuni neraka Saqr, sebagaimana firmanNya: "Apa yang memasukkan kamu ke (neraka) saqar?" Maka para penghuni Saqar itu menjawab : "Mereka menjawab: "kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang bathil bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari pembalasan, hingga datang kepada
kami kematian". Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafa'at dari orang-orang yang memberikan
syafa'at". Dari sini bisa kita simpulkan bahwa sebab-sebab masuk neraka Saqr itu adalah : Meninggalkan Shalat Dalam Al-Qur'an seringkali disebutkan pentingnya ibadah shalat dan ancaman bagi orang yang melalaikan shalat. Seperti kita ketahui ibadah shalat adalah salah satu rukun Islam, ulama menyatakan bahwa seseorang yang mengingkari ibadah ini adalah kafir. Apa sih istimewanya ibadah shalat?, dalam salah satu hadistnya Rasulullah SAW bersabda; "Tidaklah Aku diutus ke dunia ini kecuali untuk menyempurnakan akhlak", lalu dalam hadist lain disebutkan "Amal ibadah yang paling pertama diperiksa di hari kiamat nanti adalah shalat". Sekilas dua hadist ini bertolak belakang disatu sisi. Tujuan Rasulullah diutus ke dunia ini untuk memperbaiki akhlak namun disisi lain amal ibadah seorang hamba yang pertama kali diperiksa adalah shalat, jika tujuan diutusnya Rasulullah untuk memperbaiki akhlak mestinya yang pertamaka kali diperiksa dari seorang hamba di hari kiamat adalah akhlaknya bukan shalatnya, tapi kenapa yang diperiksa justru ibadah shalat?. Dari sini kita bisa memahami bahwa ibadah shalat jika dilakukan dengan benar maka akan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap akhlak seseorang, oleh karena itu wajar jika amal ibadah yang
pertama diperiksa hari kiamat nanti adalah shalat, karena jika shalat seseorang baik maka akan baik pula akhlaknya, shalat yang baik adalah shalat yang bisa menjauhkan seseorang dari perbuatann keji dan munkar seperti yang Allah jelaskan dalam surat Al-Ankabuut ayat 45 :"......Sesungguhnya shalat mencegah perbauatan keji dan munkar....." Tidak Peduli Terhadap Orang Miskin Salah satu hikmah yang bisa diambil dari ibadah puasa adalah melatih kepekaan sosial kita. Dengan melaksanakan ibadah puasa, kita dapat merasakan sesuatu yang dirasakan orang miskin selama ini, sehingga dengan melaksanakan ibadah puasa ini diharapkan hati kita lebih bisa terketuk lagi terhadap penderitaan orang lain dan lebih care terhadap nasib sesama muslim, dalam Al-Qur'an banyak disebutkan ancaman bagi orang yang tidak peduli
terhadap nasib orang miskin, dalam surat ini dijelaskan bahwa cuek terhadap orang miskin bisa menyebabkan masuk kedalam neraka
Saqr, dan ini mestinya juga menjadi perhatian para petinggi negara kita dikala bangsa ini dilanda keterpurukan, kemiskinan makin bertambah seharusnya mereka tidak boleh egois memikirkan tunjangan ini itu, tetapi mestinya lebih mengkonsentarsikan diri bagaimana seharusnya memperbaiki nasib mereka, yang jelas nasib mereka tidak akan mudah berubah kearah yang lebih baik dengan hanya memberikan mereka dana konpensasi BBM sebesar 300 ribu rupiah per 3 bulan. Peduli terhadap orang miskin bukan berarti dengan memberikan sejumlah uang kepada mereka kemudian masalah dianggap selesai tapi lebih dari itu bagaimana kita membentuk mereka menjadi tenaga-tenaga yang produktif sehingga mampu untuk hidup mandiri dan keluar dari kemiskinan juga bermanfaat bagi orang banyak, dengan demikian Insya-Allah setiap tahun jumlah orang miskin akan semakin berkurang. Berkumpul Dengan Ahlul Bathil Berapa banyak orang yang terpuruk karena teman, oleh karena itu memilih teman menjadi hal yang penting, nabi Yusuf dan nabi Ibrahim pernah berdo'a untuk bisa bergabung dengan orang-orang sholeh baik di dunia maupun di akhirat seperti yang terdapat dalam Al-Qur'an surat Yusuf ayat 101 dan surat Assyu'ara ayat 83. Dalam ayat yang sedang kita bahas ini,
salah satu penyebab masuknya seseorang ke neraka Saqr adalah berbicara bathil dengan kelompok orang yang membicarakannya. Di zaman sekarang banyak sekali dan dengan mudah kita temukan tempat- tempat untuk melakukan hal tersebut, sebut saja cafe plus, diskotik dan lain- lainnya yang berkaitan dengan dugem (dunia gemerlap). Mengingkari Hari Kiamat Kapankah dunia akan berakhir? Atau kah dunia itu tidak akan pernah berakhir? Dari sejak dulu selalu ada sekelompok orang yang tidak percaya akan adanya hari kiamat. Pada zaman terdahulu orang-orang kafir yang tidak mau mengikuti ajaran para Rasul yang diturunkan oleh Allah SWT menganggap bahwa kiamat tidak akan pernah ada dan demikian juga halnya dengan kehidupan setelah mati, menurut mereka jika mereka mati maka itulah akhir kehidupan dan tidak akan ada kebangkitan lagi. Pengingkaran mereka terhadap hari kebangkitan jelas sekali digambarkan dalam Al-Qur'an surat Yasin ayat 78 :"ia berkata : Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?" Di zaman sekarang juga masih banyak orang yang tidak percaya akan hari kiamat dan kehidupan setelah mati, baru-baru ini majalah Gatra memberitakan bahwa seorang ilmuwan A.S. yang bernama Raymond Kurzweil mengatakan bahwa keinginan manusia untuk dapat hidup abadi itu hanya tinggal 25 tahun lagi tepatnya tahun 2030. Kurzweil yakin dengan bantuan teknologi, manusia bisa menolak kematian!. Menurut Kurzweil, lompatan bioteknologi dan kedokteran bakal mampu menghentikan proses penuaan pada manusia, itu terjadi pada 2030. Kurzweil menjelaskan, ada tiga jembatan proses yang harus dilalui untuk menuju keabadian. Pertama, berterima kasihlah pada nanoteknologi yang mampu menciptakan nanorobot yang ukurannya bisa sekecil sel darah merah, yang dapat memperbaiki berbagai kerusakan tubuh.Jembatan kedua adalah revolusi bioteknologi yang membawa manusia mengatasi keterbatasan tubuh biologisnya. Berbagai penyakit bisa diatasi, proses penuaan dapat dihambat, dan fungsi tubuh jadi lebih optimal. Namun, sebelum kedua jembatan tadi tercipta, sambil menunggu, manusia harus melewati jembatan pendahuluan . Yakni bertahan hidup dengan teknologi "primitif": diet dan olahraga.Jika ketiga jembatan itu terbentuk, dampaknya sangat besar pada kehidupan manusia. Dalam Singularity, Kurzweil bercerita, jantung manusia di masa depan dapat beristirahat. Sebab tugasnya sudah digantikan oleh nanorobot yang mengalirkan darah ke seluruh tubuh.Bahkan, pada 2050, Kurzweil percaya, akhirnya teknologi mengizinkan otak manusia untuk meninggalkan tubuh "berairnya" pindah ke tubuh robot. Disitulah kemudian tercipta sebuah "keabadian". Pendek kata, Kurzweil menganggap manusia bakal mampu meraih keabadian dalam genggaman, menghindari sang Malaikat Maut! Sebagai orang yang beriman tentu kita meyakini bahwa segala sesuatu yang ada di muka bumi akan hancur dan tidak ada yang abadi seperti yang Allah tegaskan dalam surat Al-Qashas ayat 88:".....Tiap-tiap sesuatu pasti binasa kecuali Allah. Bagi-Nya lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan." Dan yang perlu diingat lagi adalah betapapun tingginya ilmu manusia jika dibandingkan dengan ilmu Allah bagaikan setetes air di tengah lautan, terlalu banyak hal yang tidak diketahui karena keterbatasan akal kita, kecerdasan tanpa keimanan hanya akan melahirkan manusia- manusia sombong yang lupa akan kebesaran Allah, padahal sesungguhnya semua yang kita miliki adalah berkat anugerah Nya.
Subscribe to:
Comments (Atom)