Nonton iklan bentar ya...!!!

Wednesday, 8 February 2012

Berikut Kisah Nabi Isa as Menolak Disebut Tuhan.

Di dalam Al Qur'an, Isa atau yang diklaim umat Kristiani sebagai Tuhan Yesus, jelas-jelas menolak jika dirinya disebut Tuhan. Isa hanya manusia biasa yang diangkat oleh Allah SWT sebagai Nabi- Nya. Berikut Kisah Nabi Isa as Menolak Disebut Tuhan. Nabi Isa as diangkat menjadi nabi untuk berdakwah kepada kaum Bani Israil di Palestina. DalamAl Qur'an, nama Isa disebut sebanyak 25 kali. Sebagai seorang Nabi, Isa banyak dikarunia mukjizat. Al Qur'an menceritakan keajaiban kelahiran Nabi Isa as sebagai anak Maryam tanpa ayah. Menurut kisah Al Qur'an, Maryam selalu beribadah dan telah dikunjungi oleh Malaikat Jibril. Dan Malaikat Jibril mengatakan kepada Maryam bahwa akan diberikan calon anak yang bernama Isa. Maryam sangat terkejut karena ia telah bersumpah untuk menjaga keperawanannya kepada Allah SWT. Lalu Jibril pun menenangkan Maryam dan mengatakan bahwa perkara itu adalah perkara yang mudah bagi Allah SWT, seperti halnya dalam penciptaan Adam tanpa ibu dan bapak. Allah SWT berfirman, َّﻲَﻠَﻋ َﻮُﻫ ِﻚُّﺑَﺭ َﻝﺎَﻗ ِﻚِﻟَﺬَﻛ َﻝﺎَﻗ ِﺱﺎَّﻨﻠِﻟ ًﺔَﻳﺁ ُﻪَﻠَﻌْﺠَﻨِﻟَﻭ ٌﻦِّﻴَﻫ ﺍًﺮْﻣَﺃ َﻥﺎَﻛَﻭ ﺎَّﻨِﻣ ًﺔَﻤْﺣَﺭَﻭ ﺎًّﻴِﻀْﻘَﻣ Artinya: Jibril berkata: "Demikianlah". Tuhanmu berfirman: "Hal itu adalah mudah bagiku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan". (QS. Maryam: 21). Banyak Karunia Mukjizat Setelah Maryam mengandung, ia mengasingkan diri dari keluarganya ke suatu tempat. Di sana ia melahirkan dan beristirahat di dekat sebuah batang pohon kurma. Meskipun masih bayi, namun Nabi Isa as telah dikarunia mukjizat oleh Allah SWT. Kala itu Nabi Isa as bisa berbicara kepada ibunya untuk mengguncangkan pohon kurma sehingga buahnya berjatuhan. Di makanlah buah kurma yang lezat itu. Maryam bersama anaknya kemudian kembali ke area penduduk. Namun saat itu Maryam dituduh telah melakukan perzinaan karena punya anak tanpa seorang ayah. Lagi-lagi Nabi Isa as yang masih bayi dapat berbicara kepada Bani Israil saat itu. Kata-kata Nabi Isa as diabadikan dalam Al Qur'an. َﻲِﻧﺎَﺗﺁ ِﻪَّﻠﻟﺍ ُﺪْﺒَﻋ ﻲِّﻧِﺇ َﻝﺎَﻗ ﺎًّﻴِﺒَﻧ ﻲِﻨَﻠَﻌَﺟَﻭ َﺏﺎَﺘِﻜْﻟﺍ ُﺖْﻨُﻛ ﺎَﻣ َﻦْﻳَﺃ ﺎًﻛَﺭﺎَﺒُﻣ ﻲِﻨَﻠَﻌَﺟَﻭ ِﺓﺎَﻛَّﺰﻟﺍَﻭ ِﺓﻼَّﺼﻟﺎِﺑ ﻲِﻧﺎَﺻْﻭَﺃَﻭ ﺎًّﻴَﺣ ُﺖْﻣُﺩ ﺎَﻣ ﻲِﻨْﻠَﻌْﺠَﻳ ْﻢَﻟَﻭ ﻲِﺗَﺪِﻟﺍَﻮِﺑ ﺍًّﺮَﺑَﻭ ﺎًّﻴِﻘَﺷ ﺍًﺭﺎَّﺒَﺟ Artinya: 30. berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi, 31. dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; 32. dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. (QS. Maryam: 30-32). Nabi Isa as diutus kepada Bani Israil untuk mengajarkan tentang ke-Esaan Allah SWT dan menyelamatkan mereka dari kesesatan. Nabi Isa as kemudian tumbuh dewasa dengan berbagai mukjizat sebagai tanda kenabian. Diantara mukjizat Nabi Isa as adalah: 1. Bisa berbicara waktu masih bayi. 2. Dapat memberikan kehidupan kepada burung yang dibuat dari tanah liat. 3. Menyembuhkan orang yang sakit Lepra. 4. Menyembuhkan orang buta. 5. Membangkitkan orang mati. 6. Meminta makanan dari surga atas permintaan murid-muridnya. Melihat banyak hal yang luar biasa telah dilakukan oleh Nabi Isa as, Bani Israil kemudian menyangka bahwa Nabi Isa as adalah Tuhan. Namun, Nabi Isa as mengelak mengakui dirinya adalah Tuhan. Ia menegaskan bahwa dirinya hanyalah utusan Allah SWT. Sedangkan yang wajib disembah hanya Allah SWT. Nabi Isa as Tunduk Pada Allah SWT. Penolakan Nabi Isa as ini diabadikan dalam Al Qur'an Surat Al Maidah ayat 116-117. َﻦْﺑﺍ ﻰَﺴﻴِﻋ ﺎَﻳ ُﻪَّﻠﻟﺍ َﻝﺎَﻗ ْﺫِﺇَﻭ ِﺱﺎَّﻨﻠِﻟ َﺖْﻠُﻗ َﺖْﻧَﺃَﺃ َﻢَﻳْﺮَﻣ ْﻦِﻣ ِﻦْﻴَﻬَﻟِﺇ َﻲِّﻣُﺃَﻭ ﻲِﻧﻭُﺬِﺨَّﺗﺍ ﺎَﻣ َﻚَﻧﺎَﺤْﺒُﺳ َﻝﺎَﻗ ِﻪَّﻠﻟﺍ ِﻥﻭُﺩ َﺲْﻴَﻟ ﺎَﻣ َﻝﻮُﻗَﺃ ْﻥَﺃ ﻲِﻟ ُﻥﻮُﻜَﻳ ْﺪَﻘَﻓ ُﻪُﺘْﻠُﻗ ُﺖْﻨُﻛ ْﻥِﺇ ٍّﻖَﺤِﺑ ﻲِﻟ ﻲِﺴْﻔَﻧ ﻲِﻓ ﺎَﻣ ُﻢَﻠْﻌَﺗ ُﻪَﺘْﻤِﻠَﻋ َﻚَّﻧِﺇ َﻚِﺴْﻔَﻧ ﻲِﻓ ﺎَﻣ ُﻢَﻠْﻋَﺃ ﻻَﻭ ِﺏﻮُﻴُﻐْﻟﺍ ُﻡﻼَﻋ َﺖْﻧَﺃ Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam, Adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah?". Isa menjawab: "Maha suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). jika aku pernah mengatakan Maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha mengetahui perkara yang ghaib- ghaib". (QS. Al-Maidah: 116). Begitu Nabi Isa as ditanya oleh Allah SWT, "Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah?" Kontan saja Nabi Isa bersujud, badannya gemetar dan tulang- tulangnya berbunyi seperti akan retak. Dengan tegas Nabi Isa as kemudian menjawab, "Maha suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). jika aku pernah mengatakan Maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha mengetahui perkara yang ghaib- ghaib". Nabi Isa as kemudian menegaskan sebagaimana dalam Al Qur'an berikut ini. ِﻪِﺑ ﻲِﻨَﺗْﺮَﻣَﺃ ﺎَﻣ ﻻِﺇ ْﻢُﻬَﻟ ُﺖْﻠُﻗ ﺎَﻣ ْﻢُﻜَّﺑَﺭَﻭ ﻲِّﺑَﺭ َﻪَّﻠﻟﺍ ﺍﻭُﺪُﺒْﻋﺍ ِﻥَﺃ ُﺖْﻣُﺩ ﺎَﻣ ﺍًﺪﻴِﻬَﺷ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ُﺖْﻨُﻛَﻭ َﺖْﻧَﺃ َﺖْﻨُﻛ ﻲِﻨَﺘْﻴَّﻓَﻮَﺗ ﺎَّﻤَﻠَﻓ ْﻢِﻬﻴِﻓ ِّﻞُﻛ ﻰَﻠَﻋ َﺖْﻧَﺃَﻭ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ َﺐﻴِﻗَّﺮﻟﺍ ٌﺪﻴِﻬَﺷ ٍﺀْﻲَﺷ Artinya: "Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya Yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan Aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. dan Engkau adalah Maha menyaksikan atas segala sesuatu." (QS. Al-Maidah: 117).

Kisah Pendeta Yang Insaf

Ibrahim al-Khawas ialah seorang wali Allah yang terkenal keramat dan dimakbulkan segala doanya oleh Tuhan. Beliau pernah menceritakan suatu peristiwa yang pernah dialaminya. Katanya, “Menurut kebiasaanku, aku keluar menziarahi Mekah tanpa kendaraan dan kafilah. Pada suatu kali, tiba-tiba aku tersesat jalan dan kemudian aku berhadapan dengan seorang rahib Nasrani (Pendeta Kristian).” Bila dia melihat aku dia pun berkata, “Wahai rahib Muslim, bolehkah aku bersahabat denganmu?” Ibrahim segera menjawab, “Ya, tidaklah aku akan menghalangi kehendakmu itu.” Maka berjalanlah Ibrahim bersama dengannya selama tiga hari tanpa meminta makanan sehinggalah rahib itu menyatakan rasa laparnya kepadaku, katanya, “Tiadalah ingin aku memberitakan kepadamu bahawa aku telah menderita kelaparan. Kerana itu berilah aku sesuatu makanan yang ada padamu.” Mendengar permintaan rahib itu, lantas Ibrahim pun bermohon kepada Allah dengan berkata, “Wahai Tuhanku, Pemimpinku, Pemerintahku, janganlah engkau memalukan aku di hadapan seteru engkau ini.” Belum pun habis Ibrahim berdoa, tiba- tiba turunlah setalam hidangan dari langit berisi dua keping roti, air minuman, daging masak dan tamar. Maka mereka pun makan dan minum bersama dengan senang sekali. “Sesudah itu aku pun meneruskan perjalananku. Sesudah tiga hari tiada makanan dan minuman, maka di kala pagi, aku pun berkata kepada rahib itu, “Hai rahib Nasrani, berikanlah ke mari sesuatu makanan yang ada kamu. Rahib itu menghadap kepada Allah, tiba-tiba turun setalam hidangan dari langit seperti yang diturunkan kepadaku dulu.” Sambung Ibrahim lagi, “Tatkala aku melihat yang demikian, maka aku pun berkata kepada rahib itu – Demi kemuliaan dan ketinggian Allah, tiadalah aku makan sehingga engkau memberitahukan (hal ini) kepadaku.” Jawab rahib itu, “Hai Ibrahim, tatkala aku bersahabat denganmu, maka jatuhlah telekan makrifah (pengenalan) engkau kepadaku, lalu aku memeluk agama engkau. Sesungguhnya aku telah membuang- buang masa di dalam kesesatan dan sekarang aku telah mendekati Allah dan berpegang kepada-Nya. Dengan kemuliaan engkau, tiadalah dia memalukan aku. Maka terjadilah kejadian yang engkau lihat sekarang ini. Aku telah mengucapkan seperti ucapanmu (kalimah syahadah).” “Maka sucitalah aku setelah mendengar jawapan rahib itu. Kemudian aku pun meneruskan perjalanan sehingga sampai ke Mekah yang mulia. Setelah kami mengerjakan haji, maka kami tinggal dua tiga hari lagi di tanah suci itu. Suatu ketika, rahib itu tiada kelihatan olehku, lalu aku mencarinya di masjidil haram, tiba-tiba aku mendapati dia sedang bersembahyang di sisi Ka’bah.” Setelah selesai rahib itu bersembahyang maka dia pun berkata, “Hai Ibrahim, sesungguhnya telah hampir perjumpaanku dengan Allah, maka peliharalah kamu akan persahabatan dan persaudaraanku denganmu.” Baru saja dia berkata begitu, tiba-tiba dia menghembuskan nafasnya yang terakhir yaitu pulang ke rahmatullah. Seterusnya Ibrahim menceritakan, “Maka aku berasa amat dukacita di atas kepergiannya itu. Aku segera menguruskan hal-hal pemandian, kafan dan pengebumiannya. Apabila malam aku bermimpi melihat rahib itu dalam keadaan yang begitu gagah sekali tubuhnya dihiasi dengan pakaian sutera yang indah.” Melihatkan itu, Ibrahim pun terus bertanya, “Bukankah engkau ini sahabat aku kemarin, apakah yang telah dilakukan oleh Allah terhadap engkau?” Dia menjawab, “Aku berjumpa dengan Allah dengan dosa yang banyak, tetapi dimaafkan dan diampunkan-Nya semua itu kerana aku bersangka baik (zanku) kepada- Nya dan Dia menjadikan aku seolah- olah bersahabat dengan engkau di dunia dan berhampiran dengan engkau di akhirat.” Begitulah persahabatan di antara dua orang yang berpengetahuan dan beragama itu akan memperolehi hasil yang baik dan memuaskan. Walaupun salah seorang dahulunya beragama lain, tetapi berkat keikhlasan dan kebaktian kepada Allah, maka dia ditarik kepada Islam dan mengalami ajaran-ajarannya.”