“Bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS at-Taubah /9: 105).
Nonton iklan bentar ya...!!!
Wednesday, 8 February 2012
Kenapa Ayah Ingin Anak Laki-laki dan Ibu Anak Perempuan?
Orangtua biasanya tidak masalah dengan jenis
kelamin dari bayi yang dikandung.
Tapi sebenarnya sebagian besar ibu
ingin anak perempuan dan ayah ingin
anak laki-laki. Kenapa begitu? Dalam studi yang dilakukan oleh
peneliti dari Queen's University di
Ontario Kanada, responden diberikan
pertanyaan seputar jenis kelamin
yang diinginkan untuk anak pertama,
mayoritas jenis kelamin dari semua anak yang dimiliki serta jika hanya
punya anak 1 maka jenis kelamin
mana yang paling diinginkan. Hasil studi yang dilaporkan dalam
jurnal Open Anthropology dan
melibatkan 2.000 partisipan ini
menemukan bahwa ibu
menginginkan anak perempuan dan
ayah ingin anak laki-laki. Peneliti mengungkapkan hal ini
karena para ayah memiliki pemikiran
lebih mudah untuk menjelaskan
tentang evolusi pada anak laki-laki,
serta ia memiliki kesempatan lebih
besar untuk melestarikan gen dirinya dalam sebuah keluarga dibanding
seorang perempuan. Sedangkan para ibu berpikir memiliki
anak perempuan akan lebih
berwarna dan ada nuansa tertentu.
Selain itu ia juga bisa berbagi
pengalaman mengenai proses
kehamilan, melahirkan dan memiliki ikatan emosional yang lebih dekat
dengan anaknya, serta ingin berbagi
kehidupannya yang baik dengan
gadis-gadis mereka. Para penulis mengungkapkan kondisi
ini berdasarkan pada hal yang ingin
diwariskan untuk keturunanya,
hampir sebagian besar orang pasti
ingin mempertahankan warisannya
dengan membayangkan ayah lewat anak laki-laki dan ibu melalui anak
perempuannya. "Seorang perempuan hamil biasanya
diberitahu jenis kelamin janin yang
dikandungnya melalui pemeriksaan
ultrasonografi," ujar Dr Rajendra Kale,
editor untuk jurnal kesehatan, seperti
dikutip dari Healthland.Time, Jumat (20/1/2012). Pada bulan Agustus 2011 sebuah
makalah di Journal of American
Medical Association melaporkan
temuan tes darah yang digunakan
untuk menganalisis sel DNA janin
sehingga bisa menentukanjenis kelamin bayi yang dikandung meski
usia kehamilan masih dini yaitu 7
minggu. Meski begitu hampir sebagian besar
orangtua setuju bahwa saat
kehamilan, kesehatan dari ibu dan
janin jauh lebih penting dibanding
dengan jenis kelamin apa yang
dikandungnya.
Bahaya yang Mengintai Ketika Wanita Hamil Bayi Kembar
Kehamilan kembar terdengar menyenangkan,
tetapi hal ini terkait dengan risiko
komplikasi yang lebih tinggi pada
sang ibu. Ada beberapa risiko
komplikasi yang mengintai ibu hamil
bayi kembar. Selama kehamilan kembar, risiko
kematian perempuan selama
kelahiran anak sangat meningkat.
Bahkan, bayi akan lebih rentan
terhadap bahaya apa pun selama
kelahiran. Dalam kasus kehamilan kembar rahim
seorang perempuan membawa lebih
dari satu anak di dalamnya. Jadi
semakin besar jumlah bayi dalam
kandungan, bayi akan semakin kecil
dan berat badan rendah. Berikut komplikasi yang paling umum pada
ibu hamil kembar, seperti dilansir
onlymyhealth, Rabu (8/2/2012): 1. Persalinan prematur Kebanyakan bayi kembar akan lahir
prematur (lahir sebelum 37 minggu).
Bayi biasanya lahir dengan berat
badan rendah (kurang dari 2.500
gram) dan butuh bantuan bernapas,
makan, melawan infeksi dan tetap hangat. Kerentanan akan semakin meningkat
pada bayi yang lahir kurang dari 28
minggu. Banyak organ tubuh
mungkin tidak berkembang untuk
bertahan hidup di luar rahim ibu dan
mungkin terlalu muda untuk berfungsi dengan baik. 2. Hipertensi karena kehamilan Wanita dengan janin kembar lebih
mungkin mengalami tekanan darah
tinggi selama kehamilan. Hal ini dapat
meningkatkan kemungkinan
placental abruption (terlepasnya
plasenta dari rahim) 3. Anemia Anemia sangat umum terjadi pada ibu
dengan kehamilan kembar
dibandingkan dengan kehamilan
tunggal. 4. Lahir cacat Kehamilan kembar meningkatkan
risiko menghasilkan bayi dengan
kelainan bawaan termasuk cacat
tabung saraf, pencernaan dan
kelainan jantung. 5. Keguguran Keguguran pada trimester pertama
lebih menonjol pada wanita yang
memiliki kehamilan kembar. Hal ini
mungkin juga disertai pendarahan.
Risiko keguguran meningkat pada
trimester selanjutnya. 6. Sindrom transfusi twin-to-twin Sindrom transfusi twin-to-twin bisa
terjadi selama kehamilan kembar.
Dalam pembuluh darah tetap saling
terkoneksi dalam plasenta dan
mengalihkan darah dari satu janin ke
janin lainnya. Terjadi sekitar 15 persen dari kembar yang berbagi
plasenta. 7. Jumlah cairan ketuban abnormal Kelainan cairan ketuban lebih sering
terjadi pada kehamilan kembar,
terutama untuk kembar yang berbagi
plasenta. 8. Persalinan caesar Posisi janin abnormal dalam
kehamilan kembar meningkatkan
kemungkinan terjadinya kelahiran
caesar. 9. Perdarahan postpartum Daerah plasenta yang besar dan
rahim yang lebih buncit dapat
menyebabkan ibu berisiko untuk
pendarahan setelah persalinan
kehamilan kembar banyak. Untuk itu, dalam kasus kehamilan
kembar perawatan ekstra diperlukan.
Pemeriksaan USG harus dilakukan
untuk memantau perkembangan
janin. Kehamilan kembar yang rumit
dan jika tidak dirawat dengan benar, dapat menjadi sangat berbahaya bagi
ibu dan bayi.
Subscribe to:
Posts (Atom)