Umat muslim merupakan sebuah
kesatuan yang utuh. Di dalamnya ada
orang-orang yang memiliki
perbedaan pemikiran, namun diikat
dalam sebuah ikatan persaudaraan
yang kokoh, yaitu Al Qur’an dan Sunnah. Untuk membentuk sebuah
masyarakat muslim yang kokoh,
berawal dari sebuah keluarga muslim
yang baik pula. Jika diibaratkan, umat muslim adalah
sebuah bangunan, dan keluarga
muslim merupakan tiang yang
menyangga bangunan tersebut agar
tetap berdiri. Apabila keluarga-
keluarga yang menjadi penyangga adalah keluarga yang berpegang
teguh pada ajaran Al Qur’an dan
Sunnah Rasul, maka masyarakat yang
terbentuk pun tidak akan jauh dari
syariat islam. Namun jika keluarga
yang menopangnya “keropos”, dapat dipastikan bahwa masyarakatnya pun
akan keropos. Seperti bangunan yang
disangga dengan tiang yang sudah
rapuh, maka suatu saat bangunana itu
akan ambruk. Sebuah keluarga dibangun oleh
sepasang suami istri. Keduanya
mempunyai peran yang penting
dalam menentukan arah keluarganya.
Seorang suami harus mampu
memimpin keluarganya menuju ke jalan yang diridhoi Allah SWT. Seorang
istri harus mampu mendukung
suaminya dan mendidik anak-
anaknya agar menjadi insane yang
berakhlak mulia dan selalu berpegang
teguh pada ajaran agama islam. Untuk mampu mewujudkan hal
tersebut, seringkali suami istri butuh
seorang pembanding, yang dapat
menjadi teladan bagi dirinya. Mereka
akan mencari sosok yang dianggap
sesuai untuk dijadikan contoh dalam membina keluarga yang sakinah
mawaddah warahmah. Bagi umat
islam, keluarga Rasulullah Muhammad
saw dapat menjadi teladan yang tepat.
Rasulullah saw merupakan seorang
suami yang dapat menjadi teladan bagi suami-suami di dunia bagaimana
memimpin keluarga menu
mardhotillah. Sedangkan istri-istri
sholehah dapat mengambil
Ummahatul mukmini, salha satunya
Khadijah binti Khuwailid, sebagai panutannya. Rasulullah Muhammad saw;
contoh suami teladan Sudah banyak kisah yang mengulas
tentang masa kecil Rasulullah saw.
Karena itu, tulisan ini hanya akan
menitik-beratkan pada ajaran
Rasulullah saw yang berkaitan
dengan keluarga. Rasulullah saw sejak masa remaja
sudah terkenal sebagai orang yang
bersih dan berbudi mulia. Ketika
menginjak usia 25 tahun, Beliau
saw menikahi Khadijah binti
Khuwailid. Sejak saat itulah beliau mengarungi kehidupan rumah
tangga bahagia penuh ketentraman
dan ketenangan. Rasulullah saw amat menghormati
wanita, lebih-lebih istrinya. Beliau
saw bersabda, “Tidaklah orang
yang memuliakan wanita kecuali
orang yang mulia; dan tidaklah
yang menghinakannya kecuali orang yang hina.” Rasulullah saw merupakan contoh
suami teladan dalam kehidupan
rumah tangga. Beliau saw sering
bercanda dan bergurau dengan
istri-istrinya. Dalam satu riwayat
Beliau saw balapan lari dengan Aisyah, terkadang beliau
dikalahkan dan pada hari lain
beliau menang. Beliau saw
senantiasa menegaskan pentingnya
sikap lemah lembut dan penuh
kasih sayang kepada istri. Kita jumpai banyak hadits yang
seirama dengan hadits berikut,
“Orang mukmin yang paling
sempurna adalah yang paling baik
akhlaknya dan paling lembut pada
keluarganya.” Riwayat lain, “Sebaik- baik di antara kamu adalah yang
paling baik pada keluarganya dan
aku adalah yang paling baik
terhadap keluargaku.” Di antara yang menunjukkan
keteladanan Beliau saw dalam
menghormati istri adalah
menampakkan sikap lembut, penuh
kasih sayang, tidak mengkritik hal-
hal yang tidak berguna untuk dikritik, memaafkan kekeliruannya,
dan memperbaiki kesalahannya
dengan lembut dan sabar. Bila ada
waktu senggang Beliau saw ikut
membantu istrinya dalam
mengerjakan kewajiban rumah tanggan. Aisyah pernah ditanya tentang apa
yang pernah dilakukan Rasulullah
saw di rumahnya, beliau menjawab,
“Rasulullah mengerjakan tugas-
tugas rumah tangga, dan bila
datang waktu shalat, dia pergi shalat.” Rasulullah saw memiliki kelapangan
dada dan sikap toleran terhadap
istrinya. Bila istrinya salah atau
marah, beliau memahami betul jiwa
seorang wanita yang sering
emosional dan berontak. Beliau memahami betul bahwa rumah
tangga adalah tempat yang paling
layak dijadikan contoh bagi
seorang muslim adalah rumah
tangga yang penuh cinta dan
kebahagiaan. Kehidupan rumah tangga harus dipenuhi gelak tawa,
kelapangan hati, dan kebahagiaan
agar tidak membosankan. Bila terpaksa harus bertindak tegas,
Rasulullah saw melakukannanya
dengan disertai kelembutan dan
kerelaan. Sikap keras dan tegas
untuk mengobati keburukan dalam
diri wanita, sedangkan kelembutan dan kasih sayang untuk mengobati
kelemahan dan kelembutan dalam
dirinya. Khadijah; Istri Teladan Wanita
Muslimah Khadijah binti Khuwailid adalah
seorang wanita bangsawan Quraisy
yang kaya. Dia diberi gelar wanita suci
di masa jahiliyah, juga di masa Islam.
Banyak pembesar Quraisy berupaya
meminangnya, tetapi ia selalu menolak. Ia pedagang yang sering
menyuruh orang untuk menjualkan
barang dagangannya keluar kota
Mekkah. Ketika mendengar tentang kejujuran
Muhammad, ia menyuruh
pembantunya mendatangi dan
meminta Muhammad menjualkan
barang dagangannya ke Syam
bersama budak lelaki bernama Maisyarah. Muhammad menerima
permohonan itu dan mendapatkan
keuntungan besar dalam perjalanan
pertama ini.
Setelah mendengar kejujuran dan
kebaikan Muhammad, Khadijah tertarik dan meminta Nafisah binti
Maniyyah, untuk meminangkan
Muhammad. Beliau menerima
pinangan itu dan terjadilah
pernikahan ketika beliau berusia 25
tahun sedangkan Khadijah berusia 40 tahun. Khadijah sebagai Ummul Mukminin
telah menyiapkan rumah tangga yang
nyaman bagi Nabi Muhammad saw,
baik saat sebelum beliau diangkat
menjadi Nabi dan membantunya
ketika beliau sering berkhalwat di Gua Hira. Khadijah adalah wanita pertama
yang beriman ketika Nabi
mengajaknya masuk Islam. Khadijah
adalah sebaik-baiknya wanita yang
mendukung Rasulullah saw dalam
melaksanakan dakwahnya, baik dengan jiwa, harta, maupun
keluarganya.
Rasulullah saw. pernah menyatakan
dukungan ini dengan sabdanya,
“Khadijah beriman kepadaku ketika
orang-orang ingkar. Dia membenarkanku ketika orang-orang
mendustakanku. Dan dia menolongku
dengan hartanya ketika orang-orang
tidak memberiku apa-apa. Allah
mengaruniai aku anak darinya dan
mengharamkan bagiku anak dari selainnya.” (Imam Ahmad dalam kitab
Musnad-nya) Khadijah amat setia dan taat kepada
suaminya, bergaul dengannya, siap
mengorbankan kesenangannya demi
kesenangan suaminya, dan
membesarkan hati suaminya di kala
merasa ketakutan setelah mendapatkan tugas kenabian. Ia
gunakan jiwa dan semua hartanya
untuk mendukung Rasul dan kaum
muslimin. Pantaslah kalau Khadijah
dijadikan sebagai istri teladan
pendukung risalah dakwah Islam. Khadijah mendampingi Rasulullah saw
selama seperempat abad. Berbuat
baik di saat Rasulullah gelisah.
Menolong Rasulullah di waktu-waktu
sulit. Membantu Rasulullah dalam
menyampaikan risalah dan ikut merasakan penderitaan pahit akibat
tekanan dan boikot orang-orang
musyrik Quraisy. Khadijah menolong
tugas suaminya sebagai Nabi dengan
jiwa dan hartanya. Rasulullah saw. senantiasa menyebut-
nyebut kebaikan Khadijah selam
hidupnya sehingga membuat Aisyah
cemburu. Dengan ketaatan dan
pengorbanan yang luar biasa itu,
pantaslah jika Allah swt. menyampaikan salam lewat malaikat
Jibril kepada Khadijah. Jibril datang kepada Nabi, lalu
berkata, “Wahai Rasulullah, ini
Khadiah telah datang membawa
sebuah wadah berisi kuah, makanan
dan minuman, apabila datang
kepadamu sampaikan salam dari Tuhannya dan beritahukan
kepadanya tentang sebuah rumah di
surga, terbuat dari mutiara yang tiada
suara gaduh di dalamnya dan tiada
kepenatan.” (Bukhari) Itulah Khadijah, sosok seorang istri
yang layak dijadikan teladan bagi
wanita-wanita yang mendukung
keshalehan dan tugas dakwah
suaminya.
“Bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS at-Taubah /9: 105).
Nonton iklan bentar ya...!!!
Thursday, 30 June 2011
Mendidik Akidah danAkhlak AnakMendidik Akidah danAkhlak Anak
Pendidikan merupakan suatu hal
yang sangat penting bagi setiap
orang. Pendidikan dalam keluarga
bertujuan untuk mendidik anak-anak
menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa pada penciptanya yaitu Allah swt. Di dalam keluarga, orangtua
bertanggung jawab memberikan
pendidikan bagi anak-anaknya.
Pendidikan yang harus diberikan
pertama kali dan sangat penting
adalah pendidikan agama. Karena, pendidikan agama itu mencakup
seluruh aspek kehidupan manusia,
baik di akhirat maupun di dunia. Bila
agamanya baik maka baik pula
kualitas manusia itu. Insya Allah… Pendidikan agama yang paling dasar
sekali yang diberikan oleh orangtua di
rumah kepada anak-anaknya adalah
pendidikan akidah dan akhlak.
Pendidikan ini berguna untuk
menanamkan dasar-dasar keimanan pada jiwa anak. Pendidikan Akidah Penanaman akidah sejak dini telah
dijelaskan dalam Al Quran: “Dan
Ibrahim telah mewasiatkan ucapan
kepada anak-anaknya, demikian juga
Ya’kub. Ibrahim berkata: hai anak-
anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka
janganlah kamu mati kecuali dalam
keadaan Islam.” (QS. Al Baqarah:132) Memberikan pendidikan akidah bagi
anak bisa didahulukan dengan
mengenalkan Allah swt dan
menanamkan kecintaan terhadap-
Nya. Orangtua dapat menjelaskan
bahwa Allah swt adalah Maha Pencipta semesta alam, dunia beserta isinya,
Allah swt adalah Maha Pemberi Rezeki,
Maha Baik, Maha Kuasa, Maha
Mengetahui dan Mendengar
segalanya, dan sebagainya.
Kemudian, dengan bertahap anak diajarkan untuk menjalankan semua
perintah Allah swt seperti sholat,
puasa, dan lain-lain, serta untuk
menjauhi segala larangan Allah swt. Salah satu metode dalam pendidikan
akidah yaitu metode penghafalan.
Hafalan-hafalan yang dilakukan anak-
anak akan dapat mengantarnya
kepada sebuah pemahaman. Bila sang
anak mau menghafalkan dan memahaminya, maka akan tumbuh
dalam dirinya sebuah keyakinan.
Keyakinan inilah yang akan
membuatnya melakukan hal-hal yang
benar karena ia tahu keyakinannya
itu akan menyelamatkannya di dunia dan di akhirat. Dengan begitu, anak
tidak akan menyekutukan Tuhannya,
Allah swt. Hafalan-hafalan yang diajarkan pada
anak-anak misalnya saja gerakan dan
bacaan sholat, doa-doa, Al Quran, dan
adab-adab. Selain itu, penting pula
untuk mengajari anak sunnah-
sunnah qauli (yang sifatnya ucapan/ bacaan), misalnya saja: Membaca bismillah ketika
hendak melakukan sesuatu. Membaca doa makan ataupun
bismillah ketika hendak makan
dan melafalkan hamdalah ketika
selesai makan. Memuji Allah saat bersin
(mengucapkan Alhamdulillah),
dan mengucapkan
yarhamukallah ketika
mendengar orang yang bersin. Membiasakan mengucapkan
Subhanallah bila melihat sesuatu
yang mengagumkan. Mengajarkan doa-doa lainnya
kepada anak hingga hafal,
seperti doa hendak tidur, doa
bangun tidur, doa masuk dan
keluar rumah, dan lain-lain. Pendidikan Akhlak Akhlak merupakan cerminan dari
iman yang mencakup dalam segala
bentuk perilaku. Pendidikan akhlak
juga harus diberikan kepada anak-
anak sejak dini agar mereka kelak
menjadi manusia yang diridhoi oleh Allah swt dan dapat menghargai
semua orang. Pendidikan akhlak adalah proses
pembinaan budi pekerti anak
sehingga menjadi budi pekerti yang
mulia (akhlaqul karimah). Dalam hal
ini orangtua sangat berperan dalam
memberikan pendidikan agama secara menyeluruh. Selain itu, akhlak
anak-anak bergantung pada
kebiasaan dan perilaku orangtua dan
saudara-saudaranya di rumah. Anak-anak akan mencontoh ayah
dan ibunya dalam berperilaku. Anak-
anak akan meniru kebiasaan dan
tingkah laku orangtua dan saudara-
saudaranya. Bila anak sering melihat
orang tuanya saling menolong dan bergaul dengan baik, maka anak
dengan mudah berprilaku seperti itu
pula. Begitupun dengan ucapan-
ucapan yang sering didengar oleh
anak-anak, akan mudah ditiru oleh
mereka. Oleh karena itu, sudah semestinya orangtua dapat menjadi
contoh teladan bagi-anak-anaknya,
seperti sopan santun dalam bertutur
maupun berprilaku sehari-hari. Dalam
mengajarkan pendidikan akhlak di
rumah, orangtua dapat mengajarkan dari hal-hal yang kecil terlebih dahulu
seperti berbakti pada orangtua,
menuruti kata-kata orangtua, sopan
kepada orangtua dan saudara-
saudara, dan sebagainya.
yang sangat penting bagi setiap
orang. Pendidikan dalam keluarga
bertujuan untuk mendidik anak-anak
menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa pada penciptanya yaitu Allah swt. Di dalam keluarga, orangtua
bertanggung jawab memberikan
pendidikan bagi anak-anaknya.
Pendidikan yang harus diberikan
pertama kali dan sangat penting
adalah pendidikan agama. Karena, pendidikan agama itu mencakup
seluruh aspek kehidupan manusia,
baik di akhirat maupun di dunia. Bila
agamanya baik maka baik pula
kualitas manusia itu. Insya Allah… Pendidikan agama yang paling dasar
sekali yang diberikan oleh orangtua di
rumah kepada anak-anaknya adalah
pendidikan akidah dan akhlak.
Pendidikan ini berguna untuk
menanamkan dasar-dasar keimanan pada jiwa anak. Pendidikan Akidah Penanaman akidah sejak dini telah
dijelaskan dalam Al Quran: “Dan
Ibrahim telah mewasiatkan ucapan
kepada anak-anaknya, demikian juga
Ya’kub. Ibrahim berkata: hai anak-
anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka
janganlah kamu mati kecuali dalam
keadaan Islam.” (QS. Al Baqarah:132) Memberikan pendidikan akidah bagi
anak bisa didahulukan dengan
mengenalkan Allah swt dan
menanamkan kecintaan terhadap-
Nya. Orangtua dapat menjelaskan
bahwa Allah swt adalah Maha Pencipta semesta alam, dunia beserta isinya,
Allah swt adalah Maha Pemberi Rezeki,
Maha Baik, Maha Kuasa, Maha
Mengetahui dan Mendengar
segalanya, dan sebagainya.
Kemudian, dengan bertahap anak diajarkan untuk menjalankan semua
perintah Allah swt seperti sholat,
puasa, dan lain-lain, serta untuk
menjauhi segala larangan Allah swt. Salah satu metode dalam pendidikan
akidah yaitu metode penghafalan.
Hafalan-hafalan yang dilakukan anak-
anak akan dapat mengantarnya
kepada sebuah pemahaman. Bila sang
anak mau menghafalkan dan memahaminya, maka akan tumbuh
dalam dirinya sebuah keyakinan.
Keyakinan inilah yang akan
membuatnya melakukan hal-hal yang
benar karena ia tahu keyakinannya
itu akan menyelamatkannya di dunia dan di akhirat. Dengan begitu, anak
tidak akan menyekutukan Tuhannya,
Allah swt. Hafalan-hafalan yang diajarkan pada
anak-anak misalnya saja gerakan dan
bacaan sholat, doa-doa, Al Quran, dan
adab-adab. Selain itu, penting pula
untuk mengajari anak sunnah-
sunnah qauli (yang sifatnya ucapan/ bacaan), misalnya saja: Membaca bismillah ketika
hendak melakukan sesuatu. Membaca doa makan ataupun
bismillah ketika hendak makan
dan melafalkan hamdalah ketika
selesai makan. Memuji Allah saat bersin
(mengucapkan Alhamdulillah),
dan mengucapkan
yarhamukallah ketika
mendengar orang yang bersin. Membiasakan mengucapkan
Subhanallah bila melihat sesuatu
yang mengagumkan. Mengajarkan doa-doa lainnya
kepada anak hingga hafal,
seperti doa hendak tidur, doa
bangun tidur, doa masuk dan
keluar rumah, dan lain-lain. Pendidikan Akhlak Akhlak merupakan cerminan dari
iman yang mencakup dalam segala
bentuk perilaku. Pendidikan akhlak
juga harus diberikan kepada anak-
anak sejak dini agar mereka kelak
menjadi manusia yang diridhoi oleh Allah swt dan dapat menghargai
semua orang. Pendidikan akhlak adalah proses
pembinaan budi pekerti anak
sehingga menjadi budi pekerti yang
mulia (akhlaqul karimah). Dalam hal
ini orangtua sangat berperan dalam
memberikan pendidikan agama secara menyeluruh. Selain itu, akhlak
anak-anak bergantung pada
kebiasaan dan perilaku orangtua dan
saudara-saudaranya di rumah. Anak-anak akan mencontoh ayah
dan ibunya dalam berperilaku. Anak-
anak akan meniru kebiasaan dan
tingkah laku orangtua dan saudara-
saudaranya. Bila anak sering melihat
orang tuanya saling menolong dan bergaul dengan baik, maka anak
dengan mudah berprilaku seperti itu
pula. Begitupun dengan ucapan-
ucapan yang sering didengar oleh
anak-anak, akan mudah ditiru oleh
mereka. Oleh karena itu, sudah semestinya orangtua dapat menjadi
contoh teladan bagi-anak-anaknya,
seperti sopan santun dalam bertutur
maupun berprilaku sehari-hari. Dalam
mengajarkan pendidikan akhlak di
rumah, orangtua dapat mengajarkan dari hal-hal yang kecil terlebih dahulu
seperti berbakti pada orangtua,
menuruti kata-kata orangtua, sopan
kepada orangtua dan saudara-
saudara, dan sebagainya.
Subscribe to:
Posts (Atom)