Nonton iklan bentar ya...!!!

Thursday 30 June 2011

suami istri teladan

Umat muslim merupakan sebuah
kesatuan yang utuh. Di dalamnya ada
orang-orang yang memiliki
perbedaan pemikiran, namun diikat
dalam sebuah ikatan persaudaraan
yang kokoh, yaitu Al Qur’an dan Sunnah. Untuk membentuk sebuah
masyarakat muslim yang kokoh,
berawal dari sebuah keluarga muslim
yang baik pula. Jika diibaratkan, umat muslim adalah
sebuah bangunan, dan keluarga
muslim merupakan tiang yang
menyangga bangunan tersebut agar
tetap berdiri. Apabila keluarga-
keluarga yang menjadi penyangga adalah keluarga yang berpegang
teguh pada ajaran Al Qur’an dan
Sunnah Rasul, maka masyarakat yang
terbentuk pun tidak akan jauh dari
syariat islam. Namun jika keluarga
yang menopangnya “keropos”, dapat dipastikan bahwa masyarakatnya pun
akan keropos. Seperti bangunan yang
disangga dengan tiang yang sudah
rapuh, maka suatu saat bangunana itu
akan ambruk. Sebuah keluarga dibangun oleh
sepasang suami istri. Keduanya
mempunyai peran yang penting
dalam menentukan arah keluarganya.
Seorang suami harus mampu
memimpin keluarganya menuju ke jalan yang diridhoi Allah SWT. Seorang
istri harus mampu mendukung
suaminya dan mendidik anak-
anaknya agar menjadi insane yang
berakhlak mulia dan selalu berpegang
teguh pada ajaran agama islam. Untuk mampu mewujudkan hal
tersebut, seringkali suami istri butuh
seorang pembanding, yang dapat
menjadi teladan bagi dirinya. Mereka
akan mencari sosok yang dianggap
sesuai untuk dijadikan contoh dalam membina keluarga yang sakinah
mawaddah warahmah. Bagi umat
islam, keluarga Rasulullah Muhammad
saw dapat menjadi teladan yang tepat.
Rasulullah saw merupakan seorang
suami yang dapat menjadi teladan bagi suami-suami di dunia bagaimana
memimpin keluarga menu
mardhotillah. Sedangkan istri-istri
sholehah dapat mengambil
Ummahatul mukmini, salha satunya
Khadijah binti Khuwailid, sebagai panutannya. Rasulullah Muhammad saw;
contoh suami teladan Sudah banyak kisah yang mengulas
tentang masa kecil Rasulullah saw.
Karena itu, tulisan ini hanya akan
menitik-beratkan pada ajaran
Rasulullah saw yang berkaitan
dengan keluarga. Rasulullah saw sejak masa remaja
sudah terkenal sebagai orang yang
bersih dan berbudi mulia. Ketika
menginjak usia 25 tahun, Beliau
saw menikahi Khadijah binti
Khuwailid. Sejak saat itulah beliau mengarungi kehidupan rumah
tangga bahagia penuh ketentraman
dan ketenangan. Rasulullah saw amat menghormati
wanita, lebih-lebih istrinya. Beliau
saw bersabda, “Tidaklah orang
yang memuliakan wanita kecuali
orang yang mulia; dan tidaklah
yang menghinakannya kecuali orang yang hina.” Rasulullah saw merupakan contoh
suami teladan dalam kehidupan
rumah tangga. Beliau saw sering
bercanda dan bergurau dengan
istri-istrinya. Dalam satu riwayat
Beliau saw balapan lari dengan Aisyah, terkadang beliau
dikalahkan dan pada hari lain
beliau menang. Beliau saw
senantiasa menegaskan pentingnya
sikap lemah lembut dan penuh
kasih sayang kepada istri. Kita jumpai banyak hadits yang
seirama dengan hadits berikut,
“Orang mukmin yang paling
sempurna adalah yang paling baik
akhlaknya dan paling lembut pada
keluarganya.” Riwayat lain, “Sebaik- baik di antara kamu adalah yang
paling baik pada keluarganya dan
aku adalah yang paling baik
terhadap keluargaku.” Di antara yang menunjukkan
keteladanan Beliau saw dalam
menghormati istri adalah
menampakkan sikap lembut, penuh
kasih sayang, tidak mengkritik hal-
hal yang tidak berguna untuk dikritik, memaafkan kekeliruannya,
dan memperbaiki kesalahannya
dengan lembut dan sabar. Bila ada
waktu senggang Beliau saw ikut
membantu istrinya dalam
mengerjakan kewajiban rumah tanggan. Aisyah pernah ditanya tentang apa
yang pernah dilakukan Rasulullah
saw di rumahnya, beliau menjawab,
“Rasulullah mengerjakan tugas-
tugas rumah tangga, dan bila
datang waktu shalat, dia pergi shalat.” Rasulullah saw memiliki kelapangan
dada dan sikap toleran terhadap
istrinya. Bila istrinya salah atau
marah, beliau memahami betul jiwa
seorang wanita yang sering
emosional dan berontak. Beliau memahami betul bahwa rumah
tangga adalah tempat yang paling
layak dijadikan contoh bagi
seorang muslim adalah rumah
tangga yang penuh cinta dan
kebahagiaan. Kehidupan rumah tangga harus dipenuhi gelak tawa,
kelapangan hati, dan kebahagiaan
agar tidak membosankan. Bila terpaksa harus bertindak tegas,
Rasulullah saw melakukannanya
dengan disertai kelembutan dan
kerelaan. Sikap keras dan tegas
untuk mengobati keburukan dalam
diri wanita, sedangkan kelembutan dan kasih sayang untuk mengobati
kelemahan dan kelembutan dalam
dirinya. Khadijah; Istri Teladan Wanita
Muslimah Khadijah binti Khuwailid adalah
seorang wanita bangsawan Quraisy
yang kaya. Dia diberi gelar wanita suci
di masa jahiliyah, juga di masa Islam.
Banyak pembesar Quraisy berupaya
meminangnya, tetapi ia selalu menolak. Ia pedagang yang sering
menyuruh orang untuk menjualkan
barang dagangannya keluar kota
Mekkah. Ketika mendengar tentang kejujuran
Muhammad, ia menyuruh
pembantunya mendatangi dan
meminta Muhammad menjualkan
barang dagangannya ke Syam
bersama budak lelaki bernama Maisyarah. Muhammad menerima
permohonan itu dan mendapatkan
keuntungan besar dalam perjalanan
pertama ini.
Setelah mendengar kejujuran dan
kebaikan Muhammad, Khadijah tertarik dan meminta Nafisah binti
Maniyyah, untuk meminangkan
Muhammad. Beliau menerima
pinangan itu dan terjadilah
pernikahan ketika beliau berusia 25
tahun sedangkan Khadijah berusia 40 tahun. Khadijah sebagai Ummul Mukminin
telah menyiapkan rumah tangga yang
nyaman bagi Nabi Muhammad saw,
baik saat sebelum beliau diangkat
menjadi Nabi dan membantunya
ketika beliau sering berkhalwat di Gua Hira. Khadijah adalah wanita pertama
yang beriman ketika Nabi
mengajaknya masuk Islam. Khadijah
adalah sebaik-baiknya wanita yang
mendukung Rasulullah saw dalam
melaksanakan dakwahnya, baik dengan jiwa, harta, maupun
keluarganya.
Rasulullah saw. pernah menyatakan
dukungan ini dengan sabdanya,
“Khadijah beriman kepadaku ketika
orang-orang ingkar. Dia membenarkanku ketika orang-orang
mendustakanku. Dan dia menolongku
dengan hartanya ketika orang-orang
tidak memberiku apa-apa. Allah
mengaruniai aku anak darinya dan
mengharamkan bagiku anak dari selainnya.” (Imam Ahmad dalam kitab
Musnad-nya) Khadijah amat setia dan taat kepada
suaminya, bergaul dengannya, siap
mengorbankan kesenangannya demi
kesenangan suaminya, dan
membesarkan hati suaminya di kala
merasa ketakutan setelah mendapatkan tugas kenabian. Ia
gunakan jiwa dan semua hartanya
untuk mendukung Rasul dan kaum
muslimin. Pantaslah kalau Khadijah
dijadikan sebagai istri teladan
pendukung risalah dakwah Islam. Khadijah mendampingi Rasulullah saw
selama seperempat abad. Berbuat
baik di saat Rasulullah gelisah.
Menolong Rasulullah di waktu-waktu
sulit. Membantu Rasulullah dalam
menyampaikan risalah dan ikut merasakan penderitaan pahit akibat
tekanan dan boikot orang-orang
musyrik Quraisy. Khadijah menolong
tugas suaminya sebagai Nabi dengan
jiwa dan hartanya. Rasulullah saw. senantiasa menyebut-
nyebut kebaikan Khadijah selam
hidupnya sehingga membuat Aisyah
cemburu. Dengan ketaatan dan
pengorbanan yang luar biasa itu,
pantaslah jika Allah swt. menyampaikan salam lewat malaikat
Jibril kepada Khadijah. Jibril datang kepada Nabi, lalu
berkata, “Wahai Rasulullah, ini
Khadiah telah datang membawa
sebuah wadah berisi kuah, makanan
dan minuman, apabila datang
kepadamu sampaikan salam dari Tuhannya dan beritahukan
kepadanya tentang sebuah rumah di
surga, terbuat dari mutiara yang tiada
suara gaduh di dalamnya dan tiada
kepenatan.” (Bukhari) Itulah Khadijah, sosok seorang istri
yang layak dijadikan teladan bagi
wanita-wanita yang mendukung
keshalehan dan tugas dakwah
suaminya.

No comments: