Nonton iklan bentar ya...!!!

Tuesday, 28 February 2012

INDONESIA...porak poranda...Bangun lah kembali indonesia ku

Kita hampir paripurna menjadi bangsa porak-poranda, terbungkuk dibebani hutang dan merayap melata sengsara di dunia. Penganggur 40 juta orang, anak-anak tak bisa bersekolah 11 juta murid, pecandu narkoba 6 juta anak muda, pengungsi perang saudara 1 juta orang, VCD koitus beredar 20 juta keping, kriminalitas merebat disetiap tikungan jalan dan beban hutang di bahu 1600 trilyun rupiahnya. Pergelangan tangan dan kaki Indonesia diborgol diruang tamu Kantor Pegadaian Jagat Raya, dan dipunggung kita dicap sablon besar-besar: Tahanan IMF dan Penunggak Bank Dunia. Kita sudah jadi bangsa kuli dan babu, menjual tenaga dengan upah paling murah sejagat raya. Ketika TKW-TKI itu pergi lihatlah mereka bersukacita antri penuh harapan dan angan-angan di pelabuhan dan bandara, ketika pulang lihat mereka berdukacita karena majikan mungkir tidak membayar gaji, banyak yang disiksa malah diperkosa dan pada jam pertama mendarat di negeri sendiri diperas pula. Negeri kita tidak merdeka lagi, kita sudah jadi negeri jajahan kembali. Selamat datang dalam zaman kolonialisme baru, saudaraku. Dulu penjajah kita satu negara, kini penjajah multi kolonialis banyak bangsa. Mereka berdasi sutra, ramah-tamah luar biasa dan banyak senyumnya. Makin banyak kita meminjam uang, makin gembira karena leher kita makin mudah dipatahkannya. Di negeri kita ini, prospek industri bagus sekali. Berbagai format perindustrian, sangat menjanjikan, begitu laporan penelitian. Nomor satu paling wahid, sangat tinggi dalam evaluasi, dari depannya penuh janji, adalah industri korupsi. Apalagi di negeri kita lama sudah tidak jelas batas halal dan haram, ibarat membentang benang hitam di hutan kelam jam satu malam. Bergerak ke kiri ketabrak copet, bergerak ke kanan kesenggol jambret, jalan di depan dikuasai maling, jalan di belakang penuh tukang peras, yang di atas tukang tindas. Untuk bisa bertahan berakal waras saja di Indonesia, sudah untung. Lihatlah para maling itu kini mencuri secara berjamaah. Mereka bersaf-saf berdiri rapat, teratur berdisiplin dan betapa khusyu’. Begitu rapatnya mereka berdiri susah engkau menembusnya. Begitu sistematiknya prosedurnya tak mungkin engkau menyabotnya. Begitu khusyu’nya, engkau kira mereka beribadah. Kemudian kita bertanya, mungkinkah ada maling yang istiqamah? Lihatlah jumlah mereka, berpuluh tahun lamanya, membentang dari depan sampai ke belakang, melimpah dari atas sampai ke bawah, tambah merambah panjang deretan saf jamaah. Jamaah ini lintas agama, lintas suku dan lintas jenis kelamin. Bagaimana melawan maling yang mencuri secara berjamaah? Bagaimana menangkap maling yang prosedur pencuriannya malah dilindungi dari atas sampai ke bawah? Dan yang melindungi mereka, ternyata, bagian juga dari yang pegang senjata dan yang memerintah. Bagaimana ini? Tangan kiri jamaah ini menandatangani disposisi MOU dan MUO (Mark Up Operation), tangan kanannya membuat yayasan beasiswa, asrama yatim piatu dan sekolahan. Kaki kiri jamaah ini mengais-ngais upeti ke sana kemari, kaki kanannya bersedekah, pergi umrah dan naik haji. Otak kirinya merancang prosentasi komisi dan pemotongan anggaran, otak kanannya berzakat harta, bertaubat nasuha dan memohon ampunan Tuhan. Bagaimana caranya melawan maling begini yang mencuri secara berjamaah? Jamaahnya kukuh seperti diding keraton, tak mempan dihantam gempa dan banjir bandang, malahan mereka juru tafsir peraturan dan merancang undang-undang, penegak hukum sekaligus penggoyang hukum, berfungsi bergantian. Bagaimana caranya memroses hukum maling-maling yang jumlahnya ratusan ribu, barangkali sekitar satu juta orang ini, cukup jadi sebuah negara mini, meliputi mereka yang pegang kendali perintah, eksekutif, legislatif, yudikatif dan dunia bisnis, yang pegang pestol dan mengendalikan meriam, yang berjas dan berdasi. Bagaimana caranya? Mau diperiksa dan diusut secara hukum? Mau didudukkan di kursi tertuduh sidang pengadilan? Mau didatangkan saksi-saksi yang bebas dari ancaman? Hakim dan jaksa yang bersih dari penyuapan? Percuma Seratus tahun pengadilan, setiap hari 8 jam dijadwalkan Insya Allah tak akan terselesaikan. Jadi, saudaraku, bagaimana caranya? Bagaimana caranya supaya mereka mau dibujuk, dibujuk, dibujuk agar bersedia mengembalikan jarahan yang berpuluh tahun dan turun-temurun sudah mereka kumpulkan. Kita doakan Allah membuka hati mereka, terutama karena terbanyak dari mereka orang yang shalat juga, orang yang berpuasa juga, orang yang berhaji juga. Kita bujuk baik-baik dan kita doakan mereka. Celakanya, jika di antara jamaah maling itu ada keluarga kita, ada hubungan darah atau teman sekolah, maka kita cenderung tutup mata, tak sampai hati menegurnya. Celakanya, bila di antara jamaah maling itu ada orang partai kita, orang seagama atau sedaerah, Kita cenderung menutup-nutupi fakta, lalu dimakruh-makruhkan dan diam-diam berharap semoga kita mendapatkan cipratan harta tanpa ketahuan. Maling-maling ini adalah kawanan anai-anai dan rayap sejati. Dan lihat kini jendela dan pintu Rumah Indonesia dimakan rayap. Kayu kosen, tiang,kasau, jeriau rumah Indonesia dimakan anai-anai. Dinding dan langit-langit, lantai rumah Indonesia digerogoti rayap. Tempat tidur dan lemari, meja kursi dan sofa, televisi rumah Indonesia dijarah anai-anai. Pagar pekarangan, bahkan fondasi dan atap rumah Indonesia sudah mulai habis dikunyah-kunyah rayap. Rumah Indonesia menunggu waktu, masa rubuhnya yang sempurna. Aku berdiri di pekarangan, terpana menyaksikannya.Tiba-tiba datang serombongan anak muda dari kampung sekitar. “Ini dia rayapnya! Ini dia Anai- anainya! ” teriak mereka. “Bukan. Saya bukan Rayap, bukan!” bantahku. Mereka berteriak terus dan mendekatiku dengan sikap mengancam. Aku melarikan diri kencang-kencang. Mereka mengejarkan lebih kenjang lagi. Mereka menangkapku. “Ambil bensin!” teriak seseorang. “Bakar Rayap,” teriak mereka bersama. Bensin berserakan dituangkan ke kepala dan badanku. Seseorang memantik korek api. Aku dibakar. Bau kawanan rayap hangus. Membubung Ke udara.

Peran Orang Tua dalam Perkembangan Remaja

Seperti Apa sih Peran Orang Tua dalam Perkembangan Remaja? Siapa yang belum pernah mengenal masa remaja? Pastinya anak-anak bayi yang belum gede.. Hehe.. Yupz tentunya hampir semua orang dewasa pernah mengalami masa- masa indah ini. Eh, tapi apa iya masa indah? Hmm… Meski tidak semua remaja bisa menikmati masa indahnya, tapi setidaknya bagi kebanyakan remaja, masa remaja ini merupakan tahun-tahun emas bagi mereka, karena remaja bebasa berekspresi dan juga bereksplorasi. Seiring dengan berkembangnya zaman yang makin canggih aja nih, perkembangan remaja sekarang semakin memprihatinkan saja. Kenapa? Coba kamu lihat aja.. Remaja pergi ke sekolah setiap harinya, namun apakah mereka benar-benar belajar? Jika kita lihat dengan jeli, remaja memandang sekolah sekarang ini hanya sebagai formalitas saja. Mereka cukup datang, mendengarkan guru di depan kelas, dan tak tahu lah apakah ilmu yang disampaikan oleh guru masuk atau tidak ke otak mereka. Dan bukan hanya itu saja, kini sudah menjadi hal yang biasa bagi remaja untuk merokok, minum-minuman keras, bahkan mereka mulai mencoba untuk mencicipi narkoba. Hmm… Sungguh memprihatinkan. Itu sebagian besar yang dilakukan oleh remaja putra, lalu bagaimana dengan remaja putri? Ehmm… Sepertinya tidak perlu ditanya. Remaja putri sekarang cenderung labih suka untuk mengikuti trend tentunya. Namun sekarang ini, bukan hanya dari segi fashion saja, ada hal yang lebih memprihatinkan lagi. Apalagi kalau bukan kehamilan remaja. Kayaknya udah bukan hal yang asing lagi ya?? Iyaa.. Memang! Sebenarnya semua itu salah siapa? Kalau ditanya salah siapa, coba deh lihat beberapa poin di bawah ini. 1. Poin pertama ini sebenarnya poin yang paling penting. Kenapa? Iya.. Orang tua merupakan guru pertama bagi anak. Bagaimanapun juga anak akan mengikuti apa yang telah orang tua mereka ajarkan. Untuk itulah orang tua sangat berperan penting dalam perkembangan remaja. 2. Yang paling pertama dan utama yang dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anaknya adalah orang tua harus menanamkan nilai-nilai agama sebagai pondasi awal bagi anak selain nilai-nilai moralitas etika dalam hidup. Nilai agama itu tidak akan pernah berubah. Karena semua itu sumbernya dari Tuhan. 3. Arahkan anak-anak pada hal-hal yang positif. Berikan dukungan kepada anak untuk melakukan hal- hal yang baik. 4. Gali potensi anak. Biarkan saja anak-anak berekspresi dengan apa yang mereka sukai, misalnya mereka suka main musik, arahkan mereka untuk les music, dan lainnya. 5. Pantau perkembangan anak. Anda tidak perlu mengawasi dengan ketat apapun yang dilakukan remaja, jika Anda berlebihan dalam memantau kegiatan yang mereka jalani, yakinlah mereka tidak akan merasa nyaman dan tenang. Mereka akan merasa takut karena merasa diawasi Anda. 6. Selain memantau perkembangan remaja Anda, Anda juga perlu untuk memantau lingkungan bergaul mereka tanpa membatasi pergaulan mereka. 7. Poin yang satu ini juga perlu Anda berikan kepada anak. Berilah ‘sex education’ bagi anak. Sex education ini mempunyai cakupan yang luas. Anda dapat memberikannya pada momen- momen khusus, misalnya ketika Anda sekeluarga sedang menonton TV bersama dan menyaksikan berita tentang pergaulan zaman sekarang yang semakin kacau. Selipkan alasan- alasan yang mudah dicerna oleh remaja tanpa maksud menggurui. 8. Saringlah segala hal yang Anda berikan kepada anak. Tidak bisa dipungkiri lagi, media komunikasi mempunyai andil yang besar terhadap perkembangan mental anak remaja masa kini. Untuk itulah, Anda sebagai orang tua harus lebih bijak dan cerdas dalam menyikapi masalah ini. Cobalah untuk memberikan pengertian secara baik dan mengena pada anak-anak apabila mereka melihat, mendengar, dan membaca apapun yang media suguhkan kepada mereka. Jika Anda tidak bisa menyikapinya dengan baik permasalahan ini, anak akan meniru apa yang media tawarkan. Tanamkanlah dalam jiwa anak untuk terbiasa bersikap bertanggung jawab terhadap apapun yang mereka lakukan. Ini akan membentuk anak menjadi pribadi yang bertanggung jawab setelah dewasa nanti. Beberapa poin di atas merupakan patokan dasar dalam mendidik anak. Mungkin terkesa simple, namun kebanyakan orang tua sering ‘masa bodoh’ dengan semua teori itu. Biasanya yang orang tua pikirkan adalah bagaimana caranya agar anak bisa menjadi apa yang mereka mau, misalnya orang tua ingin anaknya menjadi dokter, padahal sang anak ingin sekali menjadi pemusik. Bertolak belakang bukan? Orang tua hanya ingin anak-anak mereka mengikuti apa kehendak mereka. Yang perlu Anda ingat, anak bukanlah pion catur yang mudah dimainkan bahkan dikorbankan untuk kepentingan ambisi orang tua semata. Anak-anak juga punya kehidupan mereka sendiri. Mereka punya cita-cita dan mimpi yang ingin mereka wujudkan. Mereka membutuhkan kebebasan untuk menentukan pilihan hidup mereka. Tugas orang tua hanyalah mengarahkan anak-anak ke arah positif, bukan menentukan jalan hidup anak. Untuk itulah Anda sebagai orang tua harus bisa memahami anak Anda. Tidak menjadi hal sulit jika Anda sudah bisa memahami anak Anda sejak kecil. Untuk itulah tanamkan segala hal positif sejak dini, agar mereka tidak terjerumus ke hal-hal yang menyimpang.