Allah berfirman yang maksudnya :
“Beruntunglah orang yang
membersihkan hatinya dan rugilah
orang yang mengotorinya” Islam menganggap nafsu itu sebagai
musuh. Allah SWT telah menegaskan
yang maksudnya :
“Sesungguhnya nafsu itu sangat
mengajak kepada kejahatan” Dalam ayat ini digunakan tiga bentuk
ketegasan, yakni in – taukik, lam –
taukik dan fill (Isim fill mubalaghah).
Ini menunjukkan bentuk penekanan
yang “sungguh-sungguh” membawa
kepada kejahatan. Nafsu adalah musuh dalam diri.
Bahkan ia sebagian daripada diri
manusia. Ia adalah jismul latif (jisim
yang tidak dapat dilihat). Ia sebagian
daripada badan tetapi ia perlu
dibuang. Jika tidak dibuang ia musuh, hendak dibuang ia sebagian daripada
diri. Oleh karena itu sangat sulit untuk
melawan hawa nafsu. Nafsu adalah
jalan atau high way bagi syaitan. Ini
diterangkan oleh hadis Rasulullah
SAW yang maksudnya : “Sesungguhnya syaitan itu bergerak
mengikuti aliran darah, maka
persempitkan jalan syaitan melalui
lapar dan dahaga” Ini menunjukkan syaitan dapat
dilawan dengan melawan hawa nafsu
secara mengurangi makan atau
berpuasa. Jika nafsu tidak terdidik,
jalan syaitan adalah besar. Sedangkan
syaitan itu juga adalah musuh. Firman Allah yang maksudnya :
“Sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata” Penegasan tentang syaitan sebagai
musuh hanya sekali berbanding
dengan tiga kali pada nafsu. Ini
menunjukkan nafsu lebih jahat
daripada syaitan. Syaitan dapat lorong
(peluang) yang amat luas untuk merusak manusia jika nafsu tidak
terdidik. Menghalau (mengalahkan) syaitan
tidak dapat ditiup atau dijampi-jampi.
Tetapi didiklah hawa nafsu, niscaya
syaitan akan sukar untuk
mempengaruhi diri. Jika nafsu
terdidik, jalan syaitan akan terputus. Yang bisa dijampi dengan ayat-ayat
Quran ini ialah bila syaitan merusak
jasad lahir manusia. Jika ini terjadi,
syaitan bisa dilawan dengan ayat
Kursi, surah An Naas atau lain-lain.
Memang ada nas yang menyatakan demikian. Tetapi jika syaitan merusak
hati, jampi-jampi itu tidak dapat
digunakan lagi tetapi hendaknya
didiklah hawa nafsu. Sedangkan bila
hati rusak, rusaklah seluruh anggota
badan. Oleh karena itu, pada syaitan tdak usah ambil pusing sangat tetapi
didiklah nafsu, bermujahadahlah. Jika
nafsu tidak terdidik maka mudahlah
jalan syaitan mempengaruhi kita. Oleh
karena itu perangilah nafsu nescaya
secara otomatis akan terpengaruhlah syaitan. Nafsu diperlukan untuk manusia.
Dengan nafsu manusia bisa menjadi
kecewa, celaka dan dapat masuk
Neraka. Tetapi nafsu juga bisa menjadi
alat untuk sampai kepada
kebahagiaan di dunia sebelum sampai ke Akhirat. Ketika Allah menciptakan akal, Allah
bertanya kepada akal, “Siapakah
kamu, siapakah Aku ?” Jawab akal,
“Saya hamba, Engkau Tuhan”.
Kemudian Allah arahkan akal agar
maju ke depan dan mundur ke belakang. Akal turut perintah Allah, ini
menunjukkan akal begitu taat. Kemudian Allah iringkan dengan
mencipta nafsu, ketika Allah tanya
nafsu “Hai nafsu, siapa engkau, siapa
Aku ?” jawab nafsu dnegan sikap
membantah, “Engkau-Engkau, aku-
aku” Allah murka dengan nafsu. Allah berikan didikan supaya insaf pada
nafsu. Allah masukkan ke Neraka
selama 100 tahun, dipukul, dibakar
hingga tinggal arang dan hangus. Bila
diangkat Allah tanya lagi “Siapa
engkau, siapa Aku ?” baru dia kenal Tuhan, “Engkau Tuhan, aku hamba” Bila Allah ciptakan Nabi Adam as, Allah
masukkan akal dan nafsu dalam
tubuhnya. Ketika Adam datang ke
bumi, zuriat manusia bertambah,
maka nafsu dan akal tidak dapat
dipisahkan. Kemungkaran yang terjadi di atas muka bumi ini adalah
dari nafsu, bukan dari akal. Bila akal dan nafsu ada dalam tubuh
manusia, maka terjadilah
pertentangan di antara satu sama lain.
Peperangan nafsu dan akal tidak
pernah henti-henti, kadang-kadang
menang nafsu, kadang-kadang menang akal. Buktinya bila
berhadapan dengan kebaikan, nafsu
ajak kepada kejahatan, akal ajak
kepada kebaikan. Kalau kita ikut
nafsu, kita kalah, ikut akal kita
menang. Namun bagaimanapun nafsu perlu untuk manusia. Bila nafsu habis,
manusia akan habis. Contohnya nafsu
seks, kalau tidak ada, maka zuriat
manusia tidak akan berkembang.
Begitu juga dengan nafsu makan,
tidak akan habis ia merupakan semula jadi. Kalau nafsu makan tidak ada,
orang itu akan mati. Tentang nafsu
kelamin ini pernah datang seorang
sahabat kepada Rasulullah dan
memberitahu untuk membunuh nafsu
kelaminnya agar ia dapat berjuang sungguh-sungguh, tetapi Rasulullah
melarang, sebab Rasulullah juga
berumah tangga dan suka dengan
zuriat ramai. Pernah suatu saat ada seorang
sahabat mengadu kepada Rasulullah
untuk berpuasa terus menerus, agar
dapat lebih berbakti kepada Allah.
Itupun Rasulullah larang karena
Baginda juga berpuasa dan juga berbuka. Rasulullah juga
bermasyarakat dan berjuang untuk
menegakkan dunia dan Akhirat. Jadi
Rasulullah memberi jalan tengah,
bahwa nafsu ini adalah perlu untuk
manusia. Cuma jangan tersalah langkah, ia akan ke Neraka.
Rasulullah bersabda yang maksudnya
“Ada dua lubang yang dapat
menyebabkan seseorang masuk
Neraka, yaitu lubang faraj dan lubang
mulut, dua lubang ini juga dapat menyebabkan seseorang masuk
Syurga”. Nafsu ini dapat kita jadikan kuda
untuk ke Syurga. Ada setengah orang
bila dengar nafsu, terbayang perkara-
perkara jahat saja. Nafsu itu
adakalanya jahat, adakalanya baik.
Nafsu akan jadi baik bila dilatih. Al Imam Al Ghazali mengibaratkan nafsu
itu sebagai anjing, bila dilatih dia akan
dapat jadi baik. Ulamak-ulamak Islam telah
membagikan nafsu kepada 7
peringkat : 1. Ammarah
2. Lauwamah
3. Mulhamah
4. Muthmainnah
5. Radhiah
6. Mardhiah 7. Kamilah NAFSU AMARAH Allah berfirman dalam Al Qur’an,
maksudnya :
“Tidak ada kebaikan dalam diriku,
karena sesungguhnya nafsu itu
senantiasa mengajak kepada
kejahatan” [Yusuf : 53] Dalam ayat tadi, ada kaitan dengan
peristiwa Nabi Yusuf dan Siti Zulaikha,
isteri perdana menteri Mesir. Barang
siapa yang memiliki nafsu ammarah,
dia tidak dapat tahan lagi untuk
menjaga kehormatan dirinya, walaupun dia orang terkenal, akan
jatuh jadi hinalah orang yang
menurutkan nafsu ammarah. Orang
yang memiliki nafsu ammarah, tidak
mampu lagi untuk menjaga dirii
supaya tidak terjerumus ke dalam maksiat. Mengapa kita lihat orang
yang tidak disangka-sangka tiba-tiba
minum arak, punya simpanan
perempuan, korupsi dan sebagainya.
Ini adalah nafsu ammarah yang ada
dalam diri. Nafsu inilah yang mendorong
manusia kepada kejahatan. Jika bisa
berbuat maksiat, baru terasa puas.
Bahkan berlomba-lomba, siapa yang
paling banyak buat maksiat. Orang
yang berada di peringkat nafsu Ammarah tak peduli dengan Akhirat.
Mudah kecewa tidak tahan bila diuji.
Allah panjangkan umur mereka, agar
puas dengan maksiat, bila mati
dengan mudah Allah akan lemparkan
ke dalam api Neraka. Orang yang mempunyai nafsu Ammarah adalah
nafsu ahli Neraka. Ada juga yang
mencoba berpura-pura baik, agar
mudah dengan kejahatan dan
mencari keuntungan diri. NAFSU LAWWAMAH Orang yang sudah ada bunga
kesadaran, keinsafan, dia sadar
kejahatan itu berdosa dan kebaikan
itu pahala, dia ingin berbuat baik,
tetapi tidak tahan lama, waktu jatuh
dalam kejahatan dia resah tak tentu arah, walaupun dia puas dengan
kejahatan tapi hati menderita dengan
kejahatan. Rasa berat untuk keluar
dari kejahatan. Timbul perebutan
antara nafsu dan akal, nafsu
mengajak kepada kejahatan, akal mengajak kepada kebaikan. Orang
yang memiliki nafsu lawwamah belum
dapat membuat keputusan untuk
berbuat baik baik. Ia seperti daun
lalang, ikut kemana arah angin
bertiup. Tidak ada kekuatan untuk meninggalkan maksiat, dia bisa
melakukan kejahatan lagi sesudah ia
berbuat baik. Kadang-kadang ke
tempat ibadah, kadang-kadang ke
tempat maksiat, hatinya selalu
merintih kepada Allah bila tidak dapat melawan nafsu untuk membuat
maksiat. Atau tidak dapat istiqomah
dalam berbuat kebaikan. NAFSU MULHAMAH Firman Allah artinya :
“Maka Allah mengilhamkan kepada
jiwa itu, jalan kejahatan dan
ketaqwaan”
[Asy-Syams : 8] Bagaimana rasa hati orang yang
memiliki nafsu mulhamah ini ? Yaitu
apabila hendak berbuat amal
kebajikan terasa berat. Dalam
keadaan bermujahadah dia berbuat
kebaikan-kebaikan karena sudah mulai takut kemurkaan Allah dan
Neraka. Bila berhadapan dengan
kemaksiatan, hatinya masih rindu
dengan maksiat, tetapi hatinya dapat
melawan dengan mengenangkan
nikmat di Syurga. Dalam hatinya masih banyak sifat-sifat
mazmumah. Dia sudah dapat
mengenali penyakit yang ada dalam
dirinya. Cuma tidak bisa lawan. Dia
mencoba beribadah dengan sabar.
Rasulullah bersabda kepada orang ini yang artinya :
”Beribadahlah kepada Allah dalam
dirinya, Cuma tidak boleh rasa syukur
dengan rasa sabar” Apa arti sabar ? Sabar itu menahan rasa tidak setuju
dalam hati, melahirkan rasa setuju.
Orang yang nafsu mulhamah, bila
kena puji pasti dah rasa puas dan
seronok. Ibadah yang dilakukan
belum boleh khusyuk lagi. Bagaimana untuk melawan penyakit hati yang
ada dalam orang yang berada di
peringkat nafsu mulhamah ini ? Sebab
ia didorong oleh nafsu dan syaitan.
Sebab itu untuk mengelak dari
godaan syaitan dan nafsu kena amalkan zikir-zikir dan wirid-wirid
tertentu. Syaitan dan nafsu hanya
takut pada tuannya saja yaitu Allah.
Bila kita wirid dan zikir seolah-olah
kita beritahu bahwa Allah melihat. Bila
amal kebajikan itu dibuat karena Allah, bukan karena orang insya Allah
istiqomah. Kalau amal kebajikan
dibuat karena orang atau guru, tidak
lama, ia akan buat apabila
berhadapan dengan orang atau guru
saja, di belakang guru dia dapat buat maksiat. Jadi setiap kebajikan mesti
dibuat karena Allah. Orang yang pada
peringkat nafsu ini juga perlu
dipimpin oleh guru-guru atau syaikh-
syaikh yang betul-betul kenal jiwa
muridnya atau yang boleh mengasuh murid-muridnya. Bila penyakit-penyakit hati sudah
tiada lagi, ia akan rasa satu kemanisan
baru dalam hatinya dan akan rasa
benci dengan kejahatan. Waktu itu dia
telah meningkat ke taraf nafsu yang
lebih baik lagi yaitu nafsu Muthmainnah NAFSU MUTHMAINNAH Orang yang memiliki nafsu
muthmainnah, Allah berfirman dalam
Al Qur’an :
“Hai jiwa yang tenang, kembalilah
kepada Tuhanmu dengan hati yang
redha dan diredhai, maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-
Ku, dan masuklah ke dalam Syurga-
Ku”
[Al Fajr : 27-30] Hamba Tuhan yang sebenarnya
mereka yang telah sampai kepada
nafsu Muthmainnah. Sebelum itupun
hamba juga. Cuma hamba yang
didasarkan kepda dia buat atau
dipaksa, bukan atas dasar keredhaan. Orang yang sudah sampai kepada
nafsu ini, dia sudah dijamin Syurga. Bagaimana sifat orang-orang yang
memiliki nafsu Muthmainnah ? Yaitu
bila dia buat amal. Kebajikan rasa
sejuk hatinya, tenang dan puas. Selalu
rasa rindu nak buat kebajikan,
mereka senantiasa menunggu waktu untuk beribadah kepada Allah.
Mereka ini dikatakan penggembala
matahari (senantiasa menunggu
waktu beribadah) Hati senantiasa rindu dengan Allah,
bila dia baca ayat Allah yang ada
kaitannya dengan Neraka, dia rasa
takut, cemas, ada yang pingsan,
kadang-kadang ada yang mati. Dia
takut dengan dosa, seolah-olah gunung akan menimpa kepalanya.
Bila berkorban habis-habisan, baru
rasa puas hatinya, senantiasa cemas
dengan maksiat dan coba cegah
habis-habisan. Dia akan bersabar
dengan ujian dari Allah kepada dirinya. Doanya mustajab, Allah cepat
kabulkan, rezekinya terjamin, dijamin
oleh Allah. Bila selalu diuji dia sabar,
akhirnya ia sudah bisa redha dengan
ujian. Hasil dari kesabaran dan
keredhaan dalam hatinya, maka ia akan meningkat kepada nafsu yang
kelima yaitu nafsu Rodhiah. NAFSU RODHIAH Sifatnya : Walau kecil tentang larangan, ia akan
tinggalkan sungguh-sungguh, bagi
dia makruh, dia anggap macam
haram, yang sunat dia anggap macam
wajib. Kalau tidak buat yang sunat
seolah-olah rasa berdosa, kalau kita lihat riwayat mereka kadang-kadang
kalau anak mati mereka berkata
“Alhamdulillah”. Pernah terjadi dalam
sejarah, seorang ibu bila orang
membawa berita tentang anaknya
yang gugur di medan jihad. Dia rasa gembira, orang ini suda bisa jauhkan
diri dari perkara yang syubhat, bila
disuruh pada jihad pada jalan Allah
mereka sambut macam hari raya.
Kalau kita lihat takbir hari raya itu
adalah hasilnya dan takbir selepas para sahabat mendapat kemenangan
di peperangan Khandak. Setengah mereka kalau dilarang ke
medan jihad mereka menangis, di
dalam Al Qur’an ada disebut “asnabul
buka” sebanyak 18 orang, bila
Rasulullah tiada kendaraan untuk
bawa mereka dalam peperangan Tabuk. Mereka menangis siang dan
malam mengadu kepada Allah,
apakah dosa mereka karena tidak
dipilih ke medan jihad. Hingga Allah
turunkan wahyu kepada Rasulullah
bahwa mereka menangis sepanjang malam, mereka sangka mereka
banyak dosa. Mereka begitu cinta
dengan mati syahid. Mereka redha
terhadap apa yang Tuhan redha. Dalam beribadah kepada Allah, bukan
sekedar sedap membaca, bahkan
sedap beramal. Akhlak mereka terpuji
di sisi Allah. Dapat memberi maaf
ketika berkuasa. Satu peristiwa,
sahabat Rasulullah yang memiliki hamba, suatu hari hambanya bawa
dulang, yang berisi daging kambing,
tiba-tiba pisau yang terletak di atas
dulang terjatuh di kepala anaknya
yang sedang merangkak dan terus
mati. Dalam keadaan demikian hamba tadi merasa takut, maka kata sahabat
tadi “Bertenanglah kamu, anak itu
Allah punya, Allah ambil balik, maka
pada hari ini aku memerdekakan
kamu” Tidak ada siapa yang boleh berbuat
demikian kecuali mereka yang
memiliki nafsu Rodhiah. Mereka akan
rasa menderita bila sahabat
terjerumus kepada maksiat. Mereka
akan doakan khusus untuk sahabatnya di malam hari agar
terselamat dari maksiat. Mereka juga
banyak mendapat pertolongan dari
Allah, diantaranya firasat yang Allah
berikan, mereka mudah kenal dengan
orang yang berbuat maksiat atau tidak. Mereka mudah pimpin
masyarakat, sebab dia kenal sifat-sifat
hati. Orang yang dia didik nasehat-
nasehatnya tepat, bila mereka dihalau
dari masyarakat, tunggulah bala Allah
akan turun. Banyak lahir karamah- karamah dari mereka, mulutnya masin
apa yang disebut insya Allah akan
terjadi.
No comments:
Post a Comment