Nonton iklan bentar ya...!!!

Sunday 14 August 2011

1 Kesulitan Mustahil Mengalahkan 2Kemudahan

, “Satu kesulitan mustahil
mengalahkan dua kemudahan.” Kata- kata ini membuat si pendengar
semakin percaya diri. Ia begitu yakin
bahwa Allah pasti akan memberinya
kemudahan dan pertolongan. Betul Sekali, Satu Kesulitan Mustahil
Mengalahkan Dua Kemudahan Para pembaca pasti sudah seringkali
mendengar ayat berikut, ﺍًﺮْﺴُﻳ ِﺮْﺴُﻌْﻟﺍ َﻊَﻣ َّﻥِﺈَﻓ “Karena sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan.” (QS.
Alam Nasyroh: 5) Ayat ini pun diulang setelah itu, ﺍًﺮْﺴُﻳ ِﺮْﺴُﻌْﻟﺍ َﻊَﻣ َّﻥِﺇ “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu
ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh:
6). Kita sering mendengar ayat ini, namun
kadang hati ini lalai, sehingga tidak
betul-betul merenungkannya. Atau
mungkin kita pun belum
memahaminya. Padahal jika ayat
tersebut betul-betul direnungkan sungguh luar biasa faedah yang dapat
kita petik. Jika kita benar-benar
mentadabburi ayat di atas, sungguh
berbagai kesempitan akan terasa
ringan dan semakin mudah kita pikul.
Marilah kita coba merenungkan bagaimanakah tanggapan para pakar
tafsir mengenai ayat di atas. Para pakar tafsir menerangkan bahwa
kesulitan yang disebutkan dalam ayat
di atas hanyalah satu karena ia
menggunakan isim ma’rifah (sesuatu
yang sudah tertentu), maksudnya
kesulitan pertama sama dengan kesulitan kedua. Sedangkan
kemudahan dalam ayat tersebut
adalah dua karena ia menggunakan
isim nakiroh (sesuatu yang
penunjukannya belum tertentu),
maksudnya kemudahan pertama dan kedua itu berbeda. Jadinya, kesulitan
yang ada itu hanya satu, sedangkan
kemudahan itu dua.[1] Al Hasan Al Bashri mengatakan bahwa
ketika turun surat Alam Nasyroh ayat
5-6, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, ُﺮْﺴُﻴﻟﺍ ُﻢُﻛﺎﺗﺃ ﺍﻭُﺮِﺸْﺑﺃ ، ٌﺮْﺴُﻋ َﺐِﻠْﻐَﻳ ْﻦَﻟِﻦْﻳَﺮْﺴُﻳ “Kabarkanlah bahwa akan datang
pada kalian kemudahan. Karena satu
kesulitan tidak mungkin mengalahkan
dua kemudahan.” Perkataan yang sama disampaikan
oleh Qotadah. Qotadah mengatakan,
“Diceritakan pada kami bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah memberi kabar gembira pada
para sahabatnya dengan ayat di atas, lalu beliau mengatakan, ِﻦْﻳَﺮْﺴُﻳ ٌﺮْﺴُﻋ َﺐِﻠْﻐَﻳ ْﻦَﻟ “Satu kesulitan tidak mungkin
mengalahkan dua kemudahan.”[2] Sahabat mulia, ‘Abdullah bin Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu pernah berkata,
“Seandainya kesulitan masuk ke
dalam suatu lubang, maka
kemudahan pun akan mengikutinya
karena Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Karena sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu
ada kemudahan.”[3] Ibnul Mubarok berkata dalam “Al
Jihad” bahwa ‘Umar bin Al Khottob
pernah menulis surat kepada Abu
‘Ubaidah yang baru tiba di Syam dan
dihadang oleh musuh kala itu. Isi
tulisan ‘Umar adalah, “Amma ba’du, tidaklah Allah menurunkan kesulitan
pada seorang mukmin melainkan
setelah itu Allah akan datangkan
kegembiraan padanya. Karena
ingatlah, satu kesulitan mustahil mengalahkan dua kemudahan.” Kemudian dalam surat tersebut ‘Umar
menyebutkan ayat, ﺍﻭُﺮِﺑﺎَﺻَﻭ ﺍﻭُﺮِﺒْﺻﺍ ﺍﻮُﻨَﻣَﺁ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ﺎَﻬُّﻳَﺃ ﺎَﻳ ﺍﻮُﻄِﺑﺍَﺭَﻭ “Hai orang-orang yang beriman,
bersabarlah kamu dan kuatkanlah
kesabaranmu dan tetaplah bersiap
siaga (di perbatasan negerimu) dan
bertakwalah kepada Allah, supaya
kamu beruntung.” (QS. Ali Imron: 200) [4] Berbagai riwayat di atas, semuanya
menerangkan maksud yang sama
yaitu di balik kesulitan ada
kemudahan yang begitu dekat. Itulah
maksud dari perkataan “satu kesulitan
mustahil mengalahkan dua kemudahan”. Kemudahan akan terus
mengikuti kesulitan dalam keadaan
sesulit apa pun. Allah Ta’ala berfirman, ﺍًﺮْﺴُﻳ ٍﺮْﺴُﻋ َﺪْﻌَﺑ ُﻪَّﻠﻟﺍ ُﻞَﻌْﺠَﻴَﺳ “Allah kelak akan memberikan
kelapangan sesudah kesempitan.” (QS.
Ath Tholaq: 7). Ibnu Katsir
mengatakan, “Janji Allah itu pasti,
tidak mungkin Allah
menyelisihinya.”[5] Yakinlah bahwa di balik setiap
kesulitan pasti ada kemudahan yang
begitu dekat. Mujahid mengatakan,
“Kemudahan akan senantiasa
mengikuti kesulitan.”[6] Tawakkal Jadi Sebab Utama Keluar
dari Kesempitan Di awal-awal kesulitan, kadang belum
datang pertolongan atau jalan keluar.
Namun ketika kesulitan semakin
memuncak, semakin di ujung tanduk,
maka setelah itu datanglah
kemudahan. Mengapa demikian? Karena di puncak kesulitan, hati sudah
begitu pasrah. Hati pun menyerahkan
seluruhnya pada Allah, Rabb tempat
bergantung segala urusan. Itulah
hakekat tawakkal. Tawakkal dengan
bersandarnya hati pada Allah-lah, itulah sebab semakin mudahnya
mendapatkan jalan keluar dari
kesulitan yang ada. Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah
berkata, “Jika kesempitan itu semakin
terasa sulit dan semakin berat, maka
seorang hamba jadi putus asa.
Demikianlah keadaan hamba ketika
tidak bisa keluar dari kesulitan. Ketika itu, ia pun menggantungkan hatinya
pada Allah semata. Akhirnya, ia pun
bertawakkal pada-Nya. Tawakkal inilah yang menjadi sebab keluar dari kesempitan yang ada. Karena Allah sendiri telah berjanji akan mencukupi
orang yang bertawakkal pada-Nya.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, ُﻪُﺒْﺴَﺣ َﻮُﻬَﻓ ِﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَﻠَﻋ ْﻞَّﻛَﻮَﺘَﻳ ْﻦَﻣَﻭ “Dan barangsiapa yang bertawakkal
kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)nya.” (QS.
Ath Tholaq: 3)”[7] Butuh Adanya Kesabaran Setelah kita mengetahui berita gembira
bagi orang yang mendapat kesulitan
dan kesempitan yaitu akan semakin
dekat datangnya kemudahan, maka
sikap yang wajib kita miliki ketika itu
adalah bersabar dan terus bersabar. Artinya, ketika sulit, hati dan lisan tidak
berkeluh kesah, begitu pula anggota
badan menahan diri dari perilaku
emosional seperti menampar pipi dan
merobek baju sebagai tanda tidak
ridho dengan ketentuan Allah. [8] Sabar menanti adanya kelapangan
adalah solusi paling ampuh dalam
menghadapi masalah, bukan dengan
mengeluh dan berkeluh kesah. Imam
Asy Syafi’i pernah berkata dalam bait
syair, ﺎﺟﺮَﻔﻟﺍ َﺏَﺮﻗﺃ ﺎﻣ ﻼﻴﻤَﺟ ﺍﺮﺒَﺻ ... ﻦَﻣ ﺎَﺠَﻧ ﺭﻮﻣﻷﺍ ﻲﻓ ﻪﻠﻟﺍ ﺐَﻗﺍَﺭ ... ﻯَﺫﺃ ﻪْﻠَﻨَﻳ ﻢَﻟ ﻪﻠﻟﺍ ﻕَﺪَﺻ ﻦَﻣ ... ﻦَﻣَﻭ ﺎَﺟَﺭ ُﺚﻴَﺣ ﻥﻮﻜَﻳ ﻩﺎَﺟَﺭ ... Bersabarlah yang baik, maka niscaya
kelapangan itu begitu dekat. Barangsiapa yang mendekatkan diri
pada Allah untuk lepas dari kesulitan,
maka ia pasti akan selamat. Barangsiapa yang begitu yakin
dengan Allah, maka ia pasti tidak
merasakan penderitaan. Barangsiapa yang selalu berharap
pada-Nya, maka Allah pasti akan
memberi pertolongan.[9] Dalam syair Arab dikatakan, “Sabar itu
seperti namanya, pahit rasanya,
namun akhirnya lebih manis daripada
madu.” Semoga Allah senantiasa
memudahkan kita meraih kelapangan
dari kesempitan yang ada. Haruslah
kita yakin badai pasti berlalu: “After a
storm comes a calm”. Hanya Allah yang
memberi taufik.

No comments: