Nonton iklan bentar ya...!!!

Tuesday 2 August 2011

Hadits-hadits tentang KeutamaanRamadhan

Selain hadits di atas, banyak lagi hadits
lain yang berbicara tentang
keutamaan Ramadhan. Di antaranya
akan kita sebutkan berikut ini: 1. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu
ia berkata: Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: ﺎَﻣ ُﻪَﻟ َﺮِﻔُﻏ ﺎًﺑﺎَﺴِﺘْﺣﺍَﻭ ﺎًﻧﺎَﻤْﻳِﺇ َﻥﺎَﻀَﻣَﺭ َﻡﺎَﺻ ْﻦَﻣ
ِﻪِﺒْﻧَﺫ ْﻦِﻣ َﻡَّﺪَﻘَﺗ “Siapa yang berpuasa pada bulan
Ramadhan dalam keadaan iman dan
mengharapkan pahala, akan
diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu.” (HR. Al-Bukhari no. 1901 dan
Muslim no. 1778) 2. Dari ‘Imran bin Murrah Al-Juhani
radhiallahu ‘anhu, ia berkata:
Seseorang datang menemui Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya
berkata: ِﻪﻠﻟﺍ َﻝْﻮُﺳَﺭ ﺎَﻳ ، َّﻻِﺇ َﻪﻟِﺇ َﻻ ْﻥَﺃ ُﺕْﺪِﻬَﺷ ْﻥِﺇ َﺖْﻳَﺃَﺭَﺃ ﻪﻠﻟﺍ ، ِﻪﻠﻟﺍ َﻝْﻮُﺳَﺭ َﻚَّﻧَﺃَﻭ ، ِﺕﺍَﻮَﻠَّﺼﻟﺍ ُﺖْﻴَّﻠَﺻَﻭ َﺲْﻤَﺨْﻟﺍ ، َﺓﺎﻛَّﺰﻟﺍ ُﺖْﻳَّﺩَﺃَﻭ ، َﻥﺎَﻀَﻣَﺭ ُﺖْﻤُﺻَﻭ ، َﻝﺎَﻗ ؟ﺎَﻧَﺃ ْﻦَّﻤِﻤَﻓ : ِﺀﺍَﺪَﻬُّﺸﻟﺍَﻭ َﻦْﻴِﻘْﻳِّﺪِّﺼﻟﺍ َﻦِﻣ “Wahai Rasulullah, apa pendapat anda
bila aku bersaksi bahwasanya tidak
ada sesembahan yang benar kecuali
Allah saja dan aku bersaksi bahwa
engkau adalah Rasulullah, aku
mengerjakan shalat lima waktu, menunaikan zakat dan puasa di bulan
Ramadhan, maka termasuk dalam
golongan manakah aku?” Rasulullah
menjawab: “Engkau termasuk
golongan shiddiqin dan
syuhada.” (HR. Al-Bazzar, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam
Shahih keduanya, dan lafadz yang
disebutkan adalah lafadz Ibnu Hibban.
Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani
rahimahullahu dalam Shahih At-
Targhib wat Tarhib no. 989) 3. Dari Abu Hurairah radhiallahu
‘anhu, ia berkata: Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ٌﻙَﺭﺎَﺒُﻣ ٌﺮْﻬَﺷ ُﻥﺎَﻀَﻣَﺭ ْﻢُﻛﺎَﺗَﺃ ، َّﺰَﻋ ُﻪﻠﻟﺍ َﺽَﺮَﻓ ُﻪَﻣﺎَﻴِﺻ ْﻢُﻜْﻴَﻠَﻋ َّﻞَﺟَﻭ ، ِﺀﺎَﻤَّﺴﻟﺍ ُﺏﺍَﻮْﺑَﺃ ِﻪْﻴِﻓ ُﺢَﺘْﻔُﺗ
ُﺓَﺩَﺮَﻣ ِﻪْﻴِﻓ ُّﻞَﻐُﺗَﻭ ِﻢْﻴِﺤَﺠْﻟﺍ ُﺏﺍَﻮْﺑَﺃ ِﻪْﻴِﻓ ُﻖَﻠْﻐُﺗَﻭ ِﻦْﻴِﻃﺎَﻴَّﺸﻟﺍ ، ٍﺮْﻬَﺷ ِﻒْﻟَﺃ ْﻦِﻣ ٌﺮْﻴَﺧ ٌﺔَﻠْﻴَﻟ ِﻪْﻴِﻓ ِﻪَّﻠِﻟ ،
َﻡِﺮُﺣ ْﺪَﻘَﻓ ﺎَﻫُﺮْﻴَﺧ َﻡِﺮُﺣ ْﻦَﻣ “Telah datang pada kalian Ramadhan
bulan yang diberkahi. Allah
Subhanahu wa Ta’ala mewajibkan
atas kalian untuk puasa di bulan ini.
Pada bulan Ramadhan dibuka pintu-
pintu langit dan ditutup pintu-pintu neraka serta dibelenggu setan-setan
yang sangat jahat. Pada bulan ini Allah
memiliki satu malam yang lebih baik
dari seribu bulan. Siapa yang
diharamkan untuk mendapatkan
kebaikan malam itu maka sungguh ia telah diharamkan.” (HR. Ahmad,
2/385, An-Nasa`i no. 2106,
dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani
dalam Shahih Sunan An-Nasa`i. Lihat
Shahih At-Targhib wat Tarhib no. 985,
Al-Misykat no. 1962) 4. Dari Abu Hurairah radhiallahu
‘anhu, ia berkata: Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ِﺔَﻌُﻤُﺠْﻟﺍ ﻰَﻟِﺇ َﺔَﻌُﻤُﺠْﻟﺍَﻭ ُﺲْﻤَﺨْﻟﺍ ُﺓﺍَﻮَﻠَّﺼﻟﺍ َﻥﺎَﻀَﻣَﺭ ﻰَﻟِﺇ ُﻥﺎَﻀَﻣَﺭَﻭ ، َّﻦُﻬَﻨْﻴَﺑ ﺎَﻣ ٌﺕﺍَﺮِّﻔَﻜُﻣ ، ﺍَﺫِﺇ
ُﺮِﺋﺎَﺒَﻜْﻟﺍ ِﺖَﺒِﻨُﺘْﺟﺍ “Shalat lima waktu, Jum’at ke Jum’at
berikutnya dan Ramadhan ke
Ramadhan berikutnya adalah
penghapus dosa di antara keduanya,
apabila dijauhi dosa-dosa besar.” (HR.
Muslim no. 549) Cukuplah kiranya keutamaan bagi
Ramadhan dengan Allah Subhanahu
wa Ta’ala memilihnya di antara bulan-
bulan yang ada untuk Allah
Subhanahu wa Ta’ala turunkan kitab-
Nya yang mulia di bulan berkah tersebut, di malam yang penuh
kemuliaan. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman: ﻯًﺪُﻫ ُﻥﺁْﺮُﻘْﻟﺍ ِﻪْﻴِﻓ َﻝِﺰْﻧُﺃ ﻱِﺬَّﻟﺍ َﻥﺎَﻀَﻣَﺭ ُﺮْﻬَﺷ
ِﻥﺎَﻗْﺮُﻔْﻟﺍَﻭ ﻯَﺪُﻬْﻟﺍ َﻦِﻣ ِﺕﺎَﻨِّﻴَﺑَﻭ ِﺱﺎَّﻨﻠِﻟ “Bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al-
Qur`an sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda
antara yang haq dengan yang batil.” (Al-Baqarah: 185) ِﺭْﺪَﻘْﻟﺍ ِﺔَﻠْﻴَﻟ ْﻲِﻓ ُﻩﺎَﻨْﻟَﺰْﻧَﺃ ﺎَّﻧِﺇ “Sesungguhnya Kami telah
menurunkan Al-Qur`an itu pada
malam Qadar (malam kemuliaan).” (Al-
Qadar: 1) Puasa Semestinya Membuahkan
Takwa Hikmah disyariatkannya puasa
dinyatakan Allah Subhanahu wa
Ta’ala dalam firman-Nya: ﺎَﻤَﻛ ُﻡﺎَﻴِّﺼﻟﺍ ُﻢُﻜْﻴَﻠَﻋ َﺐِﺘُﻛ ﺍﻮُﻨَﻣﺁ َﻦْﻳِﺬَّﻟﺍ ﺎَﻬُّﻳَﺃ ﺎَﻳ
َﻥْﻮُﻘَّﺘَﺗ ْﻢُﻜَّﻠَﻌَﻟ ْﻢُﻜِﻠْﺒَﻗ ْﻦِﻣ َﻦْﻳِﺬَّﻟﺍ ﻰَﻠَﻋ َﺐِﺘُﻛ “Wahai orang-orang yang beriman
diwajibkan atas kalian berpuasa
sebagaimana diwajibkan kepada
orang-orang sebelum kalian, mudah-
mudahan kalian bertakwa.” (Al-
Baqarah: 183) Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir
As-Sa‘di rahimahullahu berkata:
“Perkara takwa yang dikandung
puasa di antaranya: Orang yang puasa meninggalkan
apa yang Allah Subhanahu wa
Ta’ala haramkan kepadanya
berupa makan, minum, jima’ dan
semisalnya, sementara jiwa itu
condong kepada perkara yang harus ditinggalkan tersebut.
Semua itu dilakukan dalam
rangka mendekatkan diri kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala,
mengharapkan pahala-Nya. Ini
termasuk takwa. Orang yang puasa melatih
jiwanya untuk merasakan
pengawasan Allah Subhanahu wa
Ta’ala (muraqabatullah), maka ia
meninggalkan apa yang
diinginkan jiwanya padahal ia mampu melakukannya, karena ia
mengetahui pengawasan Allah
Subhanahu wa Ta’ala
terhadapnya. Puasa itu menyempitkan jalan
setan, karena setan itu berjalan
pada anak Adam seperti
peredaran/aliran darah. Dan
puasa akan melemahkan jalannya
sehingga mengecilkan perbuatan maksiat. Orang yang puasa umumnya
memperbanyak amalan ketaatan
sementara amalan ketaatan
termasuk perangai takwa. Orang yang kaya jika merasakan
tidak enaknya lapar maka
mestinya ia akan memberikan
kelapangan/memberi derma
kepada orang-orang fakir yang
tidak berpunya. Ini pun termasuk perangai takwa. (Taisir Al-Karimir
Rahman, hal. 86) Dengan demikian sungguh tidaklah
berlebihan bila kita katakan bahwa
seharusnya momentum Ramadhan
dijadikan langkah awal untuk
memperbaiki iman dan takwa kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala, untuk kemudian iman dan takwa itu terus
dipupuk dan dirawat di bulan-bulan
selanjutnya. Dan jangan dibiarkan
terpisah dari jiwa dan raga hingga
datang jemputan dari utusan Ar-
Rahman (malaikat maut). Khususnya kita –penduduk negeri ini–
seharusnya berkaca diri berkaitan
dengan segala petaka yang menimpa
negeri kita, demikian pula musibah
yang datang terus menerus, lagi susul
menyusul. Tidaklah semua ini menimpa kita kecuali karena dosa-
dosa kita dan jauhnya kita dari iman
serta takwa kepada Al-Khaliq. ﻱِﺪْﻳَﺃ ْﺖَﺒَﺴَﻛ ﺎَﻤِﺑ ِﺮْﺤَﺒْﻟﺍَﻭ ِّﺮَﺒْﻟﺍ ﻲِﻓ ُﺩﺎَﺴَﻔْﻟﺍ َﺮَﻬَﻇ
ْﻢُﻬَّﻠَﻌَﻟ ﺍﻮُﻠِﻤَﻋ ﻱِﺬَّﻟﺍ َﺾْﻌَﺑ ْﻢُﻬَﻘْﻳِﺬُﻴِﻟ ِﺱﺎَّﻨﻟﺍ
َﻥْﻮُﻌِﺟْﺮَﻳ “Telah tampak kerusakan di daratan
dan di lautan disebabkan karena
perbuatan tangan/ulah manusia,
supaya Allah merasakan kepada
mereka sebagian dari akibat
perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.” (Ar-
Rum: 41) ْﻢُﻜْﻳِﺪْﻳَﺃ ْﺖَﺒَﺴَﻛ ﺎَﻤِﺒَﻓ ٍﺔَﺒْﻴِﺼُﻣ ْﻦِﻣ ْﻢُﻜَﺑﺎَﺻَﺃ ﺎَﻣَﻭ
ٍﺮْﻴِﺜَﻛ ْﻦَﻋ ﻮُﻔْﻌَﻳَﻭ “Dan apa saja musibah yang menimpa
kalian maka hal itu disebabkan oleh
perbuatan tangan kalian sendiri dan
Allah memaafkan sebagian besar dari
kesalahan-kesalahan kalian.” (Asy-
Syura: 30) Musibah yang menimpa negeri ini
berupa gempa, tsunami, meletusnya
gunung berapi, tanah longsor,
semburan lumpur panas, dan
sebagainya bukanlah karena kesialan
penguasa/pemerintah sebagaimana tuduhan orang-orang dungu atau
pura-pura dungu. Namun justru
karena dosa-dosa yang ada di negeri
ini. Terlepas apakah bencana ini
karena rekayasa asing yang ingin
menjatuhkan dan menghancurkan negeri ini sebagaimana analisa
sebagian orang, atau murni musibah
tanpa rekayasa, toh semuanya
ditimpakan oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala sebagai teguran bagi kita agar
kembali kepada-Nya. Bangkit dari lumpur hitam dosa dan maksiat, untuk
kemudian bertaubat dan mohon
ampun kepada-Nya. Yang sangat disesalkan, di antara
penduduk negeri ini banyak yang
tidak sadar dari maksiat mereka
dengan musibah yang menimpa.
Mereka malah melakukan praktik-
praktik kesyirikan, membuat sesajen penolak bala yang dipersembahkan
kepada roh-roh penguasa laut,
penguasa gunung, penguasa darat,
dan sebagainya. Na’udzubillah min
dzalik!!! Sehubungan dengan momentum
Ramadhan sebagai bulan untuk
menambah iman dan takwa, serta
terkait dengan banyaknya musibah
yang menimpa negeri ini, bagus sekali
untuk kita nukilkan nasihat dari Samahatusy Syaikh Ibnu Baz
rahimahullahu berkenaan dengan
musibah yang menimpa anak Adam, khususnya gempa bumi1. Mudah- mudahan nasehat ini bisa menjadi
renungan bagi anak negeri ini.
Beliau rahimahullahu berkata: “Allah
Subhanahu wa Ta’ala Maha Memiliki
hikmah Maha Mengetahui terhadap
apa yang Dia putuskan dan tetapkan, sebagaimana Dia Maha Memiliki
Hikmah lagi Maha Mengetahui dalam
apa yang Dia syariatkan dan
perintahkan. Dia menciptakan apa
yang diinginkan-Nya berupa tanda-
tanda kekuasaan-Nya. Dia tetapkan hal itu untuk menakut-nakuti hamba-
Nya dan mengingatkan mereka
tentang hak-Nya dan
memperingatkan mereka dari
kesyirikan, penyelisihan terhadap
perintah-Nya dan melakukan larangan-Nya.” Selanjutnya beliau menyatakan:
“Tidaklah diragukan bahwa gempa
yang terjadi pada hari-hari ini di
banyak tempat/negeri merupakan
sejumlah tanda-tanda kekuasaan
Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang dengannya Allah Subhanahu wa
Ta’ala hendak menakut-nakuti
hamba-hamba-Nya. Seluruh musibah
gempa yang terjadi dan perkara
lainnya yang membuat kemudharatan
para hamba dan menyebabkan gangguan bagi mereka, adalah
disebabkan kesyirikan dan maksiat.” ْﻦِﻣ َﻚَﺑﺎَﺻَﺃ ﺎَﻣَﻭ ِﻪﻠﻟﺍ َﻦِﻤَﻓ ٍﺔَﻨَﺴَﺣ ْﻦِﻣ َﻚَﺑﺎَﺻَﺃ ﺎَﻣ
َﻚِﺴْﻔَﻧ ْﻦِﻤَﻓ ٍﺔَﺌِّﻴَﺳ “Tidaklah satu kebaikan menimpamu
melainkan itu dari Allah dan tidaklah
satu kejelekan menimpamu melainkan
karena ulah dirimu sendiri.” (An-Nisa`:
79) Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullahu
berkata: “Yang wajib dilakukan oleh
seluruh muslimin adalah bertaubat
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,
istiqamah di atas agamanya dan
berhati-hati dari seluruh perkara yang dilarang berupa syirik dan maksiat.
Sehingga mereka memperoleh
pengampunan, kelapangan,
keselamatan di dunia dan di akhirat
dari seluruh kejelekan, dan Allah
Subhanahu wa Ta’ala menolak dari mereka seluruh musibah, lalu
menganugerahkan kepada mereka
setiap kebaikan. Sebagaimana Ia
berfirman: ﺎَﻨْﺤَﺘَﻔَﻟ ﺍﻮَﻘَّﺗﺍَﻭ ﺍﻮُﻨَﻣﺁ ﻯَﺮُﻘْﻟﺍ َﻞْﻫَﺃ َّﻥَﺃ ْﻮَﻟَﻭ
ْﻦِﻜَﻟَﻭ ِﺽْﺭَﻷْﺍَﻭ ِﺀﺎَﻤَّﺴﻟﺍ َﻦِﻣ ٍﺕﺎَﻛَﺮَﺑ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ
َﻥْﻮُﺒِﺴْﻜَﻳ ﺍﻮُﻧﺎَﻛ ﺎَﻤِﺑ ْﻢُﻫﺎَﻧْﺬَﺧَﺄَﻓ ﺍﻮُﺑَّﺬَﻛ “Seandainya penduduk negeri itu
beriman dan bertakwa niscaya Kami
bukakan bagi mereka berkah dari
langit dan bumi, akan tetapi mereka
malah mendustakan maka Kami pun
menyiksa mereka disebabkan apa yang dulunya mereka upayakan.” (Al-
A’raf: 96) Kemudian Syaikh menukilkan ucapan
Al-’Allamah Ibnul Qayyim
rahimahullahu: “Di sebagian waktu
Allah Subhanahu wa Ta’ala
mengizinkan bumi untuk bernapas
panjang. Ketika itu terjadilah gempa/ goncangan yang besar, sehingga
menimbulkan ketakutan pada hamba-
hamba-Nya, lalu mereka kembali
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
dan mencabut diri dari maksiat,
tunduk patuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menyesali
diri, sebagaimana ucapan sebagian
salaf ketika terjadi gempa bumi:
‘Sesungguhnya Rabb kalian menegur
kalian.’ Ketika terjadi gempa di kota
Madinah, ‘Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu berkhutbah dan
memberi nasehat kepada penduduk
Madinah dan beliau berkata: ‘Kalau
gempa ini terjadi lagi, aku tidak akan
tinggal bersama kalian di Madinah ini.’ Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdullah
bin Baz rahimahullahu menasehatkan:
“Ketika terjadi gempa bumi dan tanda-
tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa
Ta’ala lainnya, gerhana, angin
kencang dan banjir, yang wajib dilakukan adalah bertaubat kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala, tunduk
menghinakan diri kepada-Nya dan
memohon maaf/kelapangan-Nya
serta memperbanyak mengingat-Nya
dan istighfar pada-Nya. Sebagaimana ucapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam ketika terjadi gerhana dalam
hadits yang diriwayatkan oleh Al-
Imam Bukhari dan Al-Imam Muslim:
“Apabila kalian melihat gerhana maka
berlindunglah kalian dengan zikir/ mengingat Allah, berdoa kepada-Nya
dan istighfar.” Disenangi pula untuk memberikan
kasih sayang kepada fakir miskin dan
bersedekah kepada mereka dengan
dalil sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam: ُﻦﻤْﺣَّﺮﻟﺍ ُﻢُﻬُﻤَﺣْﺮَﻳ َﻥْﻮُﻤِﺣﺍَّﺮﻟَﺍ ، ﻲِﻓ ْﻦَﻣ ﺍْﻮُﻤَﺣْﺭِﺍ
ِﺀﺎَﻤَّﺴﻟﺍ ﻲِﻓ ْﻦَﻣ ْﻢُﻜُﻤَﺣْﺮَﻳ ِﺽْﺭَﻷْﺍ “Orang-orang yang menyayangi
(memiliki sifat rahmah) akan dirahmati
oleh Ar-Rahman. Sayangilah orang
yang ada di bumi niscaya Yang di langit akan merahmati kalian.”2 ُﻢَﺣْﺮُﻳ َﻻ ُﻢَﺣْﺮَﻳ َﻻ ْﻦَﻣ “Siapa yang tidak menyayangi maka ia tidak akan disayangi/dirahmati.” 3 Diriwayatkan dari ‘Umar bin Abdil ‘Aziz
rahimahullahu bahwa beliau mengirim
surat kepada gubernur-gubernurnya
ketika terjadi gempa agar mereka
bersedekah. Termasuk sebab kelapangan dan
keselamatan dari semua kejelekan
adalah agar pemerintah bersegera
mengambil tangan rakyatnya dan
mengharuskan mereka untuk
berpegang dengan kebenaran dan menjalankan syariat Allah Subhanahu
wa Ta’ala pada mereka serta amar
ma’ruf nahi mungkar. Sebagaimana
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: ٍﺾْﻌَﺑ ُﺀﺎَﻴِﻟْﻭَﺃ ْﻢُﻬُﻀْﻌَﺑ ُﺕﺎَﻨِﻣْﺆُﻤْﻟﺍَﻭ َﻥْﻮُﻨِﻣْﺆُﻤْﻟﺍَﻭ
ِﺮَﻜْﻨُﻤْﻟﺍ ِﻦَﻋ َﻥْﻮَﻬْﻨَﻳَﻭ ِﻑْﻭُﺮْﻌَﻤْﻟﺎِﺑ َﻥْﻭُﺮُﻣْﺄَﻳ
َﻥْﻮُﻌْﻴِﻄُﻳَﻭ َﺓﺎَﻛَّﺰﻟﺍ َﻥْﻮُﺗْﺆُﻳَﻭ َﺓَﻼَّﺼﻟﺍ َﻥْﻮُﻤْﻴِﻘُﻳَﻭ
ُﻪﻠﻟﺍ ُﻢُﻬُﻤَﺣْﺮَﻴَﺳ َﻚِﺌَﻟﻭُﺃ ُﻪَﻟْﻮُﺳَﺭَﻭ َﻪﻠﻟﺍ “Kaum mukminin dan mukminat
sebagian mereka adalah wali/kekasih
bagi sebagian yang lain. Mereka
memerintahkan kepada yang ma’ruf
dan melarang dari yang mungkar,
mereka menegakkan shalat, menunaikan zakat dan mentaati Allah
dan Rasul-Nya. Mereka itulah yang
akan dirahmati Allah.” (At-Taubah: 71) Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: ﺎَﻴْﻧُّﺪﻟﺍ ِﺏَﺮُﻛ ْﻦِﻣ ًﺔَﺑْﺮُﻛ ٍﻦِﻣْﺆُﻣ ْﻦَﻋ َﺲَّﻔَﻧ ْﻦَﻣ ِﺔَﻣﺎَﻴِﻘْﻟﺍ ِﻡْﻮَﻳ ِﺏَﺮُﻛ ْﻦِﻣ ًﺔَﺑْﺮُﻛ ُﻪْﻨَﻋ ُﻪﻠﻟﺍ َﺲَّﻔَﻧ .
ﻲِﻓ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻪﻠﻟﺍ َﺮَّﺴَﻳ ٍﺮِﺴْﻌﻣ ﻰَﻠَﻋ َﺮَّﺴَﻳ ْﻦَﻣَﻭ ِﺓَﺮِﺧﻵْﺍَﻭ ﺎَﻴْﻧُّﺪﻟﺍ . ُﻪﻠﻟﺍ ُﻩَﺮَﺘَﺳ ﺎًﻤِﻠْﺴُﻣ َﺮَﺘَﺳ ْﻦَﻣَﻭ ِﺓَﺮِﺧﻵْﺍَﻭ ﺎَﻴْﻧُّﺪﻟﺍ ﻲِﻓ . ﺎَﻣ ِﺪْﺒَﻌْﻟﺍ ِﻥْﻮَﻋ ﻲِﻓ ُﻪﻠﻟﺍَﻭ
ِﻪْﻴِﺧَﺃ ِﻥْﻮَﻋ ﻲِﻓ ُﺪْﺒَﻌْﻟﺍ َﻥﺎَﻛ “Siapa yang melepaskan seorang
mukmin dari satu bencana/kesulitan
dunia niscaya Allah akan
melepaskannya dari satu bencana di
hari kiamat. Siapa yang memberi
kemudahan bagi orang yang sedang kesulitan niscaya Allah akan
memberikan kemudahan baginya di
dunia dan di akhirat. Siapa yang
menutup kejelekan/cacat seorang
muslim, Allah pun akan menutup
cacatnya di dunia dan di akhirat. Dan Allah senantiasa menolong seorang
hamba selama hamba itu menolong saudaranya.”4 Demikian nasehat dari Asy-Syaikh
Ibnu Baz –semoga Allah Subhanahu
wa Ta’ala merahmati beliau dengan
rahmat-Nya yang luas dan
melapangkan beliau di kuburnya,
amin–. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati penduduk negeri ini
dan menghilangkan musibah dari
mereka serta memberi taufik kepada
mereka agar bertaubat dan kembali
kepada agama-Nya yang benar.
Semoga penduduk negeri ini mengambil pelajaran yang berharga
di bulan mubarak ini, bulan
Ramadhan nan penuh keberkahan,
menambah iman dan takwa mereka
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
hingga mereka menjadi , orang-orang yang dibebaskan dari api neraka.
Allahumma amin.
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

No comments: