Nonton iklan bentar ya...!!!

Friday 26 August 2011

Mampukah Kita Bersyukurdengan nikmat-nikmat Allah?

Diantara sifat orang beriman adalah
ketika mendapat berbagai
kenikmatan, dia bersyukur kepada
Dzat yang telah memberikan nikmat
tersebut yaitu Allah. Dia ucapkan:
"Alhamdulillaah, segala puji bagi Allah" dan ucapan yang sejenisnya.
Memang arti syukur sendiri adalah
memuji kepada Dzat yang telah
memberikan berbagai kenikmatan
dan kebaikan.
Tapi cukupkah dengan hanya memuji melalui lisan semata? Sebenarnya tidak cukup hanya
dengan itu, karena betapa banyaknya
orang yang memuji Allah dengan
lisan-lisan mereka ketika
mendapatkan nikmat tetapi
bersamaan dengan itu tetap bergelimang dalam kemaksiatan. Akan tetapi syukur itu mempunyai
rukun-rukunnya yaitu tiga rukun.
Dimana syukurnya seorang hamba
berporos pada tiga rukun tersebut –
yang tidak akan dinamakan syukur
kecuali dengan terkumpul ketiga- tiganya- yaitu: pertama: mengakui
nikmat tersebut dengan batin (di
dalam hati); kedua: membicarakannya
secara zhahir (yaitu lisan kita memuji
Dzat yang telah memberikan nikmat
dan menyebut-nyebut nikmat tersebut); dan ketiga: meminta
bantuan dengan nikmat tersebut
didalam melaksanakan ketaatan
kepada Allah (artinya menggunakan
nikmat tersebut untuk melaksanakan
ketaatan kepada Allah). Maka kesimpulannya, syukur itu
berkaitan dengan hati, lisan dan
anggota badan. Adapun tugasnya hati
adalah pertama: mengakui nikmat
tersebut semata-mata datangnya dari
Allah bukan dari yang lainnya walaupun sebabnya bisa jadi melalui
teman, jual beli atau yang lainnya
akan tetapi semuanya itu hanyalah
sebab atau perantara dalam
mendapatkan nikmat akan tetapi
pada hahikatnya yang memberinya hanyalah Allah semata; dan kedua:
mencintai Dzat yang telah memberikan
nikmat tersebut demikian juga
mencintai nikmat tersebut. Adapun tugasnya lisan adalah memuji
dan menyanjung Dzat yang telah
memberikan nikmat tersebut.
Sementara tugasnya anggota badan
adalah menggunakan nikmat tersebut
untuk mentaati Dzat yang kita syukuri (yaitu Allah Ta'ala) dan menahan
nikmat tersebut jangan sampai
digunakan untuk kemaksiatan
kepada-Nya. Dan sungguh Allah telah
menggandengkan syukur dengan
iman dan mengkhabarkan
bahwasanya Dia tidak akan
mengadzab makhluk-Nya apabila
mereka bersyukur dan beriman kepada-Nya. Allah berfirman:
ْﻢُﺘْﻨَﻣﺍَﺀَﻭ ْﻢُﺗْﺮَﻜَﺷ ْﻥِﺇ ْﻢُﻜِﺑﺍَﺬَﻌِﺑ ُﻪَّﻠﻟﺍ ُﻞَﻌْﻔَﻳ ﺎَﻣ
ﺎًﻤﻴِﻠَﻋ ﺍًﺮِﻛﺎَﺷ ُﻪَّﻠﻟﺍ َﻥﺎَﻛَﻭ
"Allah tidak akan menyiksa kalian, jika
kalian bersyukur dan beriman? Dan
Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui." (An-Nisaa`:147) Allah juga mengkhabarkan
bahwasanya orang-orang yang
bersyukur adalah orang-orang yang
khusus diberikan anugerah diantara
hamba-hamba-Nya. Allah berfirman:
ِﺀَﻻُﺆَﻫَﺃ ﺍﻮُﻟﻮُﻘَﻴِﻟ ٍﺾْﻌَﺒِﺑ ْﻢُﻬَﻀْﻌَﺑ ﺎَّﻨَﺘَﻓ َﻚِﻟَﺬَﻛَﻭ َﻢَﻠْﻋَﺄِﺑ ُﻪَّﻠﻟﺍ َﺲْﻴَﻟَﺃ ﺎَﻨِﻨْﻴَﺑ ْﻦِﻣ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ُﻪَّﻠﻟﺍ َّﻦَﻣ
َﻦﻳِﺮِﻛﺎَّﺸﻟﺎِﺑ
"Dan demikianlah telah Kami uji
sebahagian mereka (orang-orang
yang kaya) dengan sebahagian
mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata:
"Orang-orang semacam inikah
diantara kita yang diberi anugerah
oleh Allah kepada mereka?" (Allah
berfirman): "Tidakkah Allah lebih
mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?" (Al-
An'aam:53) Dan Allah membagi manusia
bahwasanya diantara mereka ada
orang-orang yang bersyukur dan ada
pula yang kufur, maka sesuatu yang
paling dibenci oleh Allah adalah
kekufuran dan pelakunya dan sebaliknya sesuatu yang paling
dicintai oleh Allah adalah rasa syukur
dan pelakunya. Allah berfirman:
ﺍًﺭﻮُﻔَﻛ ﺎَّﻣِﺇَﻭ ﺍًﺮِﻛﺎَﺷ ﺎَّﻣِﺇ َﻞﻴِﺒَّﺴﻟﺍ ُﻩﺎَﻨْﻳَﺪَﻫ ﺎَّﻧِﺇ
"Sesungguhnya Kami telah
menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang
kafir." (Al-Insaan:3) Dan Dia juga berfirman:
ْﻦِﺌَﻟَﻭ ْﻢُﻜَّﻧَﺪﻳِﺯَﺄَﻟ ْﻢُﺗْﺮَﻜَﺷ ْﻦِﺌَﻟ ْﻢُﻜُّﺑَﺭ َﻥَّﺫَﺄَﺗ ْﺫِﺇَﻭ
ٌﺪﻳِﺪَﺸَﻟ ﻲِﺑﺍَﺬَﻋ َّﻥِﺇ ْﻢُﺗْﺮَﻔَﻛ
"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhan
kalian memaklumkan:
"Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepada kalian, dan jika kalian
mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya 'adzab-Ku sangat
pedih." (Ibraahiim:7) Di dalam ayat tersebut Allah Ta'ala
mengaitkan tambahan nikmat dengan
syukur, sementara tambahan nikmat
dari-Nya tiada akhir/batasnya
sebagaimana tidak ada batasnya
untuk mensyukuri-Nya, dan Allah menerangkan bahwasanya
kebanyakan balasan yang Dia berikan
kepada hamba-hamba-Nya itu
tergantung kehendak-Nya, seperti
firman-Nya:
ْﻦِﻣ ُﻪَّﻠﻟﺍ ُﻢُﻜﻴِﻨْﻐُﻳ َﻑْﻮَﺴَﻓ ًﺔَﻠْﻴَﻋ ْﻢُﺘْﻔِﺧ ْﻥِﺇَﻭ َﺀﺎَﺷ ْﻥِﺇ ِﻪِﻠْﻀَﻓ
"Dan jika kalian khawatir menjadi
miskin, maka Allah nanti akan
memberikan kekayaan kepada kalian
dari karunia-Nya, jika Dia
menghendaki." (At-Taubah:28) Dia juga berfirman tentang masalah
ampunan:
ُﺀﺎَﺸَﻳ ْﻦَﻤِﻟ ُﺮِﻔْﻐَﻳَﻭ
"Dan diampuni-Nya bagi siapa yang
dikehendaki-Nya." (Al-Maa`idah:40)
Dan Dia berfirman tentang masalah taubat: ُﺀﺎَﺸَﻳ ْﻦَﻣ ﻰَﻠَﻋ ُﻪَّﻠﻟﺍ ُﺏﻮُﺘَﻳَﻭ
"Dan Allah menerima taubat orang
yang dikehendaki-Nya." (At-
Taubah:15) Allah memutlakkan balasan syukur
dengan semutlak-mutlaknya ketika
menyebutnya seperti firman-Nya:
َﻦﻳِﺮِﻛﺎَّﺸﻟﺍ ﻱِﺰْﺠَﻨَﺳَﻭ
"Dan Kami akan memberi balasan
kepada orang-orang yang bersyukur." (Aali 'Imraan:145) Dan ketika musuh Allah, Iblis,
mengetahui betapa tingginya
kedudukan syukur, dan bahwasanya
syukur itu termasuk dari seagung-
agung kedudukan dan yang paling
tingginya, maka dia (Iblis) menjadikan tujuan (utamanya) adalah berusaha
memutuskan manusia dari syukur,
lalu dia berkata: ْﻦَﻋَﻭ ْﻢِﻬِﻔْﻠَﺧ ْﻦِﻣَﻭ ْﻢِﻬﻳِﺪْﻳَﺃ ِﻦْﻴَﺑ ْﻦِﻣ ْﻢُﻬَّﻨَﻴِﺗﺂَﻟ َّﻢُﺛ
ْﻢُﻫَﺮَﺜْﻛَﺃ ُﺪِﺠَﺗ َﻻَﻭ ْﻢِﻬِﻠِﺋﺎَﻤَﺷ ْﻦَﻋَﻭ ْﻢِﻬِﻧﺎَﻤْﻳَﺃ
َﻦﻳِﺮِﻛﺎَﺷ
"Kemudian saya akan mendatangi
mereka dari muka dan dari belakang
mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan
mendapati kebanyakan mereka
bersyukur (ta`at)." (Al-A'raaf:17) Allah telah mensifati orang-orang
yang bersyukur bahwasanya mereka
adalah orang-orang yang sedikit
diantara hamba-hamba-Nya. Allah
berfirman:
ُﺭﻮُﻜَّﺸﻟﺍ َﻱِﺩﺎَﺒِﻋ ْﻦِﻣ ٌﻞﻴِﻠَﻗَﻭ "Dan sedikit sekali dari hamba-
hamba-Ku yang bersyukur (berterima
kasih)." (Saba`:13) Dan telah tetap di dalam Ash-
Shahiihain dari Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam: Bahwasanya beliau berdiri
shalat malam sampai kedua telapak
kakinya bengkak-bengkak, maka
dikatakan kepada beliau: Mengapa engkau melakukan ini dalam keadaan
Allah telah mengampuni seluruh
dosa-dosamu yang dahulu maupun
yang akan datang? Maka beliau
menjawab: "Apakah aku tidak boleh
untuk menjadi orang yang bersyukur?" Dan telah tetap di dalam Musnad Al-
Imam Ahmad bahwasanya Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam berkata
kepada Mu'adz: "Demi Allah, aku
benar-benar mencintaimu, maka
janganlah kamu lupa untuk mengatakan setelah selesai dari setiap
shalat fardhu:
ِﻦْﺴُﺣَﻭ َﻙِﺮْﻜُﺷَﻭ َﻙِﺮْﻛِﺫ ﻰَﻠَﻋ ْﻲِّﻨِﻋَﺃ َّﻢُﻬَّﻠﻟﺍ
َﻚِﺗَﺩﺎَﺒِﻋ
"Ya Allah, tolonglah aku agar
senantiasa ingat kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu dan beribadah
kepada-Mu dengan sebaik-baiknya." Syukur itu pengikat kenikmatan dan
sebab bertambahnya nikmat,
sebagaimana diucapkan oleh 'Umar
bin 'Abdul 'Aziz:
"Ikatlah nikmat-nikmat Allah dengan
syukur kepada-Nya." Dan Ibnu Abid Dunya telah
menyebutkan dari 'Ali bin Abi Thalib
bahwasanya dia berkata kepada
seorang laki-laki dari daerah
Hamdzaan: "Sesungguhnya nikmat itu
disambung dengan syukur sedangkan syukur itu sendiri
berkaitan dengan bertambahnya
nikmat, dan keduanya bergandengan
pada suatu masa, maka tidak akan
terputus tambahan nikmat dari Allah
sampai terputusnya rasa syukur dari seorang hamba." Berkata Al-Hasan: "Perbanyaklah
menyebut nikmat-nikmat ini, karena
sesungguhnya menyebutnya
merupakan rasa syukur, dan sungguh
Allah telah memerintahkan Nabi-Nya
agar menceritakan nikmat Rabbnya. Allah berfirman:
ْﺙِّﺪَﺤَﻓ َﻚِّﺑَﺭ ِﺔَﻤْﻌِﻨِﺑ ﺎَّﻣَﺃَﻭ
"Dan terhadap ni'mat Tuhanmu maka
hendaklah kamu menyebut-
nyebutnya (dengan
bersyukur)." (Adh-Dhuhaa:11) Dan Allah senang apabila
ditampakkan pengaruh nikmat-Nya
kepada hamba-Nya, karena
sesungguhnya hal ini merupakan
syukur di segala keadaan. Adalah Abul Mughirah apabila
dikatakan kepadanya: Bagaimana
engkau berada di pagi hari ya Abu
Muhammad? Dia berkata: Kami berada
di pagi hari dalam keadaan tenggelam
dengan kenikmatan-kenikmatan, tetapi lemah untuk bersyukur, Rabb
kami telah memperlihatkan cinta-Nya
kepada kami sementara Dia tidak
butuh kepada kami dan kami seakan-
akan menampakkan kebencian
kepada-Nya (dengan sering terjatuh kepada maksiat dan sedikit
bersyukur) sementara kami butuh
kepada-Nya." Berkata Syuraih: "Tidaklah seorang
hamba ditimpa dengan suatu musibah
kecuali Allah memberikan kepadanya
tiga kenikmatan: musibah itu tidak
berkaitan dengan agamanya; musibah
itu tidak lebih besar daripada apa yang telah ada; dan bahwasanya
musibah itu mesti terjadi maka
sungguh telah terjadi (sebagai ujian
baginya)." Dan berkata Yunus bin 'Ubaid:
Seseorang berkata kepada Abu
Ghanimah: "Bagaimana keadaanmu di
pagi hari? Dia berkata: "Aku berada di
pagi hari diantara dua nikmat yang
aku tidak tahu mana dari keduanya yang lebih utama: dosa-dosa yang
ada padaku telah Allah tutupi maka
tidak ada seorangpun yang mampu
mencelaku; dan rasa cinta yang Allah
berikan kepada hati-hati para hamba
yang amalku sendiri tidak bisa mencapainya."
Sufyan menerangkan ayat:
َﻥﻮُﻤَﻠْﻌَﻳ َﻻ ُﺚْﻴَﺣ ْﻦِﻣ ْﻢُﻬُﺟِﺭْﺪَﺘْﺴَﻨَﺳ
"Nanti Kami akan menarik mereka
dengan berangsur-angsur (ke arah
kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui." (Al-Qalam:44) "Mereka diberikan berbagai nikmat
tetapi mereka terhalang dari
bersyukur." Dan berkata yang lainnya:
"Setiap kali mereka terjatuh ke dalam
perbuatan dosa maka beritahukan
akan nikmat (yang telah Allah berikan kepada mereka)." Berkata seseorang kepada Abu Hazim:
"Bagaimana bentuk syukurnya kedua
mata ya Abu Hazim?" Maka dia
menjawab: "Jika engkau melihat
kebaikan, engkau mengumumkannya
(memberitahukan kepada yang lainnya) dan sebaliknya jika engkau
melihat kejelekan, engkau
menyembunyikannya." Laki-laki tadi
bertanya lagi: "Bagaimana syukurnya
kedua telinga?" Beliau menjawab:
"Jika engkau mendengar kebaikan maka engkau menjaganya dan jika
engkau mendengar kejelekan,
engkau menolaknya." Dia bertanya
lagi: "Bagaimana syukurnya kedua
tangan?" Beliau menjawab:
"Janganlah engkau mengambil apa- apa yang bukan milik keduanya dan
janganlah engkau tahan hak untuk
Allah apa yang ada pada keduanya."
Dia bertanya lagi: "Bagaimana
syukurnya perut?" Beliau menjawab:
"Jadikanlah makanan dibawahnya dan ilmu di atasnya." Dia bertanya lagi:
"Bagaimana syukurnya kemaluan?"
Beliau menjawab dengan
membacakan ayat: َﻥﻮُﻈِﻓﺎَﺣ ْﻢِﻬِﺟﻭُﺮُﻔِﻟ ْﻢُﻫ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍَﻭ (5) ﻰَﻠَﻋ َّﻻِﺇ
ُﺮْﻴَﻏ ْﻢُﻬَّﻧِﺈَﻓ ْﻢُﻬُﻧﺎَﻤْﻳَﺃ ْﺖَﻜَﻠَﻣ ﺎَﻣ ْﻭﺃ ْﻢِﻬِﺟﺍَﻭْﺯَﺃ َﻦﻴِﻣﻮُﻠَﻣ (6) َﻚِﺌَﻟﻭُﺄَﻓ َﻚِﻟَﺫ َﺀﺍَﺭَﻭ ﻰَﻐَﺘْﺑﺍ ِﻦَﻤَﻓ َﻥﻭُﺩﺎَﻌْﻟﺍ ُﻢُﻫ 7) ) "Dan orang-orang yang menjaga
kemaluannya, kecuali terhadap isteri-
isteri mereka atau budak yang mereka
miliki; maka sesungguhnya mereka
dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa
mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui
batas." (Al-Mukminuun:5-7)
Dia bertanya lagi: "Bagaimana
syukurnya kedua kaki?" Beliau
menjawab: "Jika engkau mengetahui
suatu mayat yang engkau iri kepadanya (karena ketika hidupnya
melakukan ketaatan kepada Allah),
maka pergunakan keduanya
sebagaimana dia amalkan. Jika engkau tidak bersyukur dengan
seluruh anggota badanmu, maka
permisalannya adalah seperti
seseorang yang mempunyai pakaian
lalu dia mengambil ujungnya dan
tidak memakainya, maka pakaian tersebut tidak memberikan manfaat
kepadanya untuk menghindari panas,
dingin, salju dan hujan. Dan sebagian 'ulama telah menulis
surat kepada salah seorang
saudaranya: "Ammaa ba'd, sungguh
kami telah berada di pagi hari dengan
nikmat-nikmat dari Allah yang tidak
dapat dihitung bersamaan banyaknya maksiat yang telah kami lakukan,
maka kami tidak tahu mana diantara
keduanya yang kami bisa bersyukur,
apakah keindahan (yaitu kebaikan-
kebaikan) yang telah dimudahkan
bagi kita ataukah kejelekan-kejekan yang telah ditutupi?! Subhaanallah, seorang muslim tidak
boleh sekejap pun untuk melupakan
syukur kepada Allah. Mengapa?
Tidakkah kita sadari betapa banyak
nikmat yang telah Allah berikan
kepada kita dalam keadaan kita sering terjatuh kepada kemaksiatan
akan tetapi Allah tutupi aib-aib kita. Untuk itu bersegeralah kembali dan
taubat kepada-Nya serta kita minta
kepada-Nya agar menjadikan kita
sebagai orang-orang yang pandai
bersyukur. Wallaahul Muwaffiq.

No comments: