Nonton iklan bentar ya...!!!

Sunday 14 August 2011

Orang Bertakwa Tidak PernahMerasa Miskin

Berikut pelajaran berharga yang kami
peroleh dari penjelasan Ahmad bin
Abdul Halim Al Haroni (Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah). Semoga bermanfaat. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
rahimahullah berkata, Adapun mengenai firman Allah Ta’ala, } ﺎًﺟَﺮْﺨَﻣ ُﻪَﻟ ْﻞَﻌْﺠَﻳ َﻪَّﻠﻟﺍ ِﻖَّﺘَﻳ ْﻦَﻣَﻭ { } ُﺐِﺴَﺘْﺤَﻳ ﺎَﻟ ُﺚْﻴَﺣ ْﻦِﻣ ُﻪْﻗُﺯْﺮَﻳَﻭ { “Barangsiapa bertakwa kepada Allah
niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar. Dan memberinya
rezki dari arah yang tiada disangka-
sangkanya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3).
Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah akan menghilangkan bahaya
dan memberikan jalan keluar bagi
orang yang benar-benar bertakwa
pada-Nya. Allah akan mendatangkan
padanya berbagai manfaat berupa
dimudahkannya rizki. Rizki adalah segala sesuatu yang dapat dinikmati
oleh manusia. Rizki yang dimaksud di
sini adalah rizki dunia dan rizki akhirat. Sebagian orang mengatakan, “Orang yang bertakwa itu tidak pernah
merasa fakir (miskin atau merasa
kekurangan) sama sekali .” Lalu ada yang bertanya, “Mengapa bisa
begitu?” Ia menjawab, “Karena Allah
Ta’ala berfirman: } ﺎًﺟَﺮْﺨَﻣ ُﻪَﻟ ْﻞَﻌْﺠَﻳ َﻪَّﻠﻟﺍ ِﻖَّﺘَﻳ ْﻦَﻣَﻭ { } ُﺐِﺴَﺘْﺤَﻳ ﺎَﻟ ُﺚْﻴَﺣ ْﻦِﻣ ُﻪْﻗُﺯْﺮَﻳَﻭ { “Barangsiapa bertakwa kepada Allah
niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar. Dan memberinya
rezki dari arah yang tiada disangka-
sangkanya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3)” Kemudian ada yang bertanya kembali,
“Kami menyaksikan sendiri bahwa di
antara orang yang bertakwa, ada
yang tidak punya apa-apa. Namun
memang ada sebagian lagi yang diberi
banyak rizki.” Jawabannya, ayat tersebut
menunjukkan bahwa orang yang
bertakwa akan diberi rizki dari jalan
yang tak terduga. Namun ayat itu tidak
menunjukkan bahwa orang yang
tidak bertakwa tidak diberi rizki. Bahkan setiap makhluk akan diberi
rizki sebagaimana Allah Ta’ala
berfirman, ِﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَﻠَﻋ ﺎَّﻟﺇ ِﺽْﺭَﺄْﻟﺍ ﻲِﻓ ٍﺔَّﺑﺍَﺩ ْﻦِﻣ ﺎَﻣَﻭ ﺎَﻬُﻗْﺯِﺭ “Dan tidak ada suatu binatang melata
pun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezkinya” (QS. Huud: 6).
Bahkan hamba yang menerjang yang
haram termasuk yang diberi rizki.
Orang kafir tetap diberi rizki padahal rizki itu boleh jadi diperoleh dengan
cara-cara yang haram, boleh jadi juga
dengan cara yang baik, bahkan boleh
jadi pula diperoleh dengan susah
payah. Sedangkan orang yang bertakwa,
Allah memberi rizki pada mereka dari
jalan yang tidak terduga. Rizkinya
tidak mungkin diperoleh dengan cara-
cara yang haram, juga tidak mungkin
rizki mereka dari yang khobits (yang kotor-kotor). Perlu diketahui bahwa orang yang bertakwa tidak mungkin dihalangi dari rizki yang ia butuhkan. Ia hanyalah dihalangi dari materi
dunia yang berlebih sebagai rahmat
dan kebaikan padanya. Karena boleh jadi diluaskannya rizki malah akan membahayakan dirinya. Sedangkan disempitkannya rizki malah mungkin sebagai rahmat baginya. Namun beda halnya dengan keadaan manusia yang
Allah ceritakan, } ُﻪُّﺑَﺭ ُﻩﺎَﻠَﺘْﺑﺍ ﺎَﻣ ﺍَﺫﺇ ُﻥﺎَﺴْﻧِﺈْﻟﺍ ﺎَّﻣَﺄَﻓ ِﻦَﻣَﺮْﻛَﺃ ﻲِّﺑَﺭ ُﻝﻮُﻘَﻴَﻓ ُﻪَﻤَّﻌَﻧَﻭ ُﻪَﻣَﺮْﻛَﺄَﻓ { } ُﻪَﻗْﺯِﺭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ َﺭَﺪَﻘَﻓ ُﻩﺎَﻠَﺘْﺑﺍ ﺎَﻣ ﺍَﺫﺇ ﺎَّﻣَﺃَﻭ ِﻦَﻧﺎَﻫَﺃ ﻲِّﺑَﺭ ُﻝﻮُﻘَﻴَﻓ } { ﺎًّﻠُﻛ { “Adapun manusia apabila Tuhannya
mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya
dan diberi-Nya kesenangan, maka dia
akan berkata: "Tuhanku telah
memuliakanku". Adapun bila
Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: "Tuhanku
menghinakanku”. Sekali-kali tidak
(demikian).” (QS. Al Fajr: 15-16) Senyatanya tidak demikian. Belum
tentu orang yang diluaskan rizkinya, ia
berarti dimuliakan. Sebaliknya orang
yang disempitkan rizkinya, belum
tentu ia dihinakan. Bahkan boleh jadi
seseorang dilapangkan rizki baginya hanya sebagai istidroj (agar ia semakin
terlena dengan maksiatnya). Begitu
pula boleh jadi seseorang disempitkan
rizkinya untuk melindungi dirinya dari
bahaya. Sedangkan jika ada orang
yang sholih yang disempitkan rizkinya, boleh jadi itu karena sebab
dosa-dosa yang ia perbuat
sebagaimana sebagian salaf
mengatakan, ُﻪُﺒﻴِﺼُﻳ ِﺐْﻧَّﺬﻟﺎِﺑ َﻕْﺯِّﺮﻟﺍ ُﻡَﺮْﺤُﻴَﻟ َﺪْﺒَﻌْﻟﺍ َّﻥﺇ “Seorang hamba boleh jadi terhalang
rizki untuknya karena dosa yang ia
perbuat.” Dalam hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, ْﻦِﻣ ُﻪَﻟ ُﻪَّﻠﻟﺍ َﻞَﻌَﺟ َﺭﺎَﻔْﻐِﺘْﺳﺎِﻟﺍ َﺮَﺜْﻛَﺃ ْﻦَﻣ ﺎًﺟَﺮْﺨَﻣ ٍﻖﻴِﺿ ِّﻞُﻛ ْﻦِﻣَﻭ ﺎًﺟَﺮَﻓ ٍّﻢَﻫ ِّﻞُﻛ ُﺐِﺴَﺘْﺤَﻳ ﺎَﻟ ُﺚْﻴَﺣ ْﻦِﻣ ُﻪَﻗَﺯَﺭَﻭ “Barang siapa yang memperbanyak
beristighfar, maka Allah pasti akan
selalu memberikannya jalan keluar
dari setiap kesempitan dan
kelapangan dari segala kegundahan
serta Allah akan memberikan rizki kepadanya dari arah yang tidak ia
sangka-sangka.”[1] Allah Ta’ala telah mengabarkan bahwa
kebaikan itu akan menghapus kejelekan, istighfar adalah sebab datangnya rizki dan berbagai kenikmatan, sedangkan maksiat adalah sebab datangnya musibah dan berbagai kesulitan. (Kita dapat menyaksikan hal tersebut dalam ayat-
ayat berikut ini). Allah Ta’ala berfirman, ْﻦِﻣ ْﺖَﻠِّﺼُﻓ َّﻢُﺛ ُﻪُﺗﺎَﻳَﺁ ْﺖَﻤِﻜْﺣُﺃ ٌﺏﺎَﺘِﻛ ﺮﻟﺍ ٍﺮﻴِﺒَﺧ ٍﻢﻴِﻜَﺣ ْﻥُﺪَﻟ (1) ﺎَّﻟِﺇ ﺍﻭُﺪُﺒْﻌَﺗ ﺎَّﻟَﺃ ٌﺮﻴِﺸَﺑَﻭ ٌﺮﻳِﺬَﻧ ُﻪْﻨِﻣ ْﻢُﻜَﻟ ﻲِﻨَّﻧِﺇ َﻪَّﻠﻟﺍ (2) ِﻪْﻴَﻟِﺇ ﺍﻮُﺑﻮُﺗ َّﻢُﺛ ْﻢُﻜَّﺑَﺭ ﺍﻭُﺮِﻔْﻐَﺘْﺳﺍ ِﻥَﺃَﻭ ٍﻞَﺟَﺃ ﻰَﻟِﺇ ﺎًﻨَﺴَﺣ ﺎًﻋﺎَﺘَﻣ ْﻢُﻜْﻌِّﺘَﻤُﻳ ُﻪَﻠْﻀَﻓ ٍﻞْﻀَﻓ ﻱِﺫ َّﻞُﻛ ِﺕْﺆُﻳَﻭ ﻰًّﻤَﺴُﻣ “Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang
ayat-ayatnya disusun dengan rapi
serta dijelaskan secara terperinci, yang
diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha
Bijaksana lagi Maha Tahu, agar kamu
tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad)
adalah pemberi peringatan dan
pembawa khabar gembira kepadamu
daripada-Nya, dan hendaklah kamu
meminta ampun kepada Tuhanmu dan
bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya
Dia akan memberi kenikmatan yang
baik (terus menerus) kepadamu
sampai kepada waktu yang telah
ditentukan dan Dia akan memberikan
kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan)
keutamaannya” (QS. Huud: 1-3) ﺍًﺭﺎَّﻔَﻏ َﻥﺎَﻛ ُﻪَّﻧِﺇ ْﻢُﻜَّﺑَﺭ ﺍﻭُﺮِﻔْﻐَﺘْﺳﺍ ُﺖْﻠُﻘَﻓ (10) ﺍًﺭﺍَﺭْﺪِﻣ ْﻢُﻜْﻴَﻠَﻋ َﺀﺎَﻤَّﺴﻟﺍ ِﻞِﺳْﺮُﻳ (11) ْﻞَﻌْﺠَﻳَﻭ َﻦﻴِﻨَﺑَﻭ ٍﻝﺍَﻮْﻣَﺄِﺑ ْﻢُﻛْﺩِﺪْﻤُﻳَﻭ ﺍًﺭﺎَﻬْﻧَﺃ ْﻢُﻜَﻟ ْﻞَﻌْﺠَﻳَﻭ ٍﺕﺎَّﻨَﺟ ْﻢُﻜَﻟ (12) “Maka aku katakan kepada mereka:
'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -
sesungguhnya Dia adalah Maha
Pengampun-, niscaya Dia akan
mengirimkan hujan kepadamu
dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan
mengadakan untukmu kebun-kebun
dan mengadakan (pula di dalamnya)
untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh:
10-12) } ِﺔَﻘﻳِﺮَّﻄﻟﺍ ﻰَﻠَﻋ ﺍﻮُﻣﺎَﻘَﺘْﺳﺍ ِﻮَﻟ ْﻥَﺃَﻭ ﺎًﻗَﺪَﻏ ًﺀﺎَﻣ ْﻢُﻫﺎَﻨْﻴَﻘْﺳَﺄَﻟ } { ْﻢُﻬَﻨِﺘْﻔَﻨِﻟ ِﻪﻴِﻓ { “Dan bahwasanya: jikalau mereka
tetap berjalan lurus di atas jalan itu
(agama Islam), benar-benar Kami
akan memberi minum kepada mereka
air yang segar (rezki yang banyak).
Untuk Kami beri cobaan kepada mereka padanya.” (QS. Al Jin: 16-17) ﺍْﻮَﻘَّﺗﺍَﻭ ﺍﻮُﻨَﻣﺁ ﻯَﺮُﻘْﻟﺍ َﻞْﻫَﺃ َّﻥَﺃ ْﻮَﻟَﻭ ِﺀﺎَﻤَّﺴﻟﺍ َﻦِﻣ ٍﺕﺎَﻛَﺮَﺑ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ﺎَﻨْﺤَﺘَﻔَﻟ ﺎَﻤِﺑ ْﻢُﻫﺎَﻧْﺬَﺧَﺄَﻓ ﺍﻮُﺑَّﺬَﻛ ْﻦِﻜَﻟَﻭ ِﺽْﺭَﺄْﻟﺍَﻭ َﻥﻮُﺒِﺴْﻜَﻳ ﺍﻮُﻧﺎَﻛ “Jikalau sekiranya penduduk negeri-
negeri beriman dan bertakwa, pastilah
Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi,
tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat
Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al
A’rof: 96) َﻞﻴِﺠْﻧِﺈْﻟﺍَﻭ َﺓﺍَﺭْﻮَّﺘﻟﺍ ﺍﻮُﻣﺎَﻗَﺃ ْﻢُﻬَّﻧَﺃ ْﻮَﻟَﻭ ْﻦِﻣ ﺍﻮُﻠَﻛَﺄَﻟ ْﻢِﻬِّﺑَﺭ ْﻦِﻣ ْﻢِﻬْﻴَﻟﺇ َﻝِﺰْﻧُﺃ ﺎَﻣَﻭ ْﻢِﻬِﻠُﺟْﺭَﺃ ِﺖْﺤَﺗ ْﻦِﻣَﻭ ْﻢِﻬِﻗْﻮَﻓ “Dan sekiranya mereka sungguh-
sungguh menjalankan (hukum)
Taurat dan Injil dan (Al Quran) yang
diturunkan kepada mereka dari
Tuhannya, niscaya mereka akan
mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka.” (QS. Al Maidah:
66) ْﺖَﺒَﺴَﻛ ﺎَﻤِﺒَﻓ ٍﺔَﺒﻴِﺼُﻣ ْﻦِﻣ ْﻢُﻜَﺑﺎَﺻَﺃ ﺎَﻣَﻭ ٍﺮﻴِﺜَﻛ ْﻦَﻋ ﻮُﻔْﻌَﻳَﻭ ْﻢُﻜﻳِﺪْﻳَﺃ “Dan apa saja musibah yang menimpa
kamu maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan
Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy
Syura: 30) َّﻢُﺛ ًﺔَﻤْﺣَﺭ ﺎَّﻨِﻣ َﻥﺎَﺴْﻧِﺈْﻟﺍ ﺎَﻨْﻗَﺫَﺃ ْﻦِﺌَﻟَﻭ ٌﺭﻮُﻔَﻛ ٌﺱﻮُﺌَﻴَﻟ ُﻪَّﻧﺇ ُﻪْﻨِﻣ ﺎَﻫﺎَﻨْﻋَﺰَﻧ “Dan jika Kami rasakan kepada
manusia suatu rahmat (nikmat) dari
Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut
daripadanya, pastilah dia menjadi
putus asa lagi tidak berterima
kasih.” (QS. Hud: 9) ﺎَﻣَﻭ ِﻪَّﻠﻟﺍ َﻦِﻤَﻓ ٍﺔَﻨَﺴَﺣ ْﻦِﻣ َﻚَﺑﺎَﺻَﺃ ﺎَﻣ َﻚِﺴْﻔَﻧ ْﻦِﻤَﻓ ٍﺔَﺌِّﻴَﺳ ْﻦِﻣ َﻚَﺑﺎَﺻَﺃ “Apa saja nikmat yang kamu peroleh
adalah dari Allah, dan apa saja
bencana yang menimpamu, maka dari
(kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. An
Nisa’: 79) } ْﻢُﻬَّﻠَﻌَﻟ ِﺀﺍَّﺮَّﻀﻟﺍَﻭ ِﺀﺎَﺳْﺄَﺒْﻟﺎِﺑ ْﻢُﻫﺎَﻧْﺬَﺧَﺄَﻓ َﻥﻮُﻋَّﺮَﻀَﺘَﻳ } { ﺎَﻨُﺳْﺄَﺑ ْﻢُﻫَﺀﺎَﺟ ْﺫﺇ ﺎَﻟْﻮَﻠَﻓ َﻦَّﻳَﺯَﻭ ْﻢُﻬُﺑﻮُﻠُﻗ ْﺖَﺴَﻗ ْﻦِﻜَﻟَﻭ ﺍﻮُﻋَّﺮَﻀَﺗ َﻥﻮُﻠَﻤْﻌَﻳ ﺍﻮُﻧﺎَﻛ ﺎَﻣ ُﻥﺎَﻄْﻴَّﺸﻟﺍ ُﻢُﻬَﻟ { “Kemudian Kami siksa mereka dengan
(menimpakan) kesengsaraan dan
kemelaratan, supaya mereka
memohon (kepada Allah) dengan
tunduk merendahkan diri. Maka
mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk
merendahkan diri ketika datang
siksaan Kami kepada mereka, bahkan
hati mereka telah menjadi keras, dan
syaitanpun menampakkan kepada
mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Al An’am:
42-43) Allah Ta’ala telah mengabarkan dalam
kitabnya bahwa Dia akan menguji hamba-Nya dengan kebaikan atau dengan kejelekan. Kebaikan yang dimaksud adalah nikmat dan kejelekan adalah musibah. Ujian ini dimaksudkan agar hamba tersebut teruji sebagai hamba yang bersabar dan bersyukur. Dalam hadits shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻲِﻀْﻘَﻳ ﺎَﻟ ِﻩِﺪَﻴِﺑ ﻲِﺴْﻔَﻧ ﻱِﺬَّﻟَﺍَﻭ َﺲْﻴَﻟَﻭ ُﻪَﻟ ﺍًﺮْﻴَﺧ َﻥﺎَﻛ ﺎَّﻟﺇ ًﺀﺎَﻀَﻗ ِﻦِﻣْﺆُﻤْﻠِﻟ ُﻪْﺘَﺑﺎَﺻَﺃ ْﻥﺇ ِﻦِﻣْﺆُﻤْﻠِﻟ ﺎَّﻟﺇ ِﺪَﺣَﺄِﻟ َﻚِﻟَﺫ ُﻪْﺘَﺑﺎَﺻَﺃ ْﻥِﺇَﻭ ُﻪَﻟ ﺍًﺮْﻴَﺧ َﻥﺎَﻜَﻓ َﺮَﻜَﺷ ُﺀﺍَّﺮَﺳ ُﻪَﻟ ﺍًﺮْﻴَﺧ َﻥﺎَﻜَﻓ َﺮَﺒَﺻ ُﺀﺍَّﺮَﺿ “Demi yang jiwaku berada di tangan-
Nya. Allah tidaklah menetapkan bagi
seorang mukmin suatu ketentuan
melainkan itu baikk baginya. Hal ini
tidaklah mungkin kita jumpai kecuali
pada seorang mukmin. Jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia
bersyukur, maka itu baik baginya. Jika
ia ditimpa suatu bahaya, ia bersabar,
maka itu pun baik baginya.” Demikian penjelasan dari Abul ‘Abbas
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
rahimahullah dalam Majmu’ Al Fatawa
(16/52-54). Semoga bermanfaat dan
dapat sebagai penyejuk hati yang
sedang gundah. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi
tatimmush sholihaat

No comments: