Nonton iklan bentar ya...!!!

Sunday 14 August 2011

PERBEDAAN ANTARAUJIAN DAN AZAB

Mungkin ada dari kita yang bertanya- tanya, bagaimana membedakan antara ujian dan azab? Musibah atau bencana yang menimpa
orang yang beriman yang tidak lalai
dari keimanannya, sifatnya adalah
ujian dan cobaan. Allah ingin melihat
bukti keimanan dan kesabaran kita.
Jika kita bisa menyikapi dengan benar, dan mengembalikan semuanya
kepada Allah, maka Allah akan
memberikan pertolongan dan rahmat
sesudah musibah atau bencana
tersebut. Sebaliknya bagi orang-orang yang
bergelimang dosa dan kemaksiatan,
bencana atau musibah yang
menimpa, itu adalah siksa atau azab
dari Allah atas dosa-dosa mereka.
Apabila ada orang yang hidupnya bergelimang kejahatan dan
kemaksiatan, tetapi lolos dari
bencana/musibah, maka Allah sedang
menyiapkan bencana yang lebih
dahsyat untuknya, atau bisa jadi ini
merupakan siksa atau azab yang ditangguhkan, yang kelak di akhirat-
lah balasan atas segala dosa dan
kejahatan serta maksiat yang
dilakukannya. Sebenarnya yang terpenting bukan
musibahnya, tetapi apa alasan Allah
menimpakan musibah itu kepada kita.
Untuk di ingat, jika musibah itu terjadi,
disebabkan dosa-dosa kita, maka
segera-lah bertobat kepada Allah. Kalau musibah yang terjadi karena
ujian keimanan kita, maka kuatkan
iman dan berpegang teguhlah kepada
Allah. Siapa saja berbuat kebaikan, maka
manfaatnya akan kembali kepadanya.
Sedangkan siapa saja berbuat
kejahatan, maka bencananya juga
akan kembali kepada dirinya sendiri.
Bisa dibalas didunia atau di akhirat. Perhatikan firman allah SWT berikut
ini : ”Barangsiapa mengerjakan
perbuatan jahat, maka dia tidak akan
dibalas melainkan sebanding dengan
kejahatan itu. Dan barangsiapa
mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang
ia dalam keadaan beriman, maka
mereka akan masuk surga, mereka
diberi rezki di dalamnya tanpa hisab”.
(QS. Al Mukmin [40] : 40). Perhatikan juga dengan seksama
firman Allah SWT berikut ini : “Apa saja
nikmat yang kamu peroleh adalah
dari Allah, dan apa saja bencana yang
menimpamu, maka dari (kesalahan)
dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap
manusia. Dan cukuplah Allah menjadi
saksi.” (QS. An Nissa [4] : 79)
Ibnu Katsir mengatakan bahwa
makna “Apa saja nikmat yang kamu
peroleh adalah dari Allah” adalah dari karunia dan kasih sayang Allah SWT.
Sedangkan makna “dan apa saja
bencana yang menimpamu, maka dari
(kesalahan) dirimu sendiri.” Berarti
dari dirimu sendiri dan dari
perbuatanmu sendiri. Berikut beberapa contoh : 1. Musibah bisa jadi sebagai
peringatan Musibah ini diberikan kepada kaum
mukmin yang merosot keimanannya.
Peringatan ini karena kasih sayang
Allah SWT. Misalnya seseorang yang
berada dalam kesempitan
rezki. Kemudian ia bermunajat di malam hari agar Allah memberikannya
keluasan rezeki. Shalat tahajjud, shalat
Dhuha, puasa sunah senin kamis dan
perbaikan ibadah lainnya dengan
semaksimal mungkin. Hingga Allah
SWT memberikan jalan keluar. Bisnisnya berkembang, karyawan
bertambah, kesibukan semakin
meningkat. Tapi justru dikarenaka
sibuknya satu persatu ibadah
sunahnya mulai ia tinggalkan. Shalat-
shalatnya pun semakin tidak khusyu�. Seharusnya bertambahnya nikmat,
membuat ia bertambah syukur
dan semakin dekat dengan Allah,
tetapi yang terjadi adalah sebaliknya,
nikmat bertambah malah
membuatnya semakin jauh dari Allah. Orang ini sebenarnya sedang mengundang datangnya musibah,atau azab Allah. Musibah yang datang kepadanya sebagai
peringatan untuk meningkatkan
kembali keimanannya yang merosot
itu. Bisa saja terjadi tiba-tiba usahanya
macet dan banyak mengalami
kerugian. Akibatnya ia terlilit hutang. Dalam keadaan bangkrut tadi tidak
ada yang mau menolongnya. Ketika
itulah ia kembali kepada Allah untuk
memohon pertolongan dengan cara
memperbaiki ibadah-ibadahnya yang
selama ini sudah tidak ia perhatikan lagi. Tercapailah tujuan musibah yaitu pemberi peringatan. Musibah juga bisa sebagai penggugur
dosa-dosa kita. Perhatikan sabda
Rasulullah saw berikut ini: “Tak
seorang muslim pun yang ditimpa
gangguan semisal tusukan duri atau
yang lebih berat daripadanya, melainkan dengan ujian itu Allah
menghapuskan perbuatan
buruknya serta menggugurkan
dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan daun-
daunnya.” (HR Bukhari dan Muslim). Perhatikan dengan seksama firman
Allah SWT berikut ini : “Dan Sesungguhnya kami merasakan
kepada mereka sebahagian azab
yang dekat (di dunia) sebelum
azab yang lebih besar (di akhirat),
Mudah-mudahan mereka kembali
(ke jalan yang benar).” (QS. As Sajdah : 21) Jadi sebenarnya, Allah SWT menurunkan musibah atau azab pada kita di dunia ini, sebagai peringatan bagi kita, untuk kembali pada kebenaran. 2 Musibah sebagai ujian
keimanan Musibah ini adalah tanda kecintaan
Allah SWT pada seseorang hamba.
Semakin tinggi derajat keimanan dan
kekuatan agama seseorang justru
ujian (musibah) yang menimpanya
akan semakin berat. Perhatikan sabda Nabi SAW berikut ini : Dari Mush�ab
bin Sa�d dari ayahnya. Ayahnya
berkata: Aku bertanya kepada
Rasulullah SAW," Manusia manakah
yang paling berat ujiannya?"
Rasulullah SAW menjawab," Para Nabi, kemudian disusul yang derajatnya
seperti mereka, lalu yang di bawahnya
lagi. Seseorang diuji sesuai keadaan
agamanya. Jika agamanya itu kokoh
maka diperberatlah ujiannya. Jika
agamanya itu lemah maka ujiannya pun disesuaikan dengan agamanya.
Senantiasa ujian menimpa seorang
hamba hingga ia berjalan di muka
bumi tanpa dosa sedikit pun." (HR. al-
Ahmad, al-Tirmidzi dan Ibn
Majah,berkata al-Tirmidzi: hadits hasan shahih) Sedangkan bala atau cobaan maupun
ujian juga telah disebutkan didalam Al
Qur’an seperti tertulis dalam firman
Allah SWT : “Tiap-tiap yang berjiwa
akan merasakan mati. Kami akan
menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya). Dan hanya
kepada Kamilah kamu
dikembalikan.” (QS. Al Anbiya [21] :
35) Cobaan atau ujian yang menimpa
setiap orang dan ini bisa berupa
keburukan atau kebaikan,
kesenangan atau kesengsaraan,
sebagaimana disebutkan pula didalam
firman-Nya yang lain yaitu : “ Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi
beberapa golongan; di antaranya ada
orang-orang yang saleh dan di
antaranya ada yang tidak demikian.
Dan Kami coba mereka dengan
(nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada
kebenaran) (QS. Al A’raf [7] : 168). Sekarang coba tanyakan dengan
jujur pada diri sendiri, bagaimana
keimanan kita terhadap Allah
SWT ? Apabila kita termasuk orang
yang lalai, maka jawaban atas
musibah yang menimpa, adalah sebagai azab dan peringatan atas
kelalaian kita, agar kita sadar dari kelalain kita selama ini. Dan segeralah
bertobat. Dan kalau kita bukan hamba-Nya
yang lalai, maka segala ujian yang
terjadi menimpa kita, adalah
sebagai suatu ujian, dimana dengan
ujian itu, Allah telah menyiapkan
tingkat keimanan yang lebih tinggi untuk kita. Seperti menjadikan kita hamba pilihan-Nya yang sabar. Dan
pahala orang yang sabar sungguh
tanpa batas. Seperti tertulis dalam
firman-Nya : “…..Sesungguhnya hanya
orang-orang yang bersabarlah yang
dicukupkan pahala mereka tanpa batas (Az Zumar [39] : 10) Dengan
kesabaran, akan bisa meraih ridha
Allah, dan ridha Allah adalah
segalanya

No comments: