Nonton iklan bentar ya...!!!

Tuesday 6 September 2011

Istri Shalihah, Keutamaan danSifat-Sifatnya

Apa yang sering diangankan oleh
kebanyakan laki-laki tentang wanita
yang bakal menjadi pendamping
hidupnya? Cantik, kaya, punya
kedudukan, karir bagus, dan baik
pada suami. Inilah keinginan yang banyak muncul. Sebuah keinginan
yang lebih tepat disebut angan-
angan, karena jarang ada wanita yang
memiliki sifat demikian. Kebanyakan
laki-laki lebih memperhatikan
penampilan dzahir, sementara unsur akhlak dari wanita tersebut kurang
diperhatikan. Padahal akhlak dari
pasangan hidupnya itulah yang akan
banyak berpengaruh terhadap
kebahagiaan rumah tangganya. Seorang muslim yang shalih, ketika
membangun mahligai rumah tangga
maka yang menjadi dambaan dan
cita-citanya adalah agar kehidupan
rumah tangganya kelak berjalan
dengan baik, dipenuhi mawaddah wa rahmah, sarat dengan kebahagiaan,
adanya saling ta‘awun (tolong
menolong), saling memahami dan
saling mengerti. Dia juga mendamba
memiliki istri yang pandai
memposisikan diri untuk menjadi naungan ketenangan bagi suami dan
tempat beristirahat dari ruwetnya
kehidupan di luar. Ia berharap dari
rumah tangga itu kelak akan lahir
anak turunannya yang shalih yang
menjadi qurratu a‘yun (penyejuk mata) baginya.
Demikian harapan demi harapan
dirajutnya sambil meminta kepada Ar-
Rabbul A‘la (Allah Yang Maha Tinggi)
agar dimudahkan segala urusannya.
Namun tentunya apa yang menjadi dambaan seorang muslim ini tidak
akan terwujud dengan baik terkecuali
bila wanita yang dipilihnya untuk
menemani hidupnya adalah wanita
shalihah. Karena hanya wanita
shalihah yang dapat menjadi teman hidup yang sebenarnya dalam suka
maupun lara, yang akan membantu
dan mendorong suaminya untuk taat
kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Hanya dalam diri wanita shalihah
tertanam aqidah tauhid, akhlak yang mulia dan budi pekerti yang luhur. Dia
akan berupaya ta‘awun dengan
suaminya untuk menjadikan rumah
tangganya bangunan yang kuat lagi
kokoh guna menyiapkan generasi
Islam yang diridhai Ar-Rahman. Sebaliknya, bila yang dipilih sebagai
pendamping hidup adalah wanita
yang tidak terdidik dalam agama1 dan
tidak berpegang dengan agama,
maka dia akan menjadi duri dalam
daging dan musuh dalam selimut bagi sang suami. Akibatnya rumah tangga
selalu sarat dengan keruwetan,
keributan, dan perselisihan. Istri
seperti inilah yang sering dikeluhkan
oleh para suami, sampai-sampai ada di
antara mereka yang berkata: “Aku telah berbuat baik kepadanya dan
memenuhi semua haknya namun ia
selalu menyakitiku.”
Duhai kiranya wanita itu tahu betapa
besar hak suaminya, duhai kiranya dia
tahu akibat yang akan diperoleh dengan menyakiti dan melukai hati
suaminya….! Namun dari mana
pengetahuan dan kesadaran itu akan
didapatkan bila dia jauh dari
pengajaran dan bimbingan agamanya
yang haq? Wallahu Al-Musta‘an. Keutamaan wanita shalihah
Abdullah bin Amr radhiallahu
'anhuma meriwayatkan sabda
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam: ُﺔَﺤِﻟﺎَّﺼﻟﺍ ُﺓَﺃْﺮَﻤْﻟﺍ ﺎَﻴْﻧُّﺪﻟﺍ ِﻉﺎَﺘَﻣ ُﺮْﻴَﺧَﻭ ٌﻉَﺎﺘَﻣ ﺎَﻴْﻧُّﺪﻟﺍ “Sesungguhnya dunia itu adalah
perhiasan2 dan sebaik-baik perhiasan
dunia adalah wanita shalihah.” (HR.
Muslim no. 1467)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda kepada Umar ibnul Khaththab radhiallahu 'anhu: ُﺀْﺮَﻤْﻟﺍ ُﺰِﻨْﻜَﻳ ﺎَﻣ ِﺮْﻴَﺨِﺑ َﻙَﺮِﺒْﺧُﺃ َﻻَﺃ ، ُﺓَﺃْﺮَﻤْﻟَﺍ ُﺔَﺤِﻟﺎَّﺼﻟﺍ ، ﺎَﻫَﺮَﻣَﺃ ﺍَﺫِﺇَﻭ َﻪْﺗَّﺮَﺳ ﺎَﻬْﻴَﻟِﺇ َﺮَﻈَﻧ ﺍَﺫِﺇ
َﻪْﺘَﻈِﻔَﺣ ﺎَﻬْﻨَﻋ َﺏﺎَﻏ ﺍَﺫِﺇَﻭ َﻪْﺘَﻋﺎَﻃَﺃ “Maukah aku beritakan kepadamu
tentang sebaik-baik perbendaharaan
seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang
bila dipandang akan
menyenangkannya3, bila diperintah4
akan mentaatinya5, dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya.” (HR.
Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh
Muqbil rahimahullah berkata dalam Al-
Jami’ush Shahih 3/57: “Hadits ini
shahih di atas syarat Muslim.”)
Berkata Al-Qadhi ‘Iyyadh rahimahullah: “Tatkala Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam
menerangkan kepada para
sahabatnya bahwa tidak berdosa
mereka mengumpulkan harta selama
mereka menunaikan zakatnya, beliau memandang perlunya memberi kabar
gembira kepada mereka dengan
menganjurkan mereka kepada apa
yang lebih baik dan lebih kekal yaitu
istri yang shalihah yang cantik (lahir
batinnya) karena ia akan selalu bersamamu menemanimu. Bila
engkau pandang menyenangkanmu,
ia tunaikan kebutuhanmu bila engkau
membutuhkannya. Engkau dapat
bermusyawarah dengannya dalam
perkara yang dapat membantumu dan ia akan menjaga rahasiamu.
Engkau dapat meminta bantuannya
dalam keperluan-keperluanmu, ia
mentaati perintahmu dan bila engkau
meninggalkannya ia akan menjaga
hartamu dan memelihara/mengasuh anak-anakmu.” (‘Aunul Ma‘bud, 5/57)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
pernah pula bersabda: ِﺓَﺩﺎَﻌَّﺴﻟﺍ َﻦِﻣ ٌﻊَﺑْﺭَﺃ : ُﺔَﺤِﻟﺎَّﺼﻟﺍ ُﺓَﺃْﺮَﻤْﻟَﺍ ، ُﻊِﺳﺍَﻮْﻟﺍ ُﻦَﻜْﺴَﻤْﻟﺍَﻭ ، ُﺢِﻟﺎَّﺼﻟﺍ ُﺭﺎَﺠْﻟﺍَﻭ ، ُﺐَﻛْﺮَﻤْﻟﺍَﻭ ُّﻲِﻨَﻬْﻟﺍ . ِﺀﺎَﻘّﺸﻟﺍ َﻦِﻣ ٌﻊَﺑْﺭَﺃَﻭ : ُﺀﻮّﺴﻟﺍ ُﺭﺎَﺠْﻟﺍ ، ُﺀﻮُّﺴﻟﺍ ُﺓَﺃْﺮَﻤْﻟَﺍَﻭ ، ُﺀﻮُّﺴﻟﺍ ُﺐَﻛﺮَﻤْﻟﺍَﻭ ، ُﻦَﻜْﺴَﻤْﻟﺍَﻭ
ُﻖِّﻴَّﻀﻟﺍ. “Empat perkara termasuk dari
kebahagiaan, yaitu wanita (istri) yang
shalihah, tempat tinggal yang luas/
lapang, tetangga yang shalih, dan
tunggangan (kendaraan) yang
nyaman. Dan empat perkara yang merupakan kesengsaraan yaitu
tetangga yang jelek, istri yang jelek
(tidak shalihah), kendaraan yang
tidak nyaman, dan tempat tinggal
yang sempit.” (HR. Ibnu Hibban dalam
Al-Mawarid hal. 302, dishahihkan Asy- Syaikh Muqbil dalam Al-Jami’ush
Shahih, 3/57 dan Asy-Syaikh Al Albani
dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-
Shahihah no. 282)
Ketika Umar ibnul Khaththab
radhiallahu 'anhu bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:
“Wahai Rasulullah, harta apakah yang
sebaiknya kita miliki?” Beliau
Shallallahu 'alaihi wa sallam
menjawab: ًﺔَﺟْﻭَﺯَﻭ ﺍًﺮِﻛﺍَﺫ ًﺎﻧﺎَﺴِﻟَﻭ ﺍًﺮِﻛﺎَﺷ ﺎًﺒْﻠَﻗ ْﻢُﻛُﺪَﺣَﺃ ْﺬِﺨَّﺘَﻴِﻟ
ِﺓَﺮِﺧﻵﺍ ِﺮْﻣَﺃ ﻰَﻠَﻋ ْﻢُﻛَﺪَﺣَﺃ ُﻦْﻴِﻌُﺗ ًﺔَﻨِﻣْﺆُﻣ “Hendaklah salah seorang dari kalian
memiliki hati yang bersyukur, lisan
yang senantiasa berdzikir dan istri
mukminah yang akan menolongmu
dalam perkara akhirat.” (HR. Ibnu
Majah no. 1856, dishahihkan Asy- Syaikh Al Albani rahimahullah dalam
Shahih Ibnu Majah no. 1505)
Cukuplah kemuliaan dan keutamaan
bagi wanita shalihah dengan anjuran
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bagi lelaki yang ingin menikah untuk mengutamakannya dari yang
selainnya. Beliau Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda: ُﺓَﺃْﺮَﻤْﻟﺍ ُﺢَﻜْﻨُﺗ :ٍﻊَﺑْﺭََﻷِ ﺎَﻬِﺒَﺴَﺤِﻟَﻭ ﺎَﻬِﻟﺎَﻤِﻟ ﺎَﻬِﻨْﻳِﺪِﻟَﻭ ﺎَﻬِﻟﺎَﻤَﺠِﻟَﻭ . ْﺖَﺑِﺮَﺗ ِﻦْﻳِّﺪﻟﺍ ِﺕﺍَﺬِﺑ ْﺮَﻔْﻇﺎَﻓ
َﻙﺍَﺪَﻳ “Wanita itu dinikahi karena empat
perkara yaitu karena hartanya, karena
keturunannya, karena kecantikannya,
dan karena agamanya. Maka pilihlah
olehmu wanita yang punya agama,
engkau akan beruntung.” (HR. Al- Bukhari no. 5090 dan Muslim no.
1466)
Empat hal tersebut merupakan faktor
penyebabdipersuntingnya seorang
wanita dan ini merupakan
pengabaran berdasarkan kenyataan yang biasa terjadi di tengah manusia,
bukan suatu perintah untuk
mengumpulkan perkara-perkara
tersebut, demikian kata Al-Imam Al-
Qurthubi rahimahullah. Namun dzahir
hadits ini menunjukkan boleh menikahi wanita karena salah satu
dari empat perkara tersebut, akan
tetapi memilih wanita karena
agamanya lebih utama. (Fathul Bari,
9/164)
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “(ِﻦْﻳِّﺪﻟﺍ ِﺕﺍَﺬِﺑ ْﺮَﻔْﻇﺎَﻓ), maknanya: yang sepatutnya bagi
seorang yang beragama dan memiliki
muruah (adab) untuk menjadikan
agama sebagai petunjuk
pandangannya dalam segala sesuatu
terlebih lagi dalam suatu perkara yang akan tinggal lama bersamanya (istri).
Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam memerintahkan untuk
mendapatkan seorang wanita yang
memiliki agama di mana hal ini
merupakan puncak keinginannya.” (Fathul Bari, 9/164)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah
berkata: “Dalam hadits ini ada anjuran
untuk berteman/ bersahabat dengan
orang yang memiliki agama dalam
segala sesuatu karena ia akan mengambil manfaat dari akhlak
mereka (teman yang baik tersebut),
berkah mereka, baiknya jalan mereka,
dan aman dari mendapatkan
kerusakan mereka.” (Syarah Shahih
Muslim, 10/52) Sifat-sifat Istri Shalihah
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: ﺎَﻤِﺑ ِﺐْﻴَﻐْﻠِﻟ ٌﺕﺎَﻈِﻓﺎَﺣ ٌﺕﺎَﺘِﻧﺎَﻗ ُﺕﺎَﺤِﻟﺎَّﺼﻟﺎَﻓ
ُﻪَّﻠﻟﺍ َﻆِﻔَﺣ “Wanita (istri) shalihah adalah yang
taat lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada dikarenakan Allah
telah memelihara mereka.” (An-Nisa:
34)
Dalam ayat yang mulia di atas disebutkan di antara sifat wanita
shalihah adalah taat kepada Allah dan
kepada suaminya dalam perkara yang
ma‘ruf6 lagi memelihara dirinya ketika
suaminya tidak berada di sampingnya.
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa‘di rahimahullah berkata: “Tugas
seorang istri adalah menunaikan
ketaatan kepada Rabbnya dan taat
kepada suaminya, karena itulah Allah
berfirman: “Wanita shalihah adalah
yang taat,” yakni taat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, “Lagi
memelihara diri ketika suaminya tidak
ada.” Yakni taat kepada suami mereka
bahkan ketika suaminya tidak ada
(sedang bepergian, pen.), dia menjaga
suaminya dengan menjaga dirinya dan harta suaminya.” (Taisir Al-Karimir
Rahman, hal.177)
Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam menghadapi permasalahan
dengan istri-istrinya sampai beliau
bersumpah tidak akan mencampuri mereka selama sebulan, Allah
Subhanahu wa Ta'ala menyatakan
kepada Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi
wa sallam: ﺍًﺮْﻴَﺧ ﺎًﺟﺍَﻭْﺯَﺃ ُﻪَﻟِﺪْﺒُﻳ ْﻥَﺃ َّﻦُﻜَﻘَّﻠَﻃ ْﻥِﺇ ُﻪُّﺑَﺭ ﻰَﺴَﻋ
ٍﺕﺎَﺒِﺋﺂﺗ ٍﺕﺎَﺘِﻧﺎَﻗ ٍﺕﺎَﻨِﻣْﺆُﻣ ٍﺕﺎَﻤِﻠْﺴُﻣ َّﻦُﻜْﻨِﻣ
ﺍًﺭﺎَﻜْﺑَﺃَﻭ ٍﺕﺎَﺒِّﻴَﺛ ٍﺕﺎَﺤِﺋﺂﺳ ٍﺕﺍَﺪِﺑﺎَﻋ “Jika sampai Nabi menceraikan
kalian,7 mudah-mudahan Tuhannya
akan memberi ganti kepadanya
dengan istri-istri yang lebih baik
daripada kalian, muslimat, mukminat,
qanitat, taibat, ‘abidat, saihat dari kalangan janda ataupun gadis.” (At-
Tahrim: 5)
Dalam ayat yang mulia di atas
disebutkan beberapa sifat istri yang
shalihah yaitu:
a. Muslimat: wanita-wanita yang ikhlas (kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala),
tunduk kepada perintah Allah ta‘ala
dan perintah Rasul-Nya.
b. Mukminat: wanita-wanita yang
membenarkan perintah dan larangan
Allah Subhanahu wa Ta'ala c. Qanitat: wanita-wanita yang taat
d. Taibat: wanita-wanita yang selalu
bertaubat dari dosa-dosa mereka,
selalu kembali kepada perintah
(perkara yang ditetapkan) Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam walaupun harus meninggalkan apa yang
disenangi oleh hawa nafsu mereka.
e. ‘Abidat: wanita-wanita yang banyak
melakukan ibadah kepada Allah
Subhanahu wa Ta'ala (dengan
mentauhidkannya karena semua yang dimaksud dengan ibadah
kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala di
dalam Al-Qur’an adalah tauhid, kata
Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma).
f. Saihat: wanita-wanita yang
berpuasa. (Al-Jami‘ li Ahkamil Qur’an, 18/126-127, Tafsir Ibnu Katsir,
8/132)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
menyatakan: ﺎَﻬَﺴْﻤَﺧ ُﺓَﺃْﺮَﻤْﻟﺍ ِﺖَّﻠَﺻ ﺍَﺫِﺇ ، ﺎَﻫَﺮْﻬَﺷ ْﺖَﻣﺎَﺻَﻭ ، ﺎَﻬَﺟْﺮَﻓ ْﺖَﻈِﻔَﺣَﻭ ، ﺎَﻬَﺟْﻭَﺯ ْﺖَﻋﺎَﻃَﺃَﻭ ، ﺎَﻬَﻟ َﻞْﻴِﻗ :
ِﺖْﺌِﺷ ِﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ِﺏﺍَﻮْﺑَﺃ ِّﻱَﺃ ْﻦِﻣ َﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ﻲِﻠُﺧْﺩﺍ “Apabila seorang wanita shalat lima
waktu, puasa sebulan (Ramadhan),
menjaga kemaluannya dan taat
kepada suaminya, maka dikatakan
kepadanya: Masuklah engkau ke
dalam surga dari pintu mana saja yang engkau sukai.” (HR. Ahmad 1/191,
dishahihkan Asy-Syaikh Al Albani
rahimahullah dalam Shahihul Jami’ no.
660, 661)
Dari dalil-dalil yang telah disebutkan di
atas, dapatlah kita simpulkan bahwa sifat istri yang shalihah adalah sebagai
berikut:
1. Mentauhidkan Allah Subhanahu wa
Ta'ala dengan mempersembahkan
ibadah hanya kepada-Nya tanpa
menyekutukan-Nya dengan sesuatupun.
2. Tunduk kepada perintah Allah
Subhanahu wa Ta'ala, terus menerus
dalam ketaatan kepada-Nya dengan
banyak melakukan ibadah seperti
shalat, puasa, bersedekah, dan selainnya. Membenarkan segala
perintah dan larangan Allah
Subhanahu wa Ta'ala.
3. Menjauhi segala perkara yang
dilarang dan menjauhi sifat-sifat yang
rendah. 4. Selalu kembali kepada Allah
Subhanahu wa Ta'ala dan bertaubat
kepada-Nya sehingga lisannya
senantiasa dipenuhi istighfar dan
dzikir kepada-Nya. Sebaliknya ia jauh
dari perkataan yang laghwi, tidak bermanfaat dan membawa dosa
seperti dusta, ghibah, namimah, dan
lainnya.
5. Menaati suami dalam perkara
kebaikan bukan dalam bermaksiat
kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan melaksanakan hak-hak suami
sebaik-baiknya.
6. Menjaga dirinya ketika suami tidak
berada di sisinya. Ia menjaga
kehormatannya dari tangan yang
hendak menyentuh, dari mata yang hendak melihat, atau dari telinga yang
hendak mendengar. Demikian juga
menjaga anak-anak, rumah, dan harta
suaminya.
Sifat istri shalihah lainnya bisa kita rinci
berikut ini berdasarkan dalil-dalil yang disebutkan setelahnya:
1. Penuh kasih sayang, selalu kembali
kepada suaminya dan mencari
maafnya.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda : ُﺩْﻭُﺩَﻮْﻟَﺍ ؟ِﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ِﻞْﻫَﺃ ْﻦِﻣ ْﻢُﻜِﺋﺎَﺴِﻨِﺑ ْﻢُﻛُﺮِﺒْﺧُﺃ َﻻَﺃ ﺎَﻬِﺟْﻭَﺯ ﻰَﻠَﻋ ُﺩْﻭُﺆَﻌْﻟﺍ ُﺩْﻮُﻟَﻮْﻟﺍ ، َﺐِﻀَﻏ ﺍَﺫِﺇ ﻰِﺘَّﻟﺍ ﺎَﻬِﺟْﻭَﺯ ِﺪَﻳ ﻲِﻓ ﺎَﻫَﺪَﻳ َﻊَﻀَﺗ ﻰَّﺘَﺣ ْﺕَﺀﺎَﺟ ، ُﻝْﻮُﻘَﺗَﻭ :
ﻰَﺿْﺮَﺗ ﻰَّﺘَﺣ ﺎًﻤْﻀَﻏ ُﻕﻭُﺫَﺃ َﻻ “Maukah aku beritahukan kepada
kalian, istri-istri kalian yang menjadi
penghuni surga yaitu istri yang penuh
kasih sayang, banyak anak, selalu
kembali kepada suaminya. Di mana
jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya
pada tangan suaminya seraya
berkata: “Aku tak dapat tidur sebelum
engkau ridha.” (HR. An-Nasai dalam
Isyratun Nisa no. 257. Silsilah Al-
Ahadits Ash Shahihah, Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah, no. 287)
2. Melayani suaminya (berkhidmat
kepada suami) seperti menyiapkan
makan minumnya, tempat tidur,
pakaian, dan yang semacamnya.
3. Menjaga rahasia-rahasia suami, lebih-lebih yang berkenaan dengan
hubungan intim antara dia dan
suaminya. Asma’ bintu Yazid
radhiallahu 'anha menceritakan dia
pernah berada di sisi Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika itu kaum lelaki dan wanita sedang
duduk. Beliau Shallallahu 'alaihi wa
sallam bertanya: “Barangkali ada
seorang suami yang menceritakan
apa yang diperbuatnya dengan
istrinya (saat berhubungan intim), dan barangkali ada seorang istri yang
mengabarkan apa yang diperbuatnya
bersama suaminya?” Maka mereka
semua diam tidak ada yang
menjawab. Aku (Asma) pun
menjawab: “Demi Allah! Wahai Rasulullah, sesungguhnya mereka
(para istri) benar-benar
melakukannya, demikian pula mereka
(para suami).” Beliau Shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda: ﺍﻮُﻠَﻌْﻔَﺗ َﻼَﻓ ، َﻲِﻘَﻟ ِﻥﺎَﻄْﻴَّﺸﻟﺍ ُﻞْﺜِﻣ َﻚِﻟَﺫ ﺎَﻤَّﻧِﺈَﻓ
ُﺱﺎَّﻨﻟﺍَﻭ ﺎَﻬَﻴِﺸَﻐَﻓ ٍﻖْﻳِﺮَﻃ ﻲِﻓ ًﺔَﻧﺎَﻄْﻴَﺷ
َﻥْﻭُﺮُﻈْﻨَﻳ “Jangan lagi kalian lakukan, karena
yang demikian itu seperti syaithan
jantan yang bertemu dengan syaitan
betina di jalan, kemudian digaulinya
sementara manusia
menontonnya.” (HR. Ahmad 6/456, Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah
dalam Adabuz Zafaf (hal. 63)
menyatakan ada syawahid
(pendukung) yang menjadikan hadits
ini shahih atau paling sedikit hasan)
4. Selalu berpenampilan yang bagus dan menarik di hadapan suaminya
sehingga bila suaminya memandang
akan menyenangkannya. Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: ُﺀْﺮَﻤْﻟﺍ ُﺰِﻨْﻜَﻳ ﺎَﻣ ِﺮْﻴَﺨِﺑ َﻙَﺮِﺒْﺧُﺃ َﻻَﺃ ، ُﺓَﺃْﺮَﻤْﻟَﺍ ُﺔَﺤِﻟﺎَّﺼﻟﺍ ، ﺎَﻫَﺮَﻣَﺃ ﺍَﺫِﺇَﻭ َﻪْﺗَّﺮَﺳ ﺎَﻬْﻴَﻟِﺇ َﺮَﻈَﻧ ﺍَﺫِﺇ
َﻪْﺘَﻈِﻔَﺣ ﺎَﻬْﻨَﻋ َﺏﺎَﻏ ﺍَﺫِﺇَﻭ َﻪْﺘَﻋﺎَﻃَﺃ “Maukah aku beritakan kepadamu
tentang sebaik-baik perbendaharaan
seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang
bila dipandang akan
menyenangkannya, bila diperintah
akan mentaatinya dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya”. (HR.
Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh
Muqbil rahimahullah berkata dalam Al-
Jami’ush Shahih 3/57: “Hadits ini
shahih di atas syarat Muslim.”)
5. Ketika suaminya sedang berada di rumah (tidak bepergian/ safar), ia
tidak menyibukkan dirinya dengan
melakukan ibadah sunnah yang
dapat menghalangi suaminya untuk
istimta‘ (bernikmat-nikmat)
dengannya seperti puasa, terkecuali bila suaminya mengizinkan. Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: َّﻻِﺇ ٌﺪِﻫﺎَﺷ ﺎَﻬُﺟْﻭَﺯَﻭ َﻡﻮُﺼَﺗ ْﻥَﺃ ِﺓَﺃْﺮَﻤْﻠِﻟ ُّﻞِﺤَﻳ َﻻ
ِﻪِﻧْﺫِﺈِﺑ “Tidak halal bagi seorang istri
berpuasa (sunnah) sementara
suaminya ada (tidak sedang
bepergian) kecuali dengan izinnya”.
(HR. Al-Bukhari no. 5195 dan Muslim
no. 1026) 6. Pandai mensyukuri pemberian dan
kebaikan suami, tidak melupakan
kebaikannya, karena Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah
bersabda: “Diperlihatkan neraka
kepadaku, ternyata aku dapati kebanyakan penghuninya adalah
kaum wanita yang kufur.” Ada yang
bertanya kepada beliau: “Apakah
mereka kufur kepada Allah?” Beliau
menjawab: “Mereka mengkufuri suami
dan mengkufuri (tidak mensyukuri) kebaikannya. Seandainya salah
seorang dari kalian berbuat baik
kepada seorang di antara mereka
(istri) setahun penuh, kemudian dia
melihat darimu sesuatu (yang tidak
berkenan baginya) niscaya dia berkata: “Aku tidak pernah melihat
darimu kebaikan sama sekali.” (HR. Al-
Bukhari no. 29 dan Muslim no. 907)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
juga pernah bersabda: َﻲِﻫَﻭ ﺎَﻬِﺟْﻭَﺰِﻟ ُﺮُﻜْﺸَﺗ َﻻ ٍﺓَﺃَﺮْﻣﺍ ﻰَﻟِﺇ ُﻪﻠﻟﺍ ُﺮُﻈْﻨَﻳ َﻻ
ُﻪْﻨَﻋ ﻲِﻨْﻐَﺘْﺴَﺗ َﻻ “Allah tidak akan melihat kepada
seorang istri yang tidak bersyukur
kepada suaminya padahal dia
membutuhkannya.” (HR. An-Nasai
dalam Isyratun Nisa. Silsilah Al-Ahadits
Ash-Shahihah no. 289) 7. Bersegera memenuhi ajakan suami
untuk memenuhi hasratnya, tidak
menolaknya tanpa alasan yang syar‘i,
dan tidak menjauhi tempat tidur
suaminya, karena ia tahu dan takut
terhadap berita Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam: ُﻪَﺗَﺃَﺮْﻣﺍ ﻮُﻋْﺪَﻳ ٍﻞُﺟَﺭ ْﻦِﻣ ﺎَﻣ ِﻩِﺪَﻴِﺑ ﻲِﺴْﻔَﻧ ﻱِﺬَّﻟﺍَﻭ
ﻲِﻓ ﻱِﺬَّﻟﺍ َﻥﺎَﻛ َّﻻِﺇ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ﻰَﺑْﺄَﺘَﻓ ِﻪِﺷﺍَﺮِﻓ ﻰَﻟِﺇ
ﺎَﻬْﻨَﻋ ﻰَﺿْﺮَﻳ ﻰَّﺘَﺣ ﺎَﻬْﻴَﻠَﻋ ﺎًﻄِﺧﺎَﺳ ِﺀﺎَﻤَّﺴﻟﺍ “Demi Dzat yang jiwaku berada di
tangan-Nya, tidaklah seorang suami
memanggil istrinya ke tempat tidurnya
lalu si istri menolak (enggan)
melainkan yang di langit murka
terhadapnya hingga sang suami ridha padanya.” (HR. Muslim no.1436) ﺎَﻬْﺘَﻨَﻌَﻟ ﺎَﻬِﺟْﻭَﺯ َﺵﺍَﺮِﻓ ًﺓَﺮِﺟﺎَﻬُﻣ ُﺓَﺃْﺮَﻤْﻟﺍ ِﺖَﺗﺎَﺑ ﺍَﺫِﺇ
َﻊِﺟْﺮَﺗ ﻰَّﺘَﺣ ُﺔَﻜِﺋَﻼَﻤْﻟﺍ “Apabila seorang istri bermalam dalam
keadaan meninggalkan tempat tidur
suaminya, niscaya para malaikat
melaknatnya sampai ia kembali (ke
suaminya).” (HR. Al-Bukhari no. 5194
dan Muslim no. 1436) Demikian yang dapat kami sebutkan
dari keutamaan dan sifat-sifat istri
shalihah, mudah-mudahan Allah
Subhanahu wa Ta'ala memberi taufik
kepada kita agar dapat menjadi
wanita yang shalihah, amin. 1 Atau ia belajar agama namun tidak
mengamalkannya
2 Tempat untuk bersenang-senang
(Syarah Sunan An-Nasai oleh Al-Imam
As-Sindi rahimahullah, 6/69)
3 Karena keindahan dan kecantikannya secara dzahir atau
karena bagusnya akhlaknya secara
batin atau karena dia senantiasa
menyibukkan dirinya untuk taat dan
bertakwa kepada Allah Subhanahu
wa Ta'ala (Ta‘liq Sunan Ibnu Majah, Muhammad Fuad Abdul Baqi, Kitabun
Nikah, bab Afdhalun Nisa, 1/596,
‘Aunul Ma‘bud, 5/56)
4 Dengan perkara syar‘i atau perkara
biasa (‘Aunul Ma‘bud, 5/56)
5 Mengerjakan apa yang diperintahkan dan melayaninya
(‘Aunul Ma‘bud, 5/56)
6 Bukan dalam bermaksiat kepada
Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena
tidak ada ketaatan kepada makhluk
dalam bermaksiat kepada Al-Khaliq. 7 Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha
Mengetahui bahwasanya Nabi-Nya
tidak akan menceraikan istri-istrinya
(ummahatul mukminin), akan tetapi
Allah Subhanahu wa Ta'ala
mengabarkan kepada ummahatul mukminin tentang kekuasaan-Nya,
bila sampai Nabi menceraikan mereka,
Dia akan menggantikan untuk beliau
istri-istri yang lebih baik daripada
mereka dalam rangka menakuti-
nakuti mereka. Ini merupakan pengabaran tentang qudrah Allah
Subhanahu wa Ta'ala dan ancaman
untuk menakut-nakuti istri-istri Nabi ,
bukan berarti ada orang yang lebih
baik daripada shahabat Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam (Al-Jami‘ li Ahkamil Qur’an, 18/126) dan bukan
berarti istri-istri beliau tidak baik
bahkan mereka adalah sebaik-baik
wanita. Al-Qurthubi rahimahullah
berkata: “Permasalahan ini dibawa
kepada pendapat yang mengatakan bahwa penggantian istri dalam ayat ini
merupakan janji dari Allah Subhanahu
wa Ta'ala untuk Nabi-Nya Shallallahu
'alaihi wa sallam, seandainya beliau
menceraikan mereka di dunia Allah
Subhanahu wa Ta'ala akan menikahkan beliau di akhirat dengan
wanita-wanita yang lebih baik
daripada mereka.” (Al-Jami‘ li Ahkamil
Qur’an, 18/127)

No comments: