Nonton iklan bentar ya...!!!

Saturday 3 September 2011

laki2 harus bertanggung jawab di hadapan allah swt

“Dan di antara tanda-tanda
keagungan Allah adalah Dia
menciptakan bagimu dari
jenismu sendiri pasangan-
pasangan, supaya kamu hidup
tentram bersamanya; dan dijadikan Allah bagimu cinta dan
kasih sayang. Sesungguhnya
dalam hal itu terdapat tanda-
tanda bagi orang yang mau
berfikir (Qs.30:21). Menyimak rangkaian sebelum
ayat ini, Allah swt. menyatakan
bahwa semua ciptaanNya itu
hanya untuk kebahagiaan
manusia, termasuk keberadaan
pasangan kita. Allah tahu adanya getar dan bisik rindu dalam hati
kita, maka itu diciptakanlah bagi
kita pasangannya. Mengapa?
Karena kita tak mampu hidup
sendiri. Acapkali kita
memerlukan seseorang yang mau berdiri di samping kita
untuk menentramkan kita. Kita
perlu seseorang yang mau
mendengar bukan saja kata
yang diungkapkan, tetapi jeritan
hati yang tidak terungkapkan. Acap kali kita diharu-biru
persoalan hidup, dihempas
gelombang lautan kehidupan,
diguncang topan-badai, yang
menggambarkan betapa
nestapanya kehidupan kita ini. Pada saat itulah, kita butuh
seseorang yang mampu untuk
meniupkan kedamaian,
menopang tubuh yang lemah,
memperkuat hati dan jiwa kita.
Hidup ini tidak mudah, karena hidup merupakan jalan yang
mendaki, berbatu dan terjal,
penuh onak dan duri, banyak
tantangan, rintangan yang harus
kita lalui. Acapkali kita putus asa
menghadapinya, karena tidak tahu bagaimana jalan keluarnya. Di sinilah Allah tidak
menghendaki kita putus asa dan
frustasi. Di sinilah Allah
menghendaki kita hidup
bahagia, karena itulah Allah
menciptakan bagi kita pasangan yang diikat oleh ikatan suci, yaitu
akad nikah. Melalui ijab dan
qabul terjadilah perubahan
besar: yang haram menjadi halal,
yang maksiat menjadi kesucian,
kebebasan menjadi tanggung jawab. Begitu besar perubahan
yang terjadi sehingga Al Quran
menyebut hal ini dengan
mitsaqan ghalidhan (perjanjian
yang berat). Ananda, Peristiwa akad nikah bukan
merupakan perkara kecil di
hadapan Allah. Akad ini sama
tingginya dengan perjanjian para
rasul, sama dahsyatnya dengan
perjanjian Bani Israil yang digantungkan di atas mereka
bukit Thursina. Peristiwa ini tidak
hanya disaksikan oleh kedua
orang tua, kerabat, para sahabat
anda; tetapi disaksikan oleh para
malaikat, dan terutama oleh Allah Rabbul alamin, Sang Penguasa
alam semesta. Jika ananda sia-siakan perjanjian
ini, jika ananda cerai-beraikan
ikatan yang sudah terpatri ini,
maka bukan saja ananda harus
bertanggung jawab kepada
mereka yang hadir saat ini, tetapi ananda harus bertanggung
jawab di hadapan Allah swt. Oleh
sebab itu Rasulullah saw.
bersabda: “laki-laki adalah
pemimpin di tengah keluarganya
dan ia harus bertanggung jawab atas kepemimpinannya itu.
Wanita adalah pemimpin di
rumah suaminya dan ia harus
bertanggung jawab ata
kepemimpinan-nya itu” (HR.
Bukhari dan Muslim). Oleh sebab itu Rasulullah saw. mengukur
baik-buruknya seseorang itu
dari cara ia memperlakukan
keluarganya. “Yang paling baik
di antara kalian adalah yang
paling baik dan paling lembut terhadap keluarganya” Tentu kita bertanya, mengapa
Allah dan RasulNya mewasiatkan
agar kita memelihara akad nikah
yang suci ini? Mengapa
kebaikkan manusia diukur dari
cara ia memperlakukan keluarganya? Mengapa suami-
isteri harus bertanggung jawab
di hadapan Allah? Jawabnya
sederhanya, yaitu Karena Allah
tahu bahwa kebahagiaan dan
penderitaan manusia sangat tergantung pada hubungan
mereka dengan orang-orang
yang mereka cintai, yaitu
keluarganya. Jika di dunia ini
terdapat surga maka surga itu
adalah pernikahan yang bahagia; tetapi jika di dunia ini
terdapat neraka maka neraka itu
adalah pernikahan yang gagal. Ananda, izinkan saya
menyampaikan amanat, pertama
kepada ananda yang harus
memikul wasiat nabi: 1. Niatkan pernikahan ini
untuk ibadah. Jangan
sekali-kali karena
kecantikan atau
ketampanannya. Atau
karena harta-kekayaan, pangkat-jabatan, dan
kedudukan. Cantik dan
akan dimakan usia, tidak
abadi. Harta benar sulit
dicari, tapi gampang
pergi dan hilangnya. Pangkat dan jabatan sulit
diperoleh, tetapi mudah
sirnanya. Oleh sebab itu,
niatkan nikah ini untuk
ibadah, sebab dengan
ibadah akan tercipta sakinah wa rahmah,
ketentraman lahir dan
batin. Yakinlah.
Perhatikan nasihat
Luqmanul Hakim kepada
anaknya: ” Wahai anakku, sesungguhnya
dunia ini bagaikan
samudera sangat yang
sangat luas dan dalam.
Telah banyak orang yang
karam dan tenggelam di dalamnya. Maka
jadikanlah ketaqwaan
kepada Allah SWT.
sebagai perahu dalam
mengarungi lautan
tersebut.” Dunia acapkali menipu dan hanyalah
fatamorgana, ketiadaan
keimanan dan
ketakwaan
menyebabkan manusia
kehilangan pegangan dalam hidupnya. Ia akan
terombang-ambing
dalam lautan nafsu yang
selalu haus minta untuk
dipenuhi. Keimanan dan
ketaqwaan memberikan arah, bahwa hidup ini
sementara dan ada
akhirnya. Hidup ini
adalah hanya untuk
beribadah kepadaNya,
karena Dia adalah tujuan dari segalanya. Jadikan
iman-islam dan taqwa
sebagai perahu kita,
karena kita akan selamat
sampai ke tujuan. 2. Ananda, pernikahan itu
adalah tanggung jawab
dan cermin. Perlakukan
isteri dengan ma’ruf,
dengan yang terbaik.
Ananda, seorang isteri yang akan mendampingi
hidup ananda bukanlah
segumpal daging yang
dapat ananda kerat
dengan tindakan
semena-mena. Ia bukan pula budak belian atau
pembantu yang dapat
diperlakukan dengan
sewenang-wenang. Ia
adalah wanita yang Allah
anugerahkan untuk menjadikan hidup
ananda bermakna. Ia
adalah amanah Allah
yang harus
dipertanggung
jawabkan. Rasulullah bersabda: “Ada dua dosa
yang didahulukan
siksanya di dunia, yaitu
albaghyu dan durhaka
kepada orang tua” (HR.
Turmudzi, Bukahri dan Thabrani). Al Baghyu
adalah berbuat
sewenang-wenang,
berbuat zalim, dan
mengananiaya orang
lain; dan Al baghyu yang paling dimurkai adalah
berbuat zalim terhadap
isteri sendiri. Termasuk Al
baghyu adalah
menelantarkan isteri,
menyakiti hatinya, merampas kehangatan
cintanya, merendahkan
kehormatannya,
mengabaikannya dalam
mengambil keputusan,
dan mencabut haknya untuk memperoleh
kebahagiaan hidup
bersama ananda. Karena
itulah Rasulullah saw.
mengukur tinggi -
rendahnya martabat seorang laki-laki adalah
dari cara ia bergaul
dengan isterinya.
“Tidaklah memuliakan
wanita kecuali laki-laki
mulia dan tidaklah merendahkan wanita
kecuali laki-laki yang
rendah juga”. 3. Hormati orang tua dan
mertua. Agama
memerintahkan kita
untuk mem-perlakukan
keduanya dengan
sebaik-baiknya. Karena berkat merekalah kita
ada. Kewajiban kita
terhadap keduanya
adalah menjaga
keduanya dan
mendoakan keduanya agar Allah melindungi
mereka, mengampuni
setiap kesalahan mereka,
memberikan kasih
sayangNya kepada
mereka. Berdoalah khusus untuk keduanya. 4. Jika suatu saat kelak
Allah menganugerahkan
keturunan maka didiklah
mereka dengan ajaran
agama. Jadikanlah dan
didiklah anak-anak sebagai generasi Rabbiy
Radliya (generasi yang
Allah ridlai). 5. Ananda harus memiliki
planning (rencana)
rumah tangga.
Jadikanlah RT sebagai
rumah ibadah,
pendidikan keluarga, sosial, perjuangan
mengemban amanah
Islam. Bukalah pintu
rumah kita untuk
siapapun yang berharap
pertolongan kita, jangan tutup rapat pintu
rumahmu. Karena Allah
akan meudahkan hidup
kita selama kita
memudahkan urusan
orang lain. 6. Bangun segala hal dalam
rumah tangga dengan
asas ajaran agama;
bukan dengan asas
materi atau kepentingan.
Dengan asas agama, kita akan hidup dan beramal
dnegan keikhlasan-
ketulusan. Tapi dengan
asas yang lain akan
menjadikan hidup kita
lelah dan letih dan menjadikan kita nestapa,
karena kepentingan
tidak pernah habisnya. Ananda dengan seizin ananda,
perkenankanlah saya sekarang
menyampaikan wasiat Rasulullah
saw. kepada wanita yang berada
di samping anda. Rasul bersabda:
“Seandainya aku boleh memerintahkan manusia
bersujud kepada manusia
lainnya, maka akan aku
perintahkan isteri untuk
bersujud kepada suaminya,
karena besarnya hak suami yang dianugerahkan Allah atas
mereka” (HR. Abu Daud, Al
Hakim, dan Turmudzi). Banyak isteri menuntut suami
agar membahagiakan mereka.
Jarang terpikirkan bagaimana ia
berusaha membahagiakan
suaminya. Cinta dan kasih
sayang tumbuh dalam suasana memberi, bukan mengambil.
Cinta adalah sharing (saling
berbagi). Anda tidak akan
memperoleh cinta jika yang anda
tebarkan itu adalah kebencian.
Anda tidak akan memetik kasih sayang jika yang anda tanamkan
adalah kemarahan. Anda tidak
akan meraih ketenangan jika
yang anda suburkan adalah
dendam dan kekecewaan. Ananda, Anda boleh memberi
apa saja yang ananda miliki.
Tetapi buat suami anda, tidak ada
pemberian isteri yang paling
indah dan membahagiakan hati
selain hati yang selalu siap berbagi kesenangan dan
penderitaan. Di Luar, suami anda
menemukan wajah-wajah tegar,
kasar, mata-mata tajam, ucapan
kasar, dan pergumulan hidup
yang sangat berat. Ia ingin ketika kembali ke rumah,
ditemukannya wajah yang ceria,
ucapan yang lembut,dan ia
berlindung di dalam keteduhan
kasih sayang anda. Suami anda
ingin mencairkan seluruh beban jiwa raganya dengan
kehangatan kasih sayang anda.
Rasul yang mulai bersabda:
“Isteri yang paling baik adalah
yang paling membahagiakanmu
jika kamu memandangnya, yang mematuhimu jika kamu
menyuruhnya, dan memelihara
kehormatan dirinya dan hartamu
jika kamu tidak ada (di
rumah)” (HR. Thabrani). Rasul
yang mulia bersabda bahwa surga terletak di bawah kaki
kaum ibu. Apakah rumah tangga
yang anda bangun hari ini akan
menjadi surga ataukah neraka,
semua itu tergantung kepada
anda sebagai Ibu Rumah tangga. Rumah tangga akan menjadi
surga jika di situ anda hiaskan
kesabaran, kesetiaan, dan
kesucian. Ananda, jika kelak perahu RT
anda bertabrakan dengan kerikil
tajam, jika impian indah berganti
dengan kepahitan, jika harapan
diguncang cobaan; kami (yang
hadir si sini) ingin melihat anda tetap teguh berada di samping
suami anda tercinta. Anda tetap
tersenyum walaupun langit
semakin mendung. Pada saat
seperti itu, mungkin tidak ada
yang paling menyejukkan suami anda selain melihat isterinya
bangun malam, shalat malam dan
duduk di atas sajadah; sujud
memohon pertolongan Allah.
Suaranya gemetar, ia sedang
bermohon agar Allah menganugerahkan pertolongan
bagi suaminya. Pada saat seperti
itu, suami anda akan
mengangkat tangan ke langit
dan bersamaan dengan tetes-
tetes air matanya ia berdoa: “Yaa Allah, karunikanlah kami isteri
dan keturunan kami yang
menentramkan hati kami dan
jadikanlah kami penghulu orang
bertakwa” Ananda, membangun rumah itu
jelas berbeda dengan membina
dan membangun rumah tangga.
Dalam membangun rumah, asal
punya dana, buat perencanaan,
lalu panggil tukang insinyur, maka rumah pun akan terwujud
dengan mudah. Adapun,
membangun dan membina
rumah tangga jelas sangat sulit.
Dalam membangun rumah
tangga terdapat banyak aspek yang harus diperhatikan, di
antaranya ada segenggam cinta,
ada sejumput rindu, ada sekilas
cemburu, ada rasa benci, dan ada
sejuta rasa yang lain. Itu bahan-bahan komponen.
Tinggal kepandaian meramunya
bagaimana? Seperti sebuah
masakan, ada garam, ada gula,
ada pedas, ada asam, ada manis.
Jika satu komponen lebih banyak dari yang lain maka akan
terasa pedas, asin, dll. Niatkan nikah untuk ibadah.
Jangan sekali-kali karena
kecantikan atau ketampanannya.
Atau harta, kekayayaan, pangkat
dan kedudukan. Cantik dan
ganteng akan dimakan usia, tidak abadi. Harta sulit dicari
gampang perginya dan
hilangnyta. Pangkat dan jabtan
sulit diperoleh dan gampang
turun. Oleh sebab itu, niatkan
untuk ibadah, sebab dengan ibadah akan tercipta sakinah wa
rahmah. Nasihat Luqmanul Hakim sepada
anaknya: ” Wahai anaku,
sesungguhnya dunia itu
bagaikan samudera sangat luas
dan dalam. Telah banyak orang
yang karam dan tenggelam di dalamnya. Maka jadikanlah
Ketaqwaan kepada Allah sebagai
perahu dalam mengarungi lautan
tersebut.” Perhatikan rumah tangga Charles
dan Lady Di, setgala ada dan
tersedia, tetapi berantakan. Untuk membina RT perlu rumus.
Nabi menyatakan: ”Innnaloha
idza arada bi ahli baitin khairan:
faq qahahum fid diin, ”
Sesungguhnya Allah jika
menghendaki kebaikan bagi seuah rumah tangga hidup
bahagia, maka keluarga itru
memamhami mengetahui dan
mau mengamalkan ajaran
agama, suami menyayangi istri
dan istri patuh pada suami”

No comments: