“Bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS at-Taubah /9: 105).
Nonton iklan bentar ya...!!!
Sunday, 15 January 2012
Tanpa Dicintai dan Mencintai.
Ketika aku mencintai seseorang, aku
ingin yang terbaik bagi kebahagian
seseorang itu. Walau itu berarti, dia
berbahagia dengan orang selain
diriku. Bagiku itu bukan suatu
masalah. Malah aku merasa senang, bahagia yang sulit untuk dijelaskan. Seseorang yang aku cintai pernah
bertanya kepadaku, mengapa aku
selalu meminta dia untuk menyukai
seseorang yang sedang dia cintai?
Dalam artian, mengapa aku tidak
memintanya untuk mencintai diriku sendiri. Aku cuma ingin dia mencintaiku
dengan setulus hati. Ketika di dalam
hatinya aku mampu meraba ada
orang lain di dalam sana, aku ingin
dia menuntaskan dulu segala
kegilaannya. Aku ingin dia mencerna, dia berpuas berjuang untuk cintanya.
Saat dia telah lelah, saat dia telah
berputus asa, saat itu ada aku di sana.
Masih terus mencintainya. Bagiku tidak masalah, ketika aku
mencintai seseorang tanpa orang itu
mencintai diriku. Sama sekali bukan
masalah. Yang menjadi masalah
adalah ketika kami sudah saling
berikrar untuk sehidup-semati atas jawaban cinta, ketika itu dalam hati-
hati kami muncul pengkhianatan. Itu
yang menjadi masalah. Namun,
sebelum ucap kata itu tiba, aku ingin
segalanya menjadi jelas, terang, dan
sejujur-jujurnya. Aku tidak pernah meminta dia
mencintai diriku. Yang aku ingin
cuma satu, dia tahu bahwa aku
mencintai dirinya. Dulu sekali, ketika aku mencintai
dirinya. Saat itu dia tidaklah mencintai
diriku. Saat itu, seseorang telah
merambas satu bagian dari hatinya.
Bagiku itu bukan suatu masalah. Saat ini, ketika aku mencintai dirinya.
Dan ada desiran-desiran hati yang
sama juga ada di hatinya namun dia
ragu dengan rasa itu. Walau di dalam
hatinya nama yang dulu masih begitu
menjajah. Mengapa sekarang bagiku menjadi masalah? Tidak! Itu sama
sekali bukan masalah. Dulu ketika aku mencintai tanpa
engkau mencintaiku, sekarang juga
sama ketika engkau belum juga
mampu tulus mencintaiku, bagiku
bukan masalah. Akulah yang
mencintaimu tanpa harus engkau belajar mencintaiku. Kalau pun engkau bertanya,
mengapa aku mencintaimu? Apa
yang harus aku jawab, selain bahwa
namamu telah tertulis dalam catatan
takdirku. Ketika alasan-alasan kecantikan
hadir, atau ketika kebaikan, atau
kepintaran, kesempurnaan, itu
hanyalah alasan-alasan yang hadir
ketika suatu takdir tersedia untuk
dibentuk. Kadang aku berpikir. Ribuan
kilometer jarak kita. Wajahmu dan
wajahku tak pernah saling bertemu.
Namun, mengapa aku bisa cinta?
Terkadang, takdir memang teramat
gila. Aku akan tetap sama: mencintaimu tanpa harus engkau cintai.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment