Nonton iklan bentar ya...!!!

Saturday 23 April 2011

Keutamaan ilmu tauhid

Dari Utsman bin Affan
radhiyallahu’anhu, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan
mengetahui bahwa tidak ada yang
sesembahan -yang benar- selain
Allah, niscaya masuk surga. ” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim [2/64]) Hadits yang agung ini mengandung
banyak pelajaran, di antaranya: 1. Ilmu -mengetahui maksudnya-
merupakan salah satu syarat la ilaha
illallah (lihat at-Tanbihat al-
Mukhtasharah, hal. 43). Maknanya,
jika seseorang mengucapkan la ilaha
illallah tanpa mengerti maknanya maka syahadatnya belum bisa
diterima. 2. Yang dimaksud dengan ilmu di sini
adalah ilmu yang melahirkan amalan.
Dia mengetahui bahwa sesembahan
yang benar hanya Allah dan dia pun
menyembah-Nya serta tidak
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dalilnya adalah
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang lain,
“Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan tidak mempersekutukan
Allah dengan sesuatu apapun maka
dia akan masuk surga. Dan
barangsiapa yang meninggal dalam
keadaan mempersektukan Allah
dengan sesuatu apapun maka dia akan masuk neraka. ” (HR. Muslim dari Jabir bin Abdullah
radhiyallahu’anuma, lihat Syarh Muslim [2/164-165]) 3. Hadits ini menunjukkan betapa tinggi
keutamaan ilmu tauhid. Karena ilmu
tentang tauhid inilah yang akan
mengantarkan seorang hamba
menuju surga-Nya. Dengan syarat
orang tersebut harus mengamalkannya dan tidak
melakukan pembatalnya. Orang yang
tidak melakukan kesyirikan -dan dosa
lain yang serupa- pasti masuk surga
(lihat Syarh Muslim [2/168]) 4. Hadits ini menunjukkan bahwa orang
musyrik di akherat kelak kekal di
dalam neraka. Sama saja apakah dia
itu berasal dari kalangan Ahli Kitab;
Yahudi dan Nasrani, pemuja berhala
ataupun segenap golongan orang kafir yang lainnya. Bahkan hukum ini
-kekal di neraka- juga berlaku umum
bagi mereka yang memeluk agama
selain Islam ataupun mengaku Islam
padahal telah dihukumi kekafiran
akibat tindakan kemurtadan yang dilakukannya kemudian mati di atas
keyakinannya tersebut (lihat Syarh
Muslim [2/168]) 5. Hadits ini menunjukkan bahwa pahala
bagi amalan manusia di akherat nanti
ditentukan di saat akhir
kehidupannya. Innamal a’malu bil khawatim. 6. Hadits ini menunjukkan tidak
mungkin bersatu antara Islam dan
kekafiran. Maka bagaimanakah lagi
orang yang mengatakan bahwa
mereka menganut ajaran Islam
Liberal?! 7. Hadits ini menunjukkan betapa besar
kebutuhan umat manusia kepada ilmu
tauhid, sebab apabila mereka tidak
memahaminya akan sangat besar
kemungkinannya mereka
melanggarnya -berbuat syirik- dalam keadaan tidak sadar kemudian
meninggal di atasnya, wal ‘iyadzu billah! 8. Wajib mengimani adanya surga dan
segala kenikmatan yang ada di
dalamnya 9. Surga hanya dimasuki oleh orang-
orang yang bertauhid. Maka hadits ini
menjadi bantahan yang sangat telak
bagi kaum Liberal dan Pluralis yang
menggembar-gemborkan paham
Islam Liberal. Di antara contoh keyakinan mereka yang sangat
menjijikkan adalah ucapan salah
seorang tokoh mereka, “Kalau surga itu hanya dihuni oleh orang Islam saja,
maka tentunya mereka akan
kesepian.” Maha Suci Allah dari apa yang mereka ucapkan. Ada seorang
teman yang menceritakan kepada
kami sebuah kisah yang didengarnya
dari salah seorang ustadz. Suatu
ketika seseorang berkata kepada
temannya sesama tukang becak, “Surga itu seperti alun-alun Kraton Yogyakarta. Dari mana saja orang
datang dan melewati jalan manapun,
tidak masalah. Yang penting akhirnya
mereka juga sampai ke sana.” Maka temannya menjawab dengan lugas,
“Itu ‘kan surganya Mbah -Moyang- mu!” 10. Hadits ini mengandung dorongan
untuk memahami dan mengamalkan
tauhid dengan sebenar-benarnya
serta dorongan untuk menjauhi
segala macam bentuk kesyirikan

No comments: