Nonton iklan bentar ya...!!!

Friday 22 April 2011

Masalah Kecerdasan: Perlu Keseimbangan Otak Kiri dan Kanan

Masyarakat sering kali menilai IQ
(intelligence quotient) disamakan
dengan intelegensi atau kecakapan.
Padahal, IQ hanya mengukur
sebagian kecil dari kecakapan. ''Justru anak yang cerdas itu adalah
anak yang bisa bereaksi secara logis
dan berguna terhadap apa yang
dialami di lingkungannya,'' jelas Eileen
Rachman, psikolog yang juga Direktur
Experd, konsultan sumber daya manusia pada seminar 10 Cara
Mempertajam IQ dan EQ (emotional
quotient) Anak, Sabtu (27/8) di
Jakarta. Pada seminar yang sama juga
diluncurkan buku berjudul
Mengoptimalkan Kecerdasan Anak. Eileen menjelaskan, IQ merupakan
angka yang dipakai untuk
menggambarkan kapasitas berpikir
seseorang dibandingkan dengan
rata-rata orang lain. Pada umumnya IQ
rata-rata orang diberi angka 100. "IQ hanya digunakan antara lain
membayangkan ruang, melihat
lingkungan sekeliling secara runtut
dan mencari hubungan antara satu
bentuk dan bentuk lainnya. Tetapi IQ
tidak mengukur kreativitas, kemampuan sosial, dan kearifannya,''
katanya. Sementara itu, kecerdasan anak dilihat
dari pemahaman dan kesadaran
terhadap apa yang dialaminya.
Kemudian di dalam pikirannya,
pengalaman itu diubah menjadi kata-
kata atau angka. Karena itu, Eileen menekankan pentingnya
pemahaman. ''Karena pemahaman
adalah kombinasi antara upaya
memperbanyak masukan melalui
pancaindra dan pengetahuan yang
sudah dimiliki,'' jelas Eileen. Bagaimana mengoptimalkan
kecerdasan anak? Eileen
menyarankan agar para orang tua
meningkatkan cara belajar, membaca,
dan mengulang. Misalnya, untuk
memperkenalkan cara membaca, ibu membantu anak dengan memberi
garis di bawah kata-kata yang
penting, meminta anak membaca
dengan suara keras dan menjelaskan
makna bacaannya. Selain itu, orang tua juga
mengenalkan strategi, mengambil
keputusan yang rasional,
mencetuskan ide selancar mungkin,
midmapping, meningkatkan
perbendaharaan kata-kata, berpikir sambil membayangkan, humor,
berpikir kritis, dan bermain.
Tujuannya menyeimbangkan kerja
otak kiri dan kanan, karena struktur
otak belahan kiri dan kanan
mempunyai tugas yang berbeda. Kenapa perlu menyeimbangkan kerja
otak kiri dan kanan? Eileen
mengatakan agar anak bisa membaca
lancar dengan pemahaman penuh,
menulis secara kreatif, mengeja,
mengingat, mendengar, berpikir sekaligus pada saat yang sama atau
menjadi juara pada cabang olahraga
tertentu. Semua itu dibutuhkan
koordinasi otak kiri dan kanan
dengan baik serta terlatih. Tetapi menyeimbangkan kerja otak
kiri dan kanan bisa pula melalui
kebiasaan. Eileen menjelaskan,
misalnya dengan menikmati musik
dan kesenian, menikmati warna,
ruang dan bentuk, menghargai kreativitas dan menghargai kepekaan
perasaan. Sementara itu, dr Andre Meaza
mengatakan bahwa masa usia dini
merupakan periode emas untuk
melakukan proses stimulasi aktif
melalui proses pengindraan dengan
tujuan membentuk wiring system. ''Tahapan awal kehidupan anak
merupakan tahapan penting karena
anak sudah mampu menerima
keterampilan dan pengajaran sebagai
dasar pengetahuan dan proses
berpikir.'' Andre juga menjelaskan, separuh
perkembangan intelektual anak
berlangsung sebelum memasuki usia
4 tahun. Justru perkembangan
kognitif usia 17 tahun merupakan
akumulasi perkembangan dari anak lahir. Menurut Andre, anak berusia 0-4
tahun memiliki perkembangan
kognitif sebesar 50%, 4-8 tahun
sebesar 30% dan 9-17 tahun sebesar
20%. ''Memang perkembangan otak
sebelum usia 1 tahun lebih cepat, tetapi kematangan otak berlangsung
sesudah anak lahir,'' katanya. Dia mengingatkan bahwa pengaruh
lingkungan awal pada perkembangan
otak akan berdampak lama. Oleh
karena itu, anak yang mendapat
stimulasi lingkungan yang baik, fungsi
otaknya akan berkembang lebih baik. (Drd/H-4).

No comments: