Nonton iklan bentar ya...!!!

Tuesday 26 July 2011

macam2 puasa...

Assalamu'alaikum wr wb,
Berikut adalah macam-macam Puasa
Sunnah berdasarkan
Hadits Nabi. Mudah-mudahan kita bisa
pelajari dan
amalkan untuk kemudian kita sebarkan bagi yang lain. Wassalam Macam - Macam Puasa Sunnah Oleh : Dadan Rusmawan Sebulan penuh Umat Islam
menjalankan ibadah puasa di
bulan Ramadhan lalu, dan hari yang
fitri ( 1 Syawal
1427 Hijriah) pun telah kita lalui.
Apalagi kita masih berada di bulan Syawal. Bahkan
Rasulullah SAW pernah
bersabda : "Barangsiapa berpuasa
Ramadhan dan kemudian
meneruskannya dengan 6 hari pada
bulan Syawal, maka seolah-olah dia berpuasa sepanjang
hidupnya."
(Diriwayatkan oleh Muslim, Abu
Dawud, at-Tirmidzi,
an-Nisaa'i dan Ibn Maajah). Berpuasa 6 hari pada bulan Syawal
setelah puasa wajib
di bulan Ramadhan adalah
merupakan puasa Sunnah
Mustahabbah, bukan wajib. Namun
puasa ini sangat disarankan kepada umat Muslim,
karena kebaikan yang
banyak yang ada padanya dan
pahalanya yang amat besar.
Barangsiapa berpuasa 6 hari pada
bulan Syawwal (setelah berpuasa sebulan penuh
pada bulan Ramadhan)
akan dicatat baginya pahala seperti
dia telah berpuasa
selama satu tahun penuh,
sebagaimana diriwayatkan dalam hadits sahih. Puasa tersebut menurut Imam Ahmad
dapat dilakukan
berturut-turut atau tidak berturut-
turut dan tidak ada
kelebihan antara yang satu dengan
yang lainnya. Sedangkan menurut golongan Hanafi
dan golongan
Syafi'i, lebih utama melakukannya
secara
berturut-turut, yaitu setelah hari raya. Puasa tanggal 9 Dzulhijjah (Arafah)
bagi selain orang
yang melaksanakan Haji. Dari Abu
Qatadah ra bahwa
Rasulullah saw bersabda, "Puasa hari
Arafah dapat menghapuskan dosa selama dua
tahun, yaitu satu tahun
yang telah berlalu dan satu tahun
yang akan datang."
(HR Jamaah kecuali Bukhari dan
Tirmidzi). Dari Hafshah ra, dia berkata, "Ada
empat hal yang
tidak pernah ditinggalkan Rasulullah
saw, yaitu puasa
Asyura, puasa sepertiga bulan (yakni
bulan Dzulhijjah), puasa tiga hari dari tiap
bulan, dan
salat dua rakaat sebelum Subuh." (HR
Ahmad dan
Nasa'i). Dari Uqbah bin Amir ra bahwa
Rasulullah saw bersabda,
"Hari Arafah, hari Kurban dan hari-hari
Tasyriq adalah
hari raya umat Islam dan hari-hari
tersebut adalah hari-hari makan dan minum." HR
Khamsah (lima imam
hadis) kecuali Ibnu Majah dan
dinyatakan sahih oleh
Tirmidzi. Dari Ummu Fadhal, dia berkata,
"Mereka merasa bimbang
mengenai puasa Nabi saw di Arafah,
lalu Nabi saw saya
kirimi susu. Kemudian Nabi saw
meminumnya, sedang ketika itu beliau berkhotbah di depan
umat manusia di
Arafah." (HR Bukhari dan Muslim). Puasa Bulan Muharram dan Sangat
Dianjurkan pada
Tanggal 9 dan 10 (Tasu'a dan
'Asyura). Dari Abu
Hurairah ra dia berkata, "Rasulullah
saw ditanya, 'Salat apa yang lebih utama setelah
salat fardhu?'
Nabi menjawab, 'Salat di tengah
malam'. Mereka
bertanya lagi, 'Puasa apa yang lebih
utama setelah puasa Ramadhan?' Nabi menjawab,
'Puasa pada bulan
Allah yang kamu namakan
Muharrom'." (HR Ahmad, Muslim,
dan Abu Daud). Dari Muawiyah bin Abu Sufyan ra, dia
berkata, aku
mendengar Rasulullah saw bersabda,
"Hari ini adalah
hari 'Asyura dan kamu tidak
diwajibkan berpuasa padanya. Sekarang, saya berpuasa,
maka siapa yang mau,
silahkan puasa dan siapa yang tidak
mau, maka silahkan
berbuka." (HR Bukhari dan Muslim). Dari Aisyah ra, dia berkata, "Hari
'Asyura' adalah
hari yang dipuasakan oleh orang-
orang Quraisy di masa
jahiliyah, Rasulullah juga biasa
mempuasakannya. Dan tatkala datang di Madinah, beliau
berpuasa pada hari
itu dan menyuruh orang-orang untuk
turut berpuasa.
Maka, tatkala diwajibkan puasa
Ramadhan beliau bersabda, 'Siapa yang ingin berpuasa,
hendaklah ia
berpuasa dan siapa yang ingin
meninggalkannya,
hendaklah ia berbuka'." (Muttafaq
alaihi). Dari Ibnu Abbas ra, dia berkata, "Nabi
saw datang ke
Madinah lalu beliau melihat orang-
orang Yahudi
berpuasa pada hari 'Asyura', maka
Nabi bertanya, 'Ada apa ini?' Mereka menjawab, hari
'Asyura' itu hari
baik, hari Allah SWT menyelamatkan
Nabi Musa saw dan
Bani Israel dari musuh mereka
sehingga Musa as berpuasa pada hari itu. Kemudian,
Nabi saw bersabda,
'Saya lebih berhak terhadap Musa
daripada kamu', lalu
Nabi saw berpuasa pada hari itu dan
menganjurkan orang agar berpuasa pada hari itu.
" (Muttafaq alaihi). Dari Abu Musa al-Asy'ari ra, dia
berkata, "Hari
'Asyura' itu diagungkan oleh orang
Yahudi dan mereka
menjadikan sebagai hari raya. Maka,
Rasulullah saw bersabda,"Berpuasalah pada hari
itu." (Muttafaq
alaihi). Dari Ibnu Abbas ra, dia berkata,
"Tatkala Rasulullah
saw berpuasa pada hari 'Asyura' dan
memerintahkan
orang-orang agar berpuasa pada hari
itu, mereka berkata, "Ya Rasulullah, ia adalah hari
yang
diagungkan oleh orang Yahudi dan
Nashrani," maka Nabi
saw bersabda, "Jika datang tahun
depan, insya Allah kami berpuasa pada hari kesembilan
(dari bulan
Muharrom)." Ibnu Abbas ra berkata,
"Maka belum lagi
datang tahun depan, Rasulullah saw
sudah wafat." (HR Muslim dan Abu Daud). Para ulama menyebutkan bahwa
puasa Asyura' itu ada
tiga tingkat: tingkat pertama,
berpuasa selama tiga
hari yaitu hari kesembilan, kesepuluh
dan kesebelas. Tingkat kedua, berpuasa pada hari
kesembilan dan
kesepuluh. Tingkat ketiga, berpuasa
hanya pada hari
kesepuluh saja. Berpuasa pada Sebagian Besar Bulan
Sya'ban. Dari
Aisyah ra berkata, "Saya tidak melihat
Rasulullah saw
melakukan puasa dalam waktu
sebulan penuh, kecuali pada bulan Ramadhan dan tidak satu
bulan pun yang Nabi
saw banyak melakukan puasa di
dalamnya daripada bulan
Sya'ban." (HR Bukhari dan Muslim). Dari Usamah bin Zaid ra berkata, Aku
berkata, "Ya
Rasulullah saw , tidak satu bulan yang
Anda banyak
melakukan puasa daripada bulan
Sya'ban !" Nabi menjawab: "Bulan itu sering
dilupakan orang, karena
letaknya antara Rajab dan Ramadhan,
sedang pada bulan
itulah amal-amal manusia diangkat
(dilaporkan) kepada Tuhan Rabbul 'Alamin. Maka, saya
ingin amal saya
dibawa naik selagi saya dalam
berpuasa." (HR Nasa'i
dan dinyatakan sahih oleh Ibnu
Khuzaimah). Berpuasa pada Hari Senin dan Kamis Hal ini berdasarkan pada hadis Abu
Hurairah ra, bahwa
Nabi saw lebih sering berpuasa pada
hari Senin dan
Kamis, lalu orang-orang bertanya
kepadanya mengenai sebab puasa tersebut, lalu Nabi saw
menjawab,
"Sesungguhnya amalan-amalan itu
dipersembahkan pada
setiap Senin dan Kamis, maka Allah
berkenan mengampuni setiap muslim, kecuali dua orang yang
bermusuhan, maka
Allah berfirman, "Tangguhkanlah
kedua orang (yang
bermusuhan ) itu!" (HR Ahmad
dengan sanad yang sahih). Dalam sahih Muslim diriwayatkan
bahwa Nabi saw ditanya
orang mengenai berpuasa pada hari
Senin, maka beliau
bersabda, "Itu hari kelahiranku dan
pada hari itu pula wahyu diturunkan kepadaku." (HR
Muslim). Berpuasa Tiga Hari Setiap Bulan Dari Abu Dzarr al-Ghiffari ra berkata,
"Kami
diperintah Rasulullah saw untuk
melakukan puasa tiga
hari dari setiap bulan, yaitu hari-hari
terang bulan, yakni tanggal 13, 14 dan 15, sembari
Rasul saw
bersabda, 'Puasa tersebut seperti
puasa setahun
(sepanjang masa)'." (HR Nasa'i dan
dishahihkan oleh Ibnu Hibban). Berpuasa Selang-seling (Seperti Puasa
Daud) Dari Abdullah bin Amr berkata,
Rasulullah saw telah
bersabda, "Puasa yang paling disukai
Allah adalah
puasa Daud dan salat yang paling
disukai Allah adalah salat Daud. Ia tidur seperdua
(separuh) malam, bangun
sepertiganya, lalu tidur
seperenamnya, dan ia berpuasa
satu hari lalu berbuka satu hari." Referensi: Fiqhus Sunnah, Sayyid Sabiq
Tamamul Minnah, Muhammad
Nashirudddin al-Albani. *** Selain itu, Tidak boleh bagi wanita
untuk berpuasa
sunat jika suaminya hadir (tidak
musafir) kecuali
dengan seizinnya, berdasarkan hadits
yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abu
Hurairah
Radhiallahu 'anhu bahwa Nabi
Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda. "Artinya : Tidak halal bagi seorang
wanita unruk
berpuasa saat suminya bersamanya
kecuali dengan
seizinnya" dalam riwayat lain
disebutkan : "kecuali puasa Ramadhan" Adapun jika sang suami
memperkenankannya untuk
berpuasa sunat, atau suaminya
sedang tidak hadir
(bepergian), atau wanita itu tidak
bersuami, maka dibolehkan baginya menjalankan
puasa sunat, terutama
pada hari-hari yang dianjurkan untuk
berpuasa sunat
yaitu : Puasa hari Senin dan Kamis,
puasa tiga hari dalam setiap bulan, puasa enam hari
di bulan Syawal,
puasa pada sepuluh hari di bulan
Dzulhijjah dan di
hari 'Arafah, puasa 'Asyura serta
puasa sehari sebelum atau setelahnya. Waktu haram puasa adalah waktu di
mana umat Islam
dilarang berpuasa. Hikmahnya adalah
ketika semua orang
bergembira, seseorang itu perlu turut
bersama merayakannya. Berpuasa pada Hari
Raya Idul Fitri (1
Syawal ), berpuasa pada Hari Raya
Idul Adha (10
Dzulhijjah)
Berpuasa pada hari-hari Tasyrik (11, 12, dan 13
Dzulhijjah) Selain hari-hari tersebut, ada pula
waktu dimana umat
Islam dianjurkan untuk tidak
berpuasa, yaitu ketika
ada kerabat atau teman yang sedang
mengadakan pesta syukuran atau pernikahan. Hukum
berpuasa pada hari ini
bukan haram, melainkan makruh,
karena Allah tidak
menyukai jika seseorang hanya
memikirkan kehidupan akhirat saja sementara kehidupan
sosialnya (menjaga
hubungan dengan kerabat atau
masyarakat) ditinggalkan. Puasa juga bagus untuk kesehatan,
sebagaimana janji
Allah SWT diberikan kepada orang
yang berpuasa
ditegaskan dengan sabda Nabi
Muhammad saw yang diriwayatkan oleh Ibnu Suny dan Abu
Nu'aim:
''Berpuasalah maka anda akan sehat.''
Dengan berpuasa
akan sehat jasmani, rohani dan
hubungan sosial. Manfaat puasa bagi tubuh, tidak
seorang pun ahli medis
baik muslim maupun non muslim
yang meragukan manfaat
puasa bagi kesehatan manusia. Dalam
buku yang berjudul ''Pemeliharaan Kesehatan dalam
Islam'' oleh Dr Mahmud
Ahmad Najib (Guru Besar Fakultas
Kedokteran
Universitas Ain-Syams Mesir),
ditegaskan puasa sangat berguna bagi kesehatan. Antara lain:
Pertama, Puasa
memperkecil sirkulasi darah sebagai
perimbangan untuk
mencegah keluarnya keringat dan
uap melalui pori-pori kulit serta saluran kencing tanpa perlu
menggantinya.
Menurutnya curah jantung dalam
mendistribusikan darah
keseluruh pembuluh darah akan
membuat sirkulasi darah menurun. Dan ini memberi
kesempatan otot jantung untuk
beristirahat, setelah bekerja keras satu
tahun
lamanya. Puasa akan memberi
kesempatan pada jantung untuk memperbaiki vitalitas dan
kekuatan sel-selnya. Kedua, Puasa memberi kesempatan
kepada alat-alat
pencernaan untuk beristirahat setelah
bekerja keras
sepanjang tahun. Lambung dan usus
beristirahat selama beberapa jam dari kegiatannya,
sekaligus memberi
kesempatan untuk menyembuhkan
infeksi dan luka yang
ada sehingga dapat menutup rapat.
Proses penyerapan makanan juga berhenti sehingga
asam amoniak, glukosa
dan garam tidak masuk ke usus.
Dengan demikian sel-sel
usus tidak mampu lagi membuat
komposisi glikogen, protein dan kolesterol. Disamping dari
segi makanan,
dari segi gerak (olah raga), dalam
bulan puasa banyak
sekali gerakan yang dilakukan
terutama lewat pergi ibadah. ***

No comments: