“Bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS at-Taubah /9: 105).
Nonton iklan bentar ya...!!!
Thursday, 23 February 2012
Kekuatan Maaf Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
lelaki Arab bernama Tsumamah bin
Itsal dari Kabilah AlYamamah pergi ke
Madinah dengan tujuan hendak
membunuh Nabi Shalallahu 'alaihi wa
sallam. Segala persiapan telah matang,
persenjataan sudah disandangnya, dan ia pun sudah masuk ke kota suci
tempat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wasallam tinggal itu. Dengan semangat meluap-luap ia
mencari majlis Rasulullah, langsung
didatanginya untuk melaksanakan
maksud tujuannya.Tatkala Tsumamah
datang, Umar bin Khattab Radhiyallahu
'Anhu. yang melihat gelagat buruk pada penampilannya menghadang. Umar bertanya, “Apa tujuan
kedatanganmu ke Madinah? Bukankah
engkau seorang musyrik?” Dengan terang-terangan Tsumamah
menjawab, “Aku datang ke negeri ini
hanya untuk membunuh Muhammad!”. Mendengar ucapannya, dengan sigap
Umar langsung memberangusnya.
Tsumamah tak sanggup melawan Umar
yang perkasa, ia tak mampu
mengadakan perlawanan. Umar
berhasil merampas senjatanya dan mengikat tangannya kemudian dibawa
ke masjid. Setelah mengikat Tsumamah
di salah satu tiang masjid Umar segera
melaporkan kejadian ini pada
Rasulullah. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
segera keluar menemui orang yang
bermaksud membunuhnya itu.
Setibanya di tempat pengikatannya,
beliau mengamati wajah Tsumamah
baik-baik, kemudian berkata pada para sahabatnya, “Apakah ada di antara kalian yang
sudah memberinya makan?”. Para shahabat Rasul yang ada disitu
tentu saja kaget dengan pertanyaan
Nabi. Umar yang sejak tadi menunggu
perintah Rasulullah untuk membunuh
orang ini seakan tidak percaya dengan
apa yang didengarnya dari Rasulullah. Maka Umar memberanikan diri
bertanya, “Makanan apa yang anda maksud
wahai Rasulullah? Orang ini datang ke
sini ingin membunuh bukan ingin
masuk Islam!” Namun Rasulullah tidak menghiraukan
sanggahan Umar. Beliau berkata, “Tolong ambilkan segelas susu dari
rumahku, dan buka tali pengikat orang
itu”. Walaupun merasa heran, Umar
mematuhi perintah Rasulullah. Setelah
memberi minum Tsumamah, Rasulullah
dengan sopan berkata kepadanya, “Ucapkanlah Laa ilaha illa-Llah (Tiada
ilah selain Allah).” Si musyrik itu
menjawab dengan ketus, “Aku tidak
akan mengucapkannya!”. Rasulullah membujuk lagi, “Katakanlah,
Aku bersaksi tiada ilah selain Allah dan
Muhammad itu Rasul Allah.” Namun
Tsumamah tetap berkata dengan nada
keras, “Aku tidak akan
mengucapkannya!” Para sahabat Rasul yang turut
menyaksikan tentu saja menjadi geram
terhadap orang yang tak tahu untung
itu. Tetapi Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wasallam malah membebaskan dan
menyuruhnya pergi. Tsumamah yang musyrik itu bangkit seolah-olah
hendak pulang ke negerinya. Tetapi belum berapa jauh dari masjid,
dia kembali kepada Rasulullah dengan
wajah ramah berseri. Ia berkata, “Ya
Rasulullah, aku bersaksi tiada ilah
selain Allah dan Muahammad Rasul
Allah.” Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
tersenyum dan bertanya, “Mengapa engkau tidak
mengucapkannya ketika aku
memerintahkan kepadamu?” Tsumamah menjawab, “Aku tidak
mengucapkannya ketika masih belum
kau bebaskan karena khawatir ada
yang menganggap aku masuk Islam
karena takut kepadamu. Namun
setelah engkau bebaskan, aku masuk Islam semata-mata karena mengharap
keredhaan Allah Robbul Alamin.” Pada suatu kesempatan, Tsumamah bin
Itsal berkata, “Ketika aku memasuki
kota Madinah, tiada yang lebih kubenci
dari Muhammad. Tetapi setelah aku
meninggalkan kota itu, tiada seorang
pun di muka bumi yang lebih kucintai selain Muhammad Rasulullah.”
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment