“Bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS at-Taubah /9: 105).
Nonton iklan bentar ya...!!!
Wednesday, 8 February 2012
Nabi Sulaiman Dan Ratu Balqis
Setelah Nabi Sulaiman
membangunkan Baitulmaqdis dan
melakukan ibadah haji sesuai dengan
nadzarnya pergilah ia meneruskan
perjalannya ke Yeman. Setibanya di
San’a – ibu kota Yeman ,ia memanggil burung hud-hud sejenis burung
pelatuk untuk disuruh mencari
sumber air di tempat yang kering
tandus itu. Ternyata bahawa burung
hud-hud yang dipanggilnya itu tidak
berada diantara kawasan burung yang selalu berada di tempat untuk
melakukan tugas dan perintah Nabi
Sulaiman. Nabi Sulaiman marah dan
mengancam akan mengajar burung
Hud-hud yang tidak hadir itu bila ia
datang tanpa alasan yang nyata. Berkata burung Hud-hud yang
hinggap didepan Sulaiman sambil
menundukkan kepala ketakutan:
“Aku telah melakukan penerbangan
pengintaian dan menemukan sesuatu
yang sangat penting untuk diketahui oleh paduka Tuan. Aku telah
menemukan sebuah kerajaan yang
besar dan mewah di negeri Saba yang
dikuasai dan diperintah oleh seorang
ratu. Aku melihat seorang ratu itu
duduk di atas sebuah tahta yang megah bertaburkan permata yang
berkilauan. Aku melihat ratu dan
rakyatnya tidak mengenal Tuhan
Pencipta alam semesta yang telah
mengurniakan mereka kenikmatan
dan kebahagian hidup. Mereka tidak menyembah dan sujud kepada-Nya,
tetapi kepada matahari. Mereka
bersujud kepadanya dikala terbit dan
terbenam. Mereka telah disesatkan
oleh syaitan dari jalan yang lurus dan
benar.” Berkata Sulaiman kepada Hud-hud:
“Baiklah, kali ini aku ampuni dosamu
karena berita yang engkau bawakan
ini yang aku anggap penting untuk
diperhatikan dan untuk
mengesahkan kebenaran beritamu itu, bawalah suratku ini ke Saba dan
lemparkanlah ke dalam istana ratu
yang engkau maksudkan itu,
kemudian kembalilah secepat-
cepatnya, sambil kami menanti
perkembangan selanjutnya bagaimana jawaban ratu Saba atas
suratku ini.” Hud-hud terbang kembali menuju
Saba dan setibanya di atas istana
kerajaan Saba dilemparkanlah surat
Nabi Sulaiman tepat di depan ratu
Balqis yang sedang duduk dengan
megah di atas tahtanya. Ia terkejut melihat sepucuk surat jatuh dari udara
tepat di depan wajahnya. Ia lalu
mengangkat kepalanya melihat ke
atas, ingin mengetahui dari manakah
surat itu datang dan siapakah yang
secara kurang hormat melemparkannya tepat di depannya.
Kemudian diambillah surat itu oleh
ratu, dibuka dan baca isinya yang
berbunyi: “Dengan Nama Allah Yang
Maha Pengasih lagi Penyayang, surat
ini adalah dariku, Sulaiman. Janganlah kamu bersikap sombong terhadapku
dan menganggap dirimu lebih tinggi
daripadaku. Datanglah sekalian
kepadaku berserah diri.” Setelah dibacanya berulang kali surat
Nabi Sulaiman Ratu Balqis memanggil
para pembesarnya dan para penasihat
kerajaan berkumpul untuk
memusyawarahkan tindakan apa
yang harus diambil sehubungan dengan surat Nabi Sulaiman yang
diterimanya itu.
Berkatlah para pembesar itu ketika
diminta petimbangannya: “Wahai
paduka tuan ratu, kami adalah putera-
putera yang dibesarkan dan dididik untuk berperang dan bertempur dan
bukan untuk menjadi ahli pemikir
atau perancang yang patut memberi
partimbangan atau nasihat
kepadamu. Kami menyerahkan
kepadamu untuk mengambil keputusan yang akan membawa
kebaikan bagi kerajaan dan kami
akan tunduk dan melaksanakan
segala perintah dan keputusanmu
tanpa ragu. Kami tidak akan gentar
menghadapi segala ancaman dari mana pun datangnya demi menjaga
keselamatanmu dam keselamatan
kerajaanmu.” Ratu Balqis menjawab: “Aku
memperoleh kesan dari uraianmu
bahwa kamu mengutamakan cara
kekerasan dan kalau perlu kamu
tidak akan gentar masuk medan
perang melawan musuh yang akan menyerbu. Aku sangat berterima
kasih atas kesetiaanmu kepada
kerajaan dan kesediaanmu
menyabung nyawa untuk menjaga
keselamatanku dan keselamatan
kerajaanku. Akan tetapi aku tidak sependirian dengan kamu sekalian.
Menurut partimbanganku, lebih
bijaksana bila kami menempuh jalan
damai dan menghindari cara
kekerasan dan peperangan. Sebab
bila kami menentang secara kekerasan dan sampai terjadi perang
dan musuh kami berhasil menyerbu
masuk kota-kota kami, maka niscaya
akan berakibat kerusakan dan
kehancuran yang sangat
menyedihkan. Mereka akan menghancur binasakan segala
bangunan, memperhambakan rakyat
dan merampas segala harta milik dan
peninggalan nenek moyang kami. Hal
yang demikian itu adalah merupakan
akibat yang wajar dari tiap peperangan yang dialami oleh sejarah
manusia dari masa ke semasa. Maka
menghadapi surat Sulaiman yang
mengandung ancaman itu, aku akan
coba melunakkan hatinya dengan
mengirimkan sebuah hadiah kerajaan yang akan terdiri dari barang-barang
yang berharga dan bermutu tinggi
yang dapat mempesonakan hatinya
dan menyilaukan matanya dan aku
akan melihat bagaimana ia memberi
tanggapan dan reaksi terhadap hadiahku itu dan bagaimana ia
menerima utusanku di istananya.” Selagi Ratu Balgis siap-siap mengatur
hadiah kerajaan yang akan dikirim
kepada Sulaiman dan memilih orang-
orang yang akan menjadi utusan
kerajaan membawa hadiah, tibalah
hinggap di depan Nabi Sulaiman burung pengintai Hud-hud
memberitakan kepadanya rancangan
Balqis untuk mengirim utusan
membawa hadiah baginya sebagai
jawaban atas surat beliau kepadanya.
Setelah mendengar berita yang dibawa oleh Hud-hud itu, Nabi
Sulaiman mengatur rencana
penerimaan utusan Ratu Balqis dan
memerintahkan kepada pasukan
Jinnya agar menyediakan dan
membangunkan sebuah bangunan yang megah yang tiada taranya yang
akan menyilaukan mata utusan Balqis
bila mereka tiba. Tatkala utusan Ratu Balqis datang,
diterimalah mereka dengan ramah
tamah oleh Sulaiman dan setelah
mendengar uraian mereka tentang
maksud dan tujuan kedatangan
mereka dengan hadiah kerajaan yang dibawanya, berkatalah Nabi Sulaiman:
“Kembalilah kamu dengan hadiah-
hadiah ini kepada ratumu. Katakanlah
kepadanya bahawa Allah telah
memberiku rezeki dan kekayaan yang
melimpah ruah dan mengaruniaiku dengan karunia dan nikmat yang
tidak diberikannya kepada seseorang
dari makhluk-Nya. Di samping itu aku
telah diutuskan sebagai nabi dan
rasul-Nya dan dianugerahi kerajaan
yang luas yang kekuasaanku tidak saja berlaku atas manusia tetapi
mencakup juga jenis makhluk Jin dan
binatang-binatang. Maka bagaimana
aku akan dapat dibujuk dengan harta
benda dan hadiah serupa ini? Aku
tidak dapat dilalaikan dari kewajiban dakwah kenabianku oleh harta benda
dan emas walaupun sepenuh bumi ini.
Kamu telah disilaukan oleh benda dan
kemegahan duniawi, sehingga kamu
memandang besar hadiah yang kamu
bawakan ini dan mengira bahawa akan tersilaulah mata kami dengan
hadiah Ratumu. Pulanglah kamu
kembali dan sampaikanlah
kepadanya bahawa kami akan
mengirimkan bala tentera yang sangat
kuat yang tidak akan terkalahkan ke negeri Saba dan akan mengeluarkan
ratumu dan pengikut-pengikutnya
dari negerinya sebagai- orang-orang
yang hina-dina yang kehilangan
kerajaan dan kebesarannya, jika ia
tidak segera memenuhi tuntutanku dan datang berserah diri kepadaku.” Utusan Balqis kembali melaporkan
kepada Ratunya apa yang mereka
alami dan apa yang telah diucapkan
oleh Nabi Sulaiman. Balqis berfikir,
jalan yang terbaik untuk
menyelamatkan diri dan kerajaannya ialah menyerah saja kepada tuntutan
Sulaiman dan datang menghadap dia
di istananya. Nabi Sulaiman berhasrat
akan menunjukkan kepada Ratu
Balqis bahawa ia memiliki kekuasaan
ghaib di samping kekuasaan lahirnya dan bahwa apa yang dia telah
ancamkan melalui rombongan utusan
bukanlah ancaman yang kosong.
Maka bertanyalah beliau kepada
pasukan Jinnya, siapakah diantara
mereka yang sanggup mendatangkan tahta Ratu Balqis sebelum orangnya
datang berserah diri. Berkata Ifrit, seorang Jin yang
tercerdik: “Aku sanggup membawa
tahta itu dari istana Ratu Balqis
sebelum engkau sempat berdiri dari
tempat dudukimu. Aku adalah
pesuruhmu yang kuat dan dapat dipercayai.” Seorang lain yang
mempunyai ilmu dan hikmah nyeletuk
berkata: “Aku akan membawa tahta
itu ke sini sebelum engkau sempat
memejamkan matamu.” Ketika Nabi Sulaiman melihat tahta
Balqis sudah berada didepannya,
berkatalah ia: “Ini adalah salah satu
karunia Tuhan kepadaku untuk
mencoba apakah aku bersyukur atas
karunia-Nya itu atau mengingkari- Nya, karena barang siapa bersyukur
maka itu adalah semata-mata untuk
kebaikan dirinya sendiri dan
barangsiapa mengingkari nikmat dan
karunia Allah, ia akan rugi di dunia
dan di akhirat dan sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Mulia.” Menyonsong kedatangan Ratu Balqis,
Nabi Sulaiman memerintahkan orang-
orangnya agar mengubah sedikit
bentuk dan warna tahta Ratu itu yang
sudah berada di depannya kemudian
setelah Ratu itu tiba berserta pengiring-pengiringnya, bertanyalah
Nabi Sulaiman seraya menundingkan
kepada tahtanya: “Serupa inikah
tahtamu?” Balqis menjawab: “Seakan-
akan ini adalah tahtaku sendiri,”
seraya bertanya-tanya dalam hatinya, bagaimana mungkin bahawa
tahtanya berada di sini padahal ia
yakin bahawa tahta itu berada di
istana tatkala ia bertolak
meninggalkan Saba. Selagi Balgis berada dalam keadaan
kacau fikiran, keheranan melihat tahta
kerajaannya sudah berpindah ke
istana Sulaiman, ia dibawa masuk ke
dalam sebuah ruangan yang sengaja
dibangun untuk penerimaannya. Lantai dan dinding-dindingnya
terbuat dari kaca putih. Balqis segera
menyingkapkan pakaiannya ke atas
betisnya ketika berada dalam ruangan
itu, mengira bahawa ia berada di atas
sebuah kolam air yang dapat membasahi tubuh dan pakaiannya. Berkata Nabi Sulaiman kepadanya:
“Engkau tidak usah menyingkap
pakaianmu. Engkau tidak berada di
atas kolam air. Apa yang engkau lihat
itu adalah kaca-kaca putih yang
menjadi lantai dan dinding ruangan ini.” “Oh,Tuhanku,” Balqis berkata
menyedari kelemahan dirinya
terhadap kebesaran dan kekuasaan
Tuhan yang dipertunjukkan oleh Nabi
Sulaiman, “aku telah lama tersesat
berpaling daripada-Mu, melalaikan nikmat dan karunia-Mu, merugikan
dan menzalimi diriku sendiri sehingga
terjatuh dari cahaya dan rahmat-Mu.
Ampunilah aku. Aku berserah diri
kepada Sulaiman Nabi-Mu dengan
ikhlas dan keyakinan penuh. Kasihanilah diriku wahai Tuhan Yang
Maha Pengasih dan Maha Penyayang.” Demikianlah kisah Nabi Sulaiman dan
Balqis Ratu Saba. Dan menurut
sementara ahli tafsir dan ahli sejarah
nabi-nabi, bahawa Nabi Sulaiman
pada akhirnya kawin dengan Balqis
dan dari perkawinannya itu lahirlah seorang putera. Menurut pengakuan
maharaja Ethiopia Abessinia, mereka
adalah keturunan Nabi Sulaiman dari
putera hasil perkawinannya dengan
Balqis itu. Wallahu alam bisshawab. Al-Quran mengisahkan bahawa tidak
ada tanda-tanda yang menunjukkan
kematian Sulaiman kecuali rayap yang
memakan tongkatnya yang ia sandar
kepadanya ketika Tuhan mengambil
rohnya. Para Jin yang sedang mengerjakan bangunan atas
perintahnya tidak mengetahui
bahawa Nabi Sulaiman telah mati
kecuali setelah mereka melihat Nabi
Sulaiman tersungkur jatuh di atas
lantai, akibat jatuhnya tongkat sandarannya yang dimakan oleh
rayap. Sekiranya para Jin sudah
mengetahui sebelumnya, pasti mereka
tidak akan tetap meneruskan
pekerjaan yang mereka anggap
sebagai siksaan yang menghinakan. Berbagai cerita yang dikaitkan orang
pada ayat yang mengisahkan matinya
Nabi Sulaiman, namun karena cerita-
cerita itu tidak ditunjang dikuatkan
oleh sebuah hadis sahih yang
muktamad, maka sebaiknya kami berpegang saja dengan apa yang
dikisahkan oleh Al-Quran dan
selanjutnya Allah lah yang lebih
Mengetahui dan kepada-Nya kami
berserah diri.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment