Nonton iklan bentar ya...!!!

Sunday 26 June 2011

ABORSI * AKU MENAGIS BACAINI

Mama sayang,... Aku di surga sekarang,
duduk di pangkuan Tuhan.
Ia mengasihiku dan menangis
bersamaku, sebab pedih pilu hatiku
begitu ingin aku menjadi putri
mungilmu. Tidak terlalu mengerti aku akan apa
yang telah terjadi.
Aku begitu senang ketika mulai
menyadari keberadaanku. Aku ada disuatu tempat yang gelap,
namun nyaman.
Aku melihat bahwa aku telah mulai
punya jari-jari dan jempol.
Aku cantik seturut perkembanganku,
tapi aku belum siap ketika meninggalkan tempatku. Aku menghabiskan sebagian besar
waktuku dengan berpikir atau tidur
bahkan sejak hari-hari pertamaku, aku
merasakan ikatan istimewa antara
engkau dan aku. Kadang aku mendengarmu menangis
dan aku menangis bersamamu.
Kadang engkau berteriak dan memaki,
lalu aku menangis.
Aku dengar Papa memaki balik.
Aku sedih dan berharap engkau akan segera baik kembali.
Aku heran mengapa engkau begitu
sering menangis.
Suatu hari engkau menangis hampir
sepanjang hari.
Pilu hatiku karenanya. Tak dapat kubayangkan mengapa
engkau begitu berduka. Pada hari itu juga hal yang paling
mengerikan terjadi.
Suatu monster yang amat keji masuk
ke tempat hangat dan nyaman dimana
aku berada.
Aku sangat takut, aku mulai menjerit, tapi tak sekalipun engkau berusaha
menolong.
Mungkin engkau tak pernah
mendengarku...... Monster itu semakin lama semakin
dekat, sementara aku terus berteriak
“Mama, Mama, tolong aku....., Mama......
tolong aku...” Suatu terror yang ngeri aku rasakan.
Aku berteriak dan berteriak hingga tak
sanggup lagi.
Lalu monster itu mulai mencabik
lenganku, sungguh sakit rasanya, sakit
yang tak kan pernah dapat kuungkapkan dengan kata.
Monster itu tidak berhenti. “Oh.... bagaimana aku harus mohon agar ia
berhenti...!” Aku menjerit sekuat tenaga, sementara
ia mencabik putus kakiku.
Sepenuhnya aku dalam kesakitan, aku
sekarat.
Aku tahu tak kan pernah aku melihat
wajahmu atau mendengarmu membisikkan betapa engkau
mengasihiku, mama. Mama,
Aku ingin menghapus butir-butir air
matamu ketika engkau bersedih.
Aku punya begitu banyak rencana
untuk membuatmu bahagia.
Mama.... Tapi aku tak dapat.
Mimpi-mimpiku musnah sudah, walau
menanggung sakit tak terperi pedih
dan pilunya hati kurasakan melampaui
segalanya.
Lebih dari segalanya aku ingin menjadi putrimu.
Tak ada gunanya sekarang, aku
meregang nyawa dalam sengsara tak
terkatakan.
Hanya hal-hal buruk yang terlintas
dibenakku. Sesungguhnya begitu ingin aku
mengatakan bahwa aku mengasihimu
sebelum aku pergi, tapi aku tak tahu
kata-kata yang dapat engkau
mengerti.
Dan segera saja aku tak lagi punya nafas untuk mengatakannya. Sekarang aku mati.
Aku merasa diriku terangkat seorang
malaikat besar membawaku kesuatu
tempat yang besar dan indah.
Aku masih menangis, tapi segala rasa
sakit tubuhku sirna sudah. Malaikat membawaku kepada Tuhan
dan membaringkanku dalam
pelukanNya.
Tuhan mengatakan bahwa Tuhan
mencintaiku.
Lalu aku merasa bahagia. Kutanya padaNya apa itu yang
membunuhku?
Tuhan menjawab,
“Aborsi.” Aku tidak tahu apa itu aborsi.
Aku pikir mungkin nama monster itu. Aku menulis untuk mengatakan
betapa aku mengasihimu dan
mengatakan padamu betapa ingin aku
menjadi putri mungilmu. Aku telah berjuang sehabis-habisnya
untuk hidup,
aku ingin hidup......!
Kuat keinginanku, tapi aku tak mampu.
Monster itu terlalu kuat.
Dicabik-cabiknya lengan dan kakiku dan akhirnya seluruh tubuhku.
Tak mungkin bagiku untuk hidup.
Aku hanya ingin engkau tahu bahwa
aku berusaha tinggal bersamamu.
Aku tidak mau mati! Mama,
berhati-hatilah terhadap monster
bernama aborsi itu.
Mama,
aku mengasihimu.
Aku sedih karena engkau harus menanggung rasa sakit seperti yang
kualami. Berhati-hatilah. Peluk & cium,
Bayi Perempuanmu.

No comments: