Nonton iklan bentar ya...!!!

Sunday 12 June 2011

pemahaman terkini Ahl al-Sunnah wa al-Jamaah

Saya ingin memberi sedikit klarifikasi.
Karena, saya menangkap, pengertian
Ahlussunah yang sampeyan angkat,
lebih mendekati istilah ahlussunah
yang dimiliki kelompok non-NU di
Indonesia. Bukan yang diyakini oleh warga Nahdliyiin. Yang pertama mengangkat term “ahl al-sunnah wa al-jama’ah” , di Indonesia, adalah NU. Menyusul
kenyataan gerakan Wahabi
menguasai Jazirah Arabia, NU
terbentuk. NU juga dibentuk untuk
menjaga cara Islam Walisanga dari
serangan para pembawa ajaran Wahabi di Indonesia yang mulai
mengutuki “Islam Indonesia” sebagai TBC (Tahayul, Bid’ah, dan Churafat). Upaya kiai-kiai Islam Pribumi ini (baca:
NU) pelan-pelan berhasil. Masyarakat
disadarkan bahwa Islam Indonesia
adalah Islam khas dan sah, tidak
seperti tuduhan para pengikut Wahabi
tersebut. Dan keberhasilan lainnya: membuat Istilah Wahabi menjadi
istilah pejoratif, jelek. Apapun yang
berbau nama Wahabi masyarakat
sudah punya stigma tersendiri. Ajaran
Wahabi tidak bisa menembus dada
masyarakat. Sampai detik ini pengikut Wahabi tidak bisa menjadi mayoritas.
Selamanya minoritas. Dengan dukungan dana yang sangat
besar dari Pemerintah Saudi,
organisasi “Wahabi” Indonesia masih belum puas. Propaganda lain
digerakkan. Kali ini menyerobot istilah
‘ahl al sunnah wa al jamaah’ yang sudah lama menjadi milik NU, diakui
sebagai hak mereka. Alasannya,
mereka lebih banyak memakai Hadits
dan mengikuti Sunah Nabi. Sengaja
mereka menjauhi istilah Wahabi,
karena takut dijauhi masyarakat. Atau menggunakan istilah lain, seperti
Islam Salafy. Perebutan Istilah ‘ahl al sunnah’ makin jelas dengan terbentuknya, Lasykar Ahlussunah
wal Jamaah (?). Istilah yang
membingungkan. Padahal gerakan
ini, dalam tradisi keilmuan Islam,
masuk ke dalam kelompok Islam
Salafy. Sementara jenis Islam “lawannya”, seperti NU di Indonesia, Turki, India, Pakistan, dll,
dikelompokkan dalam garis Islam
Kholafy. Garis ini telah dimulai ratusan
tahun silam, sejak munculnya polemik
akidah antara kelompok mayoritas
Muslim (Al Asy ’ari) dengan Ibnu Taymiah. Islam model NU masih dipelihara di
belahan dunia lainnya, seperti di India,
Turki, dll, yang juga defensif dari
serangan Wahabi, jelas-jelas,
kelompok ini menyebut dirinya
sebagai Islam Ahlussunah wal Jamaah. Hal ini muncul, seperti halnya
di Indonesia, karena Wahabi di India
juga gencar hendak“mengislamkan” umat Islam disana. Dana milyaran
Dollar dialirkan dari Saudi Arabia. Sejak zaman reformasi, di Indonesia,
tiba-tiba muncul kelompok yang
mengaku-aku sebagai ahlussunah
wal jamaah, padahal secara akidah
kelompok ini sebagai pengikut Islam
Salafy. Pemikiran Salafy, awalnya, dikembangkan secara metodologis
oleh Ibnu Taymiah, diterus-
kembangkan oleh al-Wahab. Lalu
dibawa ke Indonesia, dengan segala
variasinya, menjadi Muhammadiyah,
Persis, dan al-Irsyad. Gelombang kedua, lewat para lulusan Saudi dan
Yaman, menjadi Hizb Tahrir, Layskar
Jihad, Front Pembela Islam, dan lain
sebagainya. Pada gelombang kedua inilah
perebutan istilah ahlussunah ini
dimulai. Mereka tahu betul, seratus
tahun umur Muhammadiyah dan
Persis, tidak bisa “mengislamkan” wong-wong NU yang sudah punya
tameng ampuh: istilah Wahabi adalah
negatif. Lalu, menyerobot istilah milik
NU dan kelompok sealiran:
Ahlussunah wal Jamaah. Diklaim,
merekalah yang lebih pantas disebut Ahlussunnah. Jadi, apa beda antara Ahlussunnah
milik NU dan kelompok tadi? Yang
jelas, selain beda pada akidah. Bahwa,
NU adalah pengikut Asy ’ariah, disebut kelompok ‘Kholaf’, sedang kelompok yang berseberangan tadi disebut
sebagai ‘Salaf’ (dewasa ini, lebih dikenal dengan kelompok Salafy).
Adapun perbedaan kedua adalah,
bahwa NU adalah kelompok
ahlussunnah yang masih memegangi
Sufi sebagai bagian Islam. Sementara
pada kelompok kedua, Sufi dikatakan bukan bagian dari Islam. Tapi, sebagai
bid’ah, khurafat, dan takhayul. Sekian, semoga tidak
membingungkan. Mohon maaf jika
ada kurangnya.

No comments: