Nonton iklan bentar ya...!!!

Monday 2 May 2011

Empat Hal Menyebabkan Su’ul Khatimah

Dalam kitab Ensiklopedia Kiamat
(aslinya: al-Yaum al-Akhir:al-Qiyamah
ash-Shughra wa ‘Alamat al-Qiyamah al-Kubra), Dr Umar Sulaiman al-
Asyqar menulis pasal khusus
berjudul “Hal-hal Yang Menyebabkan Su’ul Khatimah (akhir kehidupan yang buruk)”. Di dalamnya beliau menyebutkan ada empat perkara
yang dapat menyebabkan
seseorang mengakhiri hidupnya
dalam keadaan buruk sehingga
menghantarkannya ke Neraka di
kehidupan abadi negeri akhirat kelak. Namun sebelum kita uraikan
keempat hal tersebut alangkah
baiknya kita perhatikan hadits di
bawah ini yang memuat salah satu
rukun iman yang fundamental, yaitu
iman akan taqdir Allah, baik itu taqdir yang terasa menyenangkan
maupun yang terasa pahit. ِﻪﻴِﻓ ُﺦُﻔْﻨَﻴَﻓ ُﻚَﻠَﻤْﻟﺍ ُﻞَﺳْﺮُﻳ َّﻢُﺛ ٍﺕﺎَﻤِﻠَﻛ ِﻊَﺑْﺭَﺄِﺑ ُﺮَﻣْﺆُﻳَﻭ َﺡﻭُّﺮﻟﺍ ِﻪِﻠَﻤَﻋَﻭ ِﻪِﻠَﺟَﺃَﻭ ِﻪِﻗْﺯِﺭ ِﺐْﺘَﻜِﺑ ﺎَﻟ ﻱِﺬَّﻟﺍَﻮَﻓ ٌﺪﻴِﻌَﺳ ْﻭَﺃ ٌّﻲِﻘَﺷَﻭ ُﻩُﺮْﻴَﻏ َﻪَﻟِﺇ ِﻞَﻤَﻌِﺑ ُﻞَﻤْﻌَﻴَﻟ ْﻢُﻛَﺪَﺣَﺃ َّﻥِﺇ ُﻥﻮُﻜَﻳ ﺎَﻣ ﻰَّﺘَﺣ ِﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ِﻞْﻫَﺃ ُﻪَﻨْﻴَﺑ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻖِﺒْﺴَﻴَﻓ ٌﻉﺍَﺭِﺫ ﺎَّﻟِﺇ ﺎَﻬَﻨْﻴَﺑَﻭ ِﻞْﻫَﺃ ِﻞَﻤَﻌِﺑ ُﻞَﻤْﻌَﻴَﻓ ُﺏﺎَﺘِﻜْﻟﺍ ﺎَﻬُﻠُﺧْﺪَﻴَﻓ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍ ِﻞَﻤَﻌِﺑ ُﻞَﻤْﻌَﻴَﻟ ْﻢُﻛَﺪَﺣَﺃ َّﻥِﺇَﻭ ُﻥﻮُﻜَﻳ ﺎَﻣ ﻰَّﺘَﺣ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍ ِﻞْﻫَﺃ ﺎَﻬَﻨْﻴَﺑَﻭ ُﻪَﻨْﻴَﺑ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻖِﺒْﺴَﻴَﻓ ٌﻉﺍَﺭِﺫ ﺎَّﻟِﺇ ِﻞْﻫَﺃ ِﻞَﻤَﻌِﺑ ُﻞَﻤْﻌَﻴَﻓ ُﺏﺎَﺘِﻜْﻟﺍ ﺎَﻬُﻠُﺧْﺪَﻴَﻓ ِﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ Dari Abu Abdirrohman, Abdulloh bin
Mas’ud rodhiyallohu’anhu, dia berkata: ”Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam telah bersabda kepada kami dan beliau adalah
orang yang selalu benar dan
dibenarkan: “…Kemudian diutuslah seorang malaikat kepadanya, lalu
malaikat itu meniupkan ruh
kepadanya dan ia diperintahkan
menulis empat kalimat: Menulis
rizkinya, ajalnya, amalnya, dan nasib
celakanya atau keberuntungannya. Maka demi Alloh yang tiada tuhan
selain-Nya, sesungguhnya ada
diantara kamu yang melakukan
amalan penduduk surga dan amalan
itu mendekatkannya ke surga
sehingga jarak antara dia dan surga kurang satu hasta, namun karena
taqdir yang telah ditetapkan atas
dirinya, lalu dia melakukan amalan
penduduk neraka sehingga dia
masuk ke dalamnya. Dan
sesungguhnya ada seseorang diantara kamu yang melakukan
amalan penduduk neraka dan amal
itu mendekatkannya ke neraka
sehingga jarak antara dia dan
neraka hanya kurang satu hasta,
namun karena taqdir yang telah ditetapka atas dirinya, lalu dia
melakukan amalan penduduk surga
sehingga dia masuk ke
dalamnya.” (HR. Muslim) Seorang yang beriman kepada taqdir
yang ditetapkan oleh Allah pastilah
sangat khawatir bilamana dirinya
termasuk ke dalam golongan yang
disabdakan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam di atas yaitu “… sesungguhnya ada diantara kamu
yang melakukan amalan penduduk
surga dan amalan itu
mendekatkannya ke surga sehingga
jarak antara dia dan surga kurang
satu hasta, namun karena taqdir yang telah ditetapkan atas dirinya,
lalu dia melakukan amalan
penduduk neraka sehingga dia
masuk ke dalamnya.” Sungguh merugilah orang yang ditaqdirkan
Allah seperti itu. Namun tentunya
melalui pelajaran ini Nabi shollallahu
’alaih wa sallam bermaksud untuk menjelaskan adanya orang yang
amalan baiknya selama ini sekedar
yang tampak pada manusia.
Sedangkan bisa jadi pada
hakikatnya tersimpan dalam hatinya
kejahatan yang kemudian muncul secara lahir pada akhir hayatnya. Sebaliknya golongan orang yang
digambarkan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam sebagai ”dan sesungguhnya ada seseorang
diantara kamu yang melakukan
amalan penduduk neraka dan amal
itu mendekatkannya ke neraka
sehingga jarak antara dia dan
neraka hanya kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah
ditetapkan atas dirinya, lalu dia
melakukan amalan penduduk surga
sehingga dia masuk ke dalamnya.” Tentunya ini adalah orang yang
sangat beruntung dan disayang
Allah ta’aala. Boleh jadi manusia memberi penilaian buruk karena
perilakunya selama ini, namun
sesungguhnya ia memiliki suatu
kebaikan tertentu yang tersembunyi
dari penglihatan orang lain
sedangkan Allah memandang kebaikannya itu layak menjauhkan
dirinya dari neraka dan
menghantarkannya ke surga.
Wallahu a’lam. Yang pasti, beriman kepada taqdir
akan menghasilkan rasa takut yang
mendalam akan nasib akhir hidup
dan menumbuhkan semangat yang
tinggi untuk beramal dan istiqomah
dalam ketaatan demi mengharap husnul khatimah. Beriman kepada
taqdir bukanlah alasan untuk
bermaksiat dan bermalas-malasan.
Beriman kepada taqdir justru
semakin membuat seseorang
berusaha keras berbuat sebanyak mungkin ’amal sholeh dan ’amal ibadah sekaligus menjauhi segala
bentuk kemungkaran dan
kemaksiatan yang berpotensi
menyebabkan terjadinya su’ul khatimah. Shiddiq Hasan Khan mengatakan
bahwa su’ul khatimah memiliki sebab-sebab yang harus diwaspadai
oleh seorang mukmin. Pertama, kerusakan dalam aqidah, walau disertai zuhud dan kesholehan. Jika
ia memiliki kerusakan dalam aqidah
dan ia meyakininya sambil tidak
menganggap itu salah, terkadang
kekeliruan aqidahnya itu tersingkap
pada saat sakratul maut. Bila ia wafat dalam keadaan ini sebelum ia
menyadari dan kembali ke iman
yang benar, maka ia mendapatkan
su’ul khatimah dan wafat dalam keadaan tidak beriman. Setiap orang
yang beraqidah secara keliru berada
dalam bahaya besar dan zuhud serta
kesholehannya akan sia-sia. Yang
berguna adalah aqidah yang benar
yang bersumber dari Kitabullah dan Sunnah Rasul. Mereka terancam oleh
ayat Allah berikut: َﻦﻳِﺮَﺴْﺧَﺄْﻟﺎِﺑ ْﻢُﻜُﺌِّﺒَﻨُﻧ ْﻞَﻫ ْﻞُﻗ ْﻢُﻬُﻴْﻌَﺳ َّﻞَﺿ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ﺎًﻟﺎَﻤْﻋَﺃ ْﻢُﻫَﻭ ﺎَﻴْﻧُّﺪﻟﺍ ِﺓﺎَﻴَﺤْﻟﺍ ﻲِﻓ َﻥﻮُﻨِﺴْﺤُﻳ ْﻢُﻬَّﻧَﺃ َﻥﻮُﺒَﺴْﺤَﻳ ﺎًﻌْﻨُﺻ ”Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang
orang-orang yang paling merugi
perbuatannya?" Yaitu orang-orang
yang telah sia-sia perbuatannya
dalam kehidupan dunia ini,
sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-
baiknya.” (QS Al-Kahfi ayat 103-104) Kedua, banyak melakukan maksiat. Orang yang sering bermaksiat akan didominasi oleh
memori tersebut saat kematian
menjelang. Sebaliknya bila
seseorang seumur hidupnya banyak
melakukan ketaatan, maka memori
tersebutlah yang menemaninya saat sakratul maut. Orang yang banyak
dosanya sehingga melebihi
ketatannya maka ini sangat
berbahaya baginya. Dominasi
maksiat akan terpateri di dalam
hatinya dan membuatnya cenderung dan terikat pada maksiat, dan pada
gilirannya menyebabkan su’ul khatimah. Adz-Dzahabi dalam
kitabnya al-Kaba’ir mengutip Mujahid: Tidaklah seseorang mati
kecuali ditampilkan kepadanya
orang-orang yang biasa ia gauli.
Seorang lelaki yang suka main catur
sekarat, lalu dikatakan kepadanya:
”Ucapkanlah La ilaha illa Allah. ” Ia menjawab: ”Skak!” kemudian ia mati. Jadi, yang mendominasi lidahnya
adalah kebiasaan permainan dalam
hidupnya. Sebagai ganti kalimat
Tauhid, ia mengatakan skak. Ketiga, tidak istiqomah. Sungguh, seorang yang istiqomah pada
awalnya, lalu berubah dan
menyimpang dari awalnya bisa
menjadi penyebab ia mendapat su’ul khatimah, seperti iblis yang pada
mulanya merupakan pemimpin dan
guru malaikat serta malaikat yang
paling gigih beribadah, tapi
kemudian tatakala ia diperintah
untuk sujud kepada Adam, ia membangkang dan
menyombongkan diri, sehingga ia
masuk golongan kafir. Demikian
pula dengan ulama Bani Israil Bal’am yang digambarkan dalam ayat
berikut: ُﻩﺎَﻨْﻴَﺗَﺁ ﻱِﺬَّﻟﺍ َﺄَﺒَﻧ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ُﻞْﺗﺍَﻭ ُﻪَﻌَﺒْﺗَﺄَﻓ ﺎَﻬْﻨِﻣ َﺦَﻠَﺴْﻧﺎَﻓ ﺎَﻨِﺗﺎَﻳَﺁ ُﻥﺎَﻄْﻴَّﺸﻟﺍ ﺎَﻨْﺌِﺷ ْﻮَﻟَﻭ َﻦﻳِﻭﺎَﻐْﻟﺍ َﻦِﻣ َﻥﺎَﻜَﻓ ﻰَﻟِﺇ َﺪَﻠْﺧَﺃ ُﻪَّﻨِﻜَﻟَﻭ ﺎَﻬِﺑ ُﻩﺎَﻨْﻌَﻓَﺮَﻟ ِﺽْﺭَﺄْﻟﺍ ِﻞَﺜَﻤَﻛ ُﻪُﻠَﺜَﻤَﻓ ُﻩﺍَﻮَﻫ َﻊَﺒَّﺗﺍَﻭ ْﺚَﻬْﻠَﻳ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ْﻞِﻤْﺤَﺗ ْﻥِﺇ ِﺐْﻠَﻜْﻟﺍ ْﺚَﻬْﻠَﻳ ُﻪْﻛُﺮْﺘَﺗ ْﻭَﺃ ﺍﻮُﺑَّﺬَﻛ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ِﻡْﻮَﻘْﻟﺍ ُﻞَﺜَﻣ َﻚِﻟَﺫ َﺺَﺼَﻘْﻟﺍ ِﺺُﺼْﻗﺎَﻓ ﺎَﻨِﺗﺎَﻳَﺂِﺑ َﻥﻭُﺮَّﻜَﻔَﺘَﻳ ْﻢُﻬَّﻠَﻌَﻟ ﺍﻮُﺑَّﺬَﻛ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ُﻡْﻮَﻘْﻟﺍ ﺎًﻠَﺜَﻣ َﺀﺎَﺳ ﺍﻮُﻧﺎَﻛ ْﻢُﻬَﺴُﻔْﻧَﺃَﻭ ﺎَﻨِﺗﺎَﻳَﺂِﺑ َﻥﻮُﻤِﻠْﻈَﻳ ”Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan
kepadanya ayat-ayat Kami
(pengetahuan tentang isi Al Kitab),
kemudian dia melepaskan diri
daripada ayat-ayat itu lalu dia diikuti
oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-
orang yang sesat. Dan kalau Kami
menghendaki, sesungguhnya Kami
tinggikan (derajat) nya dengan ayat-
ayat itu, tetapi dia cenderung kepada
dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka
perumpamaannya seperti anjing jika
kamu menghalaunya diulurkannya
lidahnya dan jika kamu
membiarkannya dia mengulurkan
lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami. Maka
ceritakanlah (kepada mereka) kisah-
kisah itu agar mereka berfikir. Amat
buruklah perumpamaan orang-
orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka
sendirilah mereka berbuat zalim.” (QS Al-A’raaf ayat 175-177) Keempat, iman yang lemah. Hal ini dapat melemahkan cinta kepada
Allah dan menguatkan cinta dunia
dalam hatinya. Bahkan lemahnya
iman dapat mendominasi dirinya
sehingga tidak tersisa dalam hatinya
tempat untuk cinta kepada Allah kecuali sedikit bisikan jiwa, sehingga
pengaruhnya tidak tampak dalam
melawan jiwa dan menahan maksiat
serta menganjurkan berbuat baik.
Akibatnya ia terperosok ke dalam
lembah nafsu syahwat dan perbuatan maksiat, sehingga noda
hitam dosa menumpukdi dalam hati
dan akhirnya memadamkan cahaya
iman yang lemah dalam hati. Dan
ketika sakratul maut tiba, cinta Allah
semakin melemah manakala ia melihat ia akan berpisah dengan
dunia yang dicintainya. Kecintaannya
pada dunia sangat kuat, sehingga ia
tidak rela meninggalkannya dan tak
kuasa berpisah dengannya. Pada
saat yang sama timbul rasa khawatir dalam dirinya bahwa Allah murka
dan tidak mencintainya. Cinta Allah
yang sudah lemah itu berbalik
menjadi benci. Akhirnya bila ia mati
dalam kondisi iman seperti ini, maka
ia mendapat su’ul khatimah dan sengsara selamanya. Ya Allah, kami memohon kepadaMu
husnul khatimah dan berlindung
kepadaMu dari su’ul khatimah. Amin ya Rabb,-

No comments: